Nani Sulyani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Untuk Kartini Kecilku

Satu ketika, dalam kelas. Aku bertanya kepada murid-muridku. “ Apakah kalian mengenal perempuan bernama Kartini?”

“Ya,” jawab mereka. “Seorang pahlawan wanita. Lahir di Jepara, menikah dengan…..”

Ah, ya. Panjang jawabannya, seperti riwayat yang tertulis dalam buku sejarah. Tapi tentu kali ini kita tak akan membicarakan otobiografi pahlawan Kartini tersebut. Bukan lantaran aku tidak mengajarkan pelajaran sejarah, tetapi mari kita membahasnya dari sudut pandang yang lain.

Seorang muridku bertanya lagi : “Mengapa kita harus selalu mengenang atau memperingatinya?” Apakah harus selalu diperingati dengan cara mengenakan kebaya dan gelung, berdandan dengan make up lengkap?

Hmh…pertanyaan yang juga sulit. Baiklah, mari kita mencari jawaban atas pertanyaan tersebut. Kalau ada yang bertanya: Senangkah kita memperingatinya? (pasti jawabannya beragam kan)

Kalau pertanyaan itu ditujukan kepadaku, maka kujawab: Senang, bahkan sepatutnya kita merasa bersyukur karena pada hari Kartini, pemerintah seolah diingatkan: Dari sekitar dua ratus juta penduduk yang mendiami tanah Indonesia ini ternyata terdiri bukan hanya kaum lelaki saja, akan tetapi ada juga mahkluk yang bernama perempuan, yang memiliki hak warga negara yang sama dengan lelaki.

Dengan demikian, kita amat berharap kepada pemerintah agar perempuan diberi peluang yang sama dengan lelaki terutama dalam bidang pendidikan dan pekerjaan. Dan Thanks God, saat ini pekerjaan di Indonesia tidak mengenal jenis kelamin. Asalkan mampu, perempuan boleh memilih pekerjaan/profesi sebagai apapun!

Mengapa sih wajib diperingati? Nah ini,

Pada hakekatnya karena Kartini merupakan sebuah icon, symbol bentuk perlawanan seorang wanita dari diskriminasi, atau ketidakadilan yang diterimanya. Sehingga dengan memperingatinya diharapkan kita akan selalu dapat meniru dan melestarikan semangat perjuangannya.

Sekali lagi, Kartini adalah symbol pahlawan wanita. Oleh karena itu, setiap wanita yang berjuang dalam bidang apapun pantas disebut sebagai pahlawan, seperti Cut Nyak Dien, Dewi Sartika, Nyi Ageng Serang dan masih banyak lagi yang mulai bermunculan di abad ini.

Kartini dan pahlawan perempuan lainnya sama-sama berjuang. Perbedaan perjuangan yang membedakan dengan yang lainnya adalah Kartini berjuang bukan dengan memanggul senjata pergi ke medan perang. Akan tetapi dengan mencurahkan segala bentuk keprihatinan terhadap diskriminasi yang diterima wanita Indonesia melalui tulisan. Sekali lagi, melalui tulisan atau surat. Surat-surat itulah yang kemudian disebarkan kepada dunia hingga saat ini kita mengetahui bahwa ada seorang wanita Indonesia yang tidak bodoh ( mengerikan sekali ya, bila kita dianggap bodoh oleh orang lain/penjajah) dan peduli pada kaumnya!

Dan untungnya, melalui semangat yang dikobarkan Kartini, saat ini perempuan Indonesia tak ingin lagi disebut bodoh. Banyak perempuan Indonesia yang telah mengharumkan nama bangsa di dunia Internasional. Banyak perempuan Indonesia yang telah memilik berbagai prestasi. Banyak perempuan Indonesia yang telah berjuang untuk dirinya sendiri sebagai perempuan.

Dengan demikian, sebenarnya telah lahir banyak Kartini dalam wujud dan nama yang lain. Sebut saja ada “Butet Manurung” yang rela mengajar membaca pada suku terasing di pedalaman. Ada Ibu “Mooryati Soedibyo” dan “Martha Tilaar” yang telah melakukan penelitian tentang resep kecantikan keraton, mengemasnya hingga sekarang kita dapat menggunakan produknya yang praktis. Ada “ Susi Susanti/Angelique Wijaya” yang telah berlaga di kejuaraan olah raga internasional….

Cuma itu? Tidak juga!

Pada awal pembicaraan, kita telah sepakat bahwa siapapun yang tak ingin disebut dirinya bodoh, siapapun yang berjuang untuk meraih prestasi bagi dirinya, maka dia layak disebut sebagai Kartini. Dalam bentuk apapun perjuangan itu, dalam wujud apapun prestasi yang diraihnya !

Jadi apakah kita “ Kartini?”

Jawabannya tentu ada pada diri kita…..

Lembang, 28 April 2010 : Selamat hari Kartini!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post