Nani Sulyani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Guru Pelit

Guru Pelit

Masyarakat mengenal kata Guru sebagai akronim dari "digugu dan ditiru", yaitu orang yang dipercaya dan diikuti/dipatuhi perintahnya. Guru adalah orang yang dipercaya memiliki pengetahuan luas yang akan dibagikan kepada siswanya. Pun, guru adalah sosok yang diikuti perilakunya lantaran apa yang diperbuatnya layak ditiru.

Dengan demikian, guru bukan hanya bertanggung jawab mengajar mata pelajaran yang menjadi tugasnya, melainkan juga tampil sebagai pendidik moral, etika, integritas, dan karakter siswanya.

Guru dihasilkan dari lembaga pendidikan guru yang telah (harus) terlegitimasi. Artinya, lembaga pendidikan guru membekali calon guru dengan ilmu pengetahuan sesuai bidang keilmuan yang diikuti mahasiswanya. Contohnya, calon guru geografi, akan belajar tentang ilmu geografi. Begitu pun calon guru pendidikan bahasa akan belajar ilmu tata bahasa dan mungkin (sedikit) sastra.

Umumnya, kita tak terlalu risau akan hal itu. Kita harus percaya bahwa dengan berbekal ilmu pengetahuan tersebut, langkah berikutnya tinggal bagaimana sang mahasiswa (yang kemudian menjadi guru) mau mengembangkan keilmuannya maupun ilmu didaktik-pedagoginya. Maka, guru tersebut siap mengajar.

Justru yang menjadi kekhawatiran saya terletak pada kata 'ditiru'. Ditiru, dicontoh, dituruti, dicontek, bukan sebatas verbal tetapi jauh lebih luas lagi yaitu perilaku dan pemikiran atau gagasan.

Simpel saja, saya ingin mencontohkan salah satunya, yaitu kebiasaan guru dalam mengapresiasi aktivitas siswa. Sepanjang waktu PBM, kita berinteraksi dengan siswa, tentunya banyak peristiwa yang terjadi, di dalam kelas, maupun di luar kelas. Dalam suasana serius, maupun santai.

Saya kira kita tidak sedang berada dalam masa penjajahan atau masa feodal. Guru bukan lagi makhluk yang harus dianggap paling pintar. Sudah bukan jamannya bagi guru mempertahankan keangkuhan jabatannya dengan cara enggan mengapresiasi prestasi siswanya.

Dengan kata lain, masih ada guru yang enggan memberikan pujian kepada siswa. Seolah-olah, jika memuji, maka wibawanya akan jatuh. Alih-alih memotivasi, sang guru akan berkata bahwa progres yang dicapai siswa tak berarti apapun dibandingkan dengan perjuangan dirinya untuk sampai di posisi tersebut.

Saya suka gemas, jika bertemu dengan guru seperti itu. Saya ingin bilang:"Pak, bu, kita beda jaman dengan mereka. Otomatis tantangannya pun berbeda. Plis, tolong diapresiasi."

Menurut saya, kita tak harus membeli dulu kata-kata pujian di supermarket. Kata terima kasih, tolong, sudah bagus, sangat baik, indah sekali, sudah rapi, adalah ungkapan yang dapat kita pilih. Gratis, asalkan mau menggunakannya.

Sebaiknya, ada keranjang sampah untuk kalimat yang membuat telinga pedas. Buanglah untuk kalimat seperti: "Masa yang begini saja tidak bisa?" "Dasar kamu sih pemalas,"; "Mau jadi apa kamu, tugas begini saja tak selesai."

Jika prinsip ditiru itu benar-benar diterapkan oleh siswa, apa jadinya? Terbayang bukan, kalimat menyesatkan ini akan melekat sepanjang hayatnya, bahkan mungkin diaplikasikan dalam komunikasinya dengan lingkungannya.

Itu baru contoh verbal. Belum contoh perilaku. Entah, apakah masih ada guru yang melemparkan penghapus di saat emosi? Ketika SMP, guru matematika saya seperti itu.

Saya setuju dengan pelajaran budi pekerti lebih setuju lagi apabila nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat terinternalisasikan dan teraplikasikan oleh kita (guru dan siswa).

Janganlah menjadi guru yang pelit memuji. Mari menjadi guru yang kaya saja. Salam 🙏.

Langit Lembang, 170617

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ohh bu guru baikk banget...trimakasih mom's sudah membesarkan hatiku karena ketidak tahuanku.. tak usah memarahiku, karena aku tahu maksudmu,...kerennn bingitsss

17 Jun
Balas

Hihiiw...hidup partey puisi

17 Jun

dengan penguatan yg diberikan oleh guru akan memotivasi siswa dan cenderung akan terjadi pengulangan. Siswa akan tersanjung dan bangga karena merasa dihargai. Dengan begitu secaratidak langsung siswa akan melakukannya dengan lebih baik

17 Jun
Balas

Betul pak. Ada bubungan timbal balik. Salam

17 Jun

Pelit memberi pujian menjadi tolak ukur hebat tidaknya guru Indonesia kini. hehehe

17 Jun
Balas

Nah itu. Semoga kita terhindar dari kejelekan tsb Tks

17 Jun

Memang guru seyogyanya memberikan apresiasi kpd siswa dgn tulus. Kalaupun anak salah tidak harus diintimidasi tp diarahkan kemudian kesalahannya dijelaskan dampaknya jadi anak akan menerima dan mengerti kesalahannya. Itu yg diterapkan sebagai " tanggung jawab".

17 Jun
Balas

Betul...saya sangat setuju sekali. Terima kasih sudah menguatkan. Salam

17 Jun

Guru tak pelit memuji, murid jadi suka berkreasi. Top, Bu.

18 Jun
Balas

Sip. Setuju, mari budayakan.

18 Jun

Guru harusnya memberikan "reward" yg pantas. Namun, sayang tdk banyak yg seperti menjadi harapan siswa. Mereka (siswa) rindu akan "pupujian" yg cukup.

17 Jun
Balas

Setuju....mari budayakan.

18 Jun

Setuju bu, kita harus menyemai yang baik dulu, baru, baru memperoleh hasil yang baik.

17 Jun
Balas

Setuju bu....mari budayakan. Salam

17 Jun

Apresiasi pujian k murid murah meriah... knapa kami guru msh sering pelit. Maafkan gurumu anakku. Terima kasih dah mengingatkan bu

18 Jun
Balas

Masama bu. Kita saling mengingatkan

18 Jun

Iya betul, masih banyak guru pelit. Kalau ngasih reward juga lagi lagi cuma satu kata, "bagus". Tap masih mendingan. i

17 Jun
Balas

Masih mending daripada jutek ya, pak. Nuhun

17 Jun

Masih mending daripada jutek ya, pak. Nuhun

17 Jun

Wah, bagus sekali tulisannya Bu. Guru dengan karakter "pelit dan keranjang sampah" pasti tertohok membaca tulisan ini.

17 Jun
Balas

Semoga ya...mari menjadi lebih baik. Salam

17 Jun



search

New Post