Nasrullah MH

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

BAGAIMANA MENYIKAPI TAKDIR?

Takdir berasal dari bahasa Arab yaitu qadara atau yuqaddiru atau taqdir. secara hariyah artinya ukuran, ketentuan, kemampuan, dan kepastian. sedangkan secara istilah takdir merupakan hukum sebab akibat yang berlaku secara pasti sesuai dengan ketentuan Allah SWT, yang baik maupun yang buruk.

Takdir yang sudah Allah tentukan berlaku untuk hukum sosial (sunnatullah) dan fenomena alam. Dalam sebuah kehidupan, seorang hamba sangatlah berbeda dalam menghadapi takdir yang Allah berikan. Menyikapi hal tersebut seorang hamba terbagi menjadi tiga keadaan :

1. Ridha dengan takdir tersebut

Ini merupakan tingkatan yang paling tinggi, Allah SWT berfirman:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya dia akan memberi petunjuk kepada hatinya… ” (At-Taghabun 11).

“Maksud musibah dalam ayat di atas adalah sebuah musibah yang menimpa seseorang dan dia menyadari bahwa takdir tersebut datang dari sisi Allah, kemudian ia pasrah dan ridha dengannya.”

Imam At-Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadits dari Anas bin Malik bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT apabila mencintai sebuah kaum, maka Dia mengujinya. Barangsiapa yang ridha maka dia mendapatkan keridhaan dan siapa yang benci maka dia hanya akan mendapatkan kebencian.

2. Sabar menerima takdir

Tingkatan ini diperuntukkan bagi orang yang tidak bisa ridha dengan keputusan Allah. Sikap ridha adalah karunia yang dianjurkan dan disunnahkan, sementara sabar adalah sesuatu yang secara pasti diwajibkan kepada seorang mukmin.

Kesabaran memiliki kebaikan yang banyak. Allah memerintahkan untuk bersabar dan menjanjikan pahala yang besar kepada pelakunya, sebagaimana firman-Nya:

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Sesungguhnya, hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az-Zumar : 10).

Perbedaan antara ridha dan sabar bahwa sabar merupakan sikap menahan dan menjaga diri dari marah sekalipun ada perasaan sakit, dan menginginkan hilangnya sakit tersebut. Ada pun ridha adalah ketenangan hati dan kelapangan jiwa, menerima takdir Allah dan tidak menginginkan hilangnya kedukaan itu, sekalipun merasakan sakit dalam dirinya.

3. Marah dengan takdir yang dihadapi

Dengan bersikap seperti ini, seseorang bisa dinyatakan keluar dari lingkup orang-orang yang bertawakal menuju kelompok orang-orang yang menuduh Allah Rabb semesta alam dengan kejelekan, na’udzubillahi min dzalik!. Maka sadarlah bagi seorang hamba untuk kembali mengingat firman Allah SWT Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai fitnah (ujian).” (Q.S. Al-Anbiya: 35).

Dari ketiga sikap diatas, ikhlas menerima takdir dan senantiasa ridha kepada ketentuan Allah merupakan perkara yang amat berat. Musibah yang menimpa seorang hamba meemerlukan keyakinan yang kuat kepada Allah SWT. Yakin bahwa semua yang Allah tentukan pasti tidak lepas dari kehendak-Nya yang telah ditentukan untuk hamba-Nya itu yang terbaik.

Musibah-musibah yang menimpa hidup, pasti ada maslahat-maslahat yang Allah inginkan untuk hamba-Nya. Seperti menggugurkan dosa-dosa dan mengangkat derajat hamba-Nya. Maka kewajiban seorang hamba adalah untuk senantiasa yakin, ridha, sabar menghadapi semua ketentuan yang Allah berikan kepada hamba-Nya baik berupa kebahagian atau kesusahan, keselamatan atau musibah.

Kita tidak tahu apa yang Allah takdirkan untuk kita hari ini, esok dan kemudian hari. Bisa jadi hari ini kita menikmati jabatan, esok Allah sudah melepas jabatan itu. Bisa jadi hari ini divonis mati ternyata Allah memberikan kehidupan. Bisa jadi hari ini kita hidup biasa saja, esok Allah limpahkan rizki yang melimpah. Ikhlas adalah kunci dari setiap taqdir yang Allah berikan kepada kita dan yaqin bahwa semua pemberian adalah dari Allah dan akan kembali kepada Allah.

Maka dengan ini kewajiban setiap hamba harus tetap berusaha dan beramal karena siapa yang bersungguh-sungguh tidak mungkin Allah menyia-nyiakannya, tidak mungkin Allah dzalim kepada hamba-hamba-Nya, tidak mungkin orang yang bersungguh-sungguh mencari surga kemudian tiba-tiba Allah sesatkan tanpa sebab. Karena sesungguhnya nasib seseorang tergantung pada niat dan amal perbuatannya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Ar Ra’d : 11 ;

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka”.

Maka ketentuan-ketentuan itu adalah sesuatu yang pasti akan terjadi. Kalau memang sudah Allah takdirkan, sehebat apapun kita untuk lari dari penyakit, kalau ditakdirkan sakit, pasti kita sakit. Sebaliknya, kalau ada orang hidup di tengah-tengah orang yang sakit dan penuh penyakit tapi Allah takdirkan ia tidak sakit, maka tidak akan sakit. Rasulullah SAW bersabda kepada Ibnu Abbas:

أَنَّ الْأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ

“Sesungguhnya seandainya ummat bersatu untuk memberimu manfaat, mereka tidak akan memberi manfaat apa pun selain yang telah ditakdirkan Allah untukmu dan seandainya bila mereka bersatu untuk membahayakanmu, mereka tidak akan membahayakanmu sama sekali kecuali yang telah ditakdirkan Allah padamu” (HR. Tirmidzi)

Semoga Allah memberikan taqdir yang baik untuk kita semua, ikhlas disaat menerima musibah atau ujian dan yaqin Allah akan memberikan yang lebih baik dari yang diinginkan hamba-Nya. Semoga kita semua mendapat rezeki halalan thoyyiban, rezeki barokah yang banyak memberikan manfaat untuk keluarga dan masyarakat, rezeki yang mengantarkan kita meningkatkan amal ibadah kepada Allah SWT dan dari rezeki tersebut mengantarkan kita semua ke surga. Aamiin ya robbal ‘aalaminn

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post