Nanik Wijayanti

Nanik Wijayanti, guru Bahasa Indonesia di SMAN 2 Sidoarjo, menulis dengan menggunakan nama Kinanthi....

Selengkapnya
Navigasi Web
Long Distance Relationship

Long Distance Relationship

LDR

Oleh Kinanthi ( Nanik Wijayanti)

Manakala harus menjawab pertanyaan dari sebuah kuis tentang LDR, misalnya bagaimanakah kiat Anda dalam menghadapi LDR? Tentu aku menjawab menggunakan falsafah Jawa ‘Adoh mambu kembang, cedhak mambu telek’. Dalam arti, jika kepedihan dan kerinduan sudah sedemikian menghunjam jiwa akibat LDR, maka solusi yang dapat digunakan adalah mengenang segala peristiwa tidak mengenakkan jika selalu berdekatan, selalu bertemu setiap hari, misalnya bertengkar. Biasanya dengan saudara, karena falsafah tersebut dimunculkan seolah untuk mengatasi kerinduan antarsaudara tatkala mereka telah tiba saatnya untuk berpisah karena kuliah di tempat lain, dan sebagainya.

Walaupun falsafah ini agak memaksa jika diterapkan terhadap pasangan, tapi lumayan ampuh untuk menepis kepedihan dan kerinduan akibat berjauhan. Kembali mengenang segala pertengkaran, kesalahpahaman, bahkan saling tidak acuh karena masing-masing tengah sibuk memegang gawai, juga bisa dijadikan bahan menepis kegalauan akibat didesak kerinduan.

Akan tetapi, jika kerinduan sudah sedemikian memuncak dan tidak ada alasan lagi yang dapat digunakan untuk menyiasati kegalauan akibat LDR, satu-satunya jalan memang ada yang harus mengalah.

“Sebagai perempuan, Kamu yang harus mengalah,” begitulah yang ditulisnya tempo hari.

Beberapa saat aku tidak menjawab. Aku terdiam hanya memandangi gawai sambil menunggu kalimat lanjutannya,

“Untuk perasaan kan tidak bisa iseng, tidak bisa main-main. Kamu seharusnya mengerti, bahwa aku tidak pernah iseng. Aku selalu bersungguh-sungguh saat memburu sesuatu, bukan?”

Kali ini aku merasa tersudut dan berbalik tidak bisa segera menjawab. Ia pun merasa di atas angin.

“Apalagi yang perlu diragukan demi cinta? Bahkan Pangeran Edward, Prince of Wales, pun rela kehilangan tahta demi menikahi seorang janda Amerika Serikat bernama Wallis Simpson,” tambahnya lagi dengan ungkapan yang semakin membuatku tersudut.

Bukan aku cemas kehilangan tahta, dalam hal ini pekerjaan tetap yang telah menggajiku dan akan memberiku jaminan hari tua berwujud pensiun. Bahwa wanita yang telah berkeluarga seharusnya memasrahkan kehidupan kepada suami yang menikahinya, memang seharusnya. Bahkan wanita yang tetap ingin bekerja pun harus seizin suaminya, itu juga sudah pernah kudengar. Rezeki orang hidup sudah diatur oleh Yang Kuasa. Demikian pula rezeki orang yang telah menikah. Petuah yang bukan hanya sekali melintasi mata dan telinga.

Sesungguhnya yang membuatku belum yakin bukan di situ, karena dalam hal ini aku telah memiliki tabungan. Lagipula kebutuhan hidupku tidak banyak. Tuhan mendesain tubuhku sedemikian unik, karena sekurus apapun tubuhku, akan tetap tampak gemuk karena ada yang menebal di bagian tertentu, di pipi dan di dada. Hal yang membuatku sangat cemas menjadi kegemukan sehingga setiap hari serasa berdiet. Akhirnya menjadi kebiasaan yang tidak terasakan.

Dengan keunikan postur tubuhku, aku pun tanpa sengaja bisa berhemat karena tidak semua pakaian jadi bisa kukenakan, sehingga mau tak mau aku seringkali harus menjahit baju sendiri. Kesibukan yang malah membuatku serasa menemukan passionku selain menulis, yaitu passion di bidang tata busana. Sebagai wanita, memasak pun menjadi hal yang menyenangkan karena meracik bumbu sama saja dengan merancang, mendesain busana, mendesain ide-ide yang terangkai dalam tulisan, semuanya merupakan passion bagiku. Semuanya merupakan anugerah menyenangkan.

Anugerah yang bakal berdampak menjadi penghematan jika kulakukan, jika aku berani mencoba keluar dari zona nyaman. Toh Tuhan sudah menjamin rezeki makhluk yang mau berusaha. Di samping itu, mendesain baju, memasak, dan menulis ternyata sangat menyenangkan bagiku. Perbedaannya, memasak membuatku keberatan melakukannya manakala harus menikmati seorang diri karena kecemasan bakal kegemukan. Lain halnya jika dinikmati bersama suami terlebih jika suami menjadi suka lalu banyak makan karena itu.

Dari segi ekonomi yang memang tidak seharusnya diabaikan, ditinjau dari gaya hidupku seharusnya aku sudah merasa cukup memiliki tabungan. Selain itu, Tuhan pun telah membekaliku passion berwujud keasyikan dalam bidang merancang baik berwujud ide yang akhirnya tertuang dalam tulisan, maupun mendesain busana, dan memasak. Semuanya terasakan rekreatif dan menyegarkan pikiran. Yang bakal membuatku tak kesepian walaupun sendirian manakala ia tengan dalam kesibukan.

Apalagi yang kuragukan? Meragukan cintanya? Kami sama-sama makhluk hidup, bukan benda mati yang dikendalikan orang lain. Semuanya harus diusahakan bisa bersama dan tetap bersama dengan optimisme yang tinggi. Kami harus berusaha maksimal, Tuhanlah yang menentukan. Kami makhluk hidup. Tidak ada jaminan dari segi apapun bahwa hubungan antarpasangan bisa awet tanpa diupayakan agar tetap menjadi awet. Jika ditinjau dari sini, keraguan itu memang sudah seharusnya ditepis.

Jika ada pengeran Inggris rela kehilangan tahta demi wanita yang dicintai, bukan hal yang sulit dicari logikanya. Pertama, negara kerajaan umumnya memiliki protokoler yang memungkinkan anak-anak merasa hampa dan kesepian di tengah gemerlapan dan kelimpahan materi, sehingga manakala merasa menemukan wanita yang sanggup memberinya kemesraan sebagai ganti kehampaan masa kecil, bisa jadi mereka kemudian rela kehilangan tahta. Kedua, Benua Eropa memang terkenal dengan kisah cinta romantis, misalnya kisah cinta romantis karya Hans Christians Andersen yang juga berasal dari Denmark. Kisah cinta seorang pangeran kepada gadis terbuang yang ditemukan di hutan. Hal yang membuat wanita mudah berbunga-bunga manakala didekati pria Eropa akibat romantisme para pengeran yang tidak pandang bulu dalam menjatuhkan cintanya. Asalkan ia cinta, okelah. Tanpa peduli yang dicintai bukan bangsawan setara dirinya, janda dua kali seperti Wallis Simpson maupun Snow White yang dibuang di hutan oleh ibu tirinya.

Anehnya lagi, Tuhan telah menyeting sedemikian rupa kedekatan kami. Ia telah dibuat pernah melanglang buana ke Eropa, sehingga mau tak mau, membuatku harus mencoba memercayai ketulusannya sepenuhnya karena petualangannya itu, selain aku pun pernah mengenalnya selama dua tahun ketika ia masih remaja. Keduanya masih ditambah dengan takdirnya yang tidak memiliki saudara perempuan dan kehilangan ibunya. Maka, alasan apalagi yang dapat kugunakan untuk meragukannya dan mengabaikannya? Padahal di kiri kanannya seolah terlihat antrean para wanita yang juga mencoba mengacaukan hatinya?

Kembali naluri kewanitaanku terusik. Jika naluri yang merupakan pembawaan alami makhluk hidup sudah mengganggu, tidak ada yang dapat kulakukan selain menangis. Naluri kewanitaan yang tidak tega membayangkan seorang anak manusia hidup sendirian dan harus menangani kebutuhannya seorang diri pula. Apalagi jika anak manusia tersebut seorang lelaki yang harus berpacu dengan waktu demi pekerjaan. Apabila para pangeran kerajaan Inggris rela kehilangan tahta demi wanita yang sanggup menyentuh hatinya, betapa teganya aku membiarkannya sendirian begitu ia mendewasa tanpa kehadiran perempuan. Jika sudah demikian, kondisi hatiku pun ibarat berhadapan dengan blender untuk siap dilembutkan seperti aneka bahan makanan yang dituang ke dalamnya.

Kembali aku teringat dirinya, bahwa ia pun tentu akan terganggu naluri lelakinya. Ia tentu gelisah jika tidak bisa memberikan perlindungan kepada makhluk lain, terlebih wanita yang dicintainya. Sama dengan kepedihan yang kurasakan manakala membayangakan ia harus mempersiapkan semua kebutuhannya seorang diri menjelang berangkat bekerja, lalu sepulang kerja saat kelelahan, ia pun harus mempersiapkan kebutuhan seorang diri agar segera terlelap dan fresh keesokan harinya. Dalam kondisi begitu, ia tentu teringat kepadaku. Ia tentu gelisah manakala membayangkan aku harus menjalani hidup seorang diri tanpa ketergantungan kepadanya karena kami berjauhan.

“Baiklah. Beri aku waktu untuk membereskan urusan-urusanku. Setelah itu, aku harus menyertaimu. Percayalah.” kataku dalam kerinduan yang tak akan pernah surut.

Sidoarjo, 4 Januari 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

LDR membuat cemburu dihati ibu

13 Jun
Balas

LDR membuat cemburu dihati ibu

13 Jun
Balas

Naruli seorang wanita tidak bisa di pungkiri

13 Jun
Balas



search

New Post