SUMPAH PEMUDA DIMATA GENERASI MILENIAL
Oleh : Nefrizal, S.Pd
Sebenarnya saya ingin tidak menulis hari ini. Sudah hampir jam 23.00 WIB ide belum juga muncul untuk menulis. Sesudah lihat tulisan para gurusianer yang rata-rata membahas tentang sumpah pemuda 28 Oktober. Ya bertepatan dengan hari ini adalah Peringatan Hari Soempah Pemoeda, tiba-tiba ide saya muncul untuk mengkritisi tulisan dan peringatan yang sudah basi dan formalitas saja. Rasa bosan saya tiba-tiba menyeruak dan tergoreslah catatan singkat ini.
Sumpah Pemuda yang kita kenal dalam catatan sejarah terjadi pada tangal 28 Oktober 1928, sembilan puluh dua tahun yang lalu. Waktu itu tercetus oleh Moehammad Yamin melalui coretannya untuk dibacakan pada kongres kedua Pemuda. Dari peristiwa sejarah itu apa yang bisa diambil oleh kaum milenial sekarang? Sebuah pertanyaan besar bagi saya hari ini. Apakah ada ruh dan jiwa dari tulisan sumpah pemuda itu hari ini? Apa benar kita kita berbangsa yang satu? Apa benar kita sekarang bertanah air yang satu? Apa benar sekarang kita masih menjunjung tinggi bahasa persatuan kita?
Coba kita renungkan hari ini pada saat peringatan sumpah pemuda ke 92 tahun. Dimana keadilan ditanah ibu pertiwi. Sepertinya sejengkal demi sejengkal tanah ini sudah dirampas oleh neo kolonialisme. Rakyatnya sudah menjadi budak dinegeri sendiri. Dimana kebanggaan kita bertanah air Indonesia, anak-anak mudanya yang hebat-hebat kuliah keluar negeri tidak mau pulang karena tidak ada harapan dan kepastian untuk sejahtera dan mengaplikasikan ilmunya karena minus apresiasi dan ketidak adilan pemerintah. Dimana kebanggan kita berbahasa Indonesia yang baik dan benar karena anak milenialnya sudah pakai bahasa gaul, bahasa loe loe gue gue end.
Lalu untuk siapakah sumpah pemuda yang sudah hilang ditelan zaman itu. Untuk merebut kemerdekaan saja. Sekarang kita sudah merdeka, sudah 75 tahun. Apakah tujuan kita menjadi bangsa yang merdeka sudah tercapai atau ada anak bangsa ini yang lebih senang cari jalan pintas dari pada berjuang untuk negeri. Mereka jual negeri ini untuk mendapatkan pundi-pundi dan kesenangan diri. Mereka tidak mau repot untuk bekerja keras agar rakyat ini sejahtera. Lebih baik jalan pintas dan menguntungkan diri sendiri dari pada memikirkan masa depan anak bangsa kedepannya. Kekayaan alam negeri ini dikuras oleh asing dan aseng untuk kepentingan penguasa dan pengusaha.
Lantas anak milenial sekarang mau hidup, mau makan dan punya masa depan apa jika sumber daya alam negeri ini sudah dijual kepada orang asing. Apakah mereka para pejabat memikirkan nasib anak bangsa masa depan? Ya anak bangsa itu adalah generasi meilenial hari ini. Jadi pantas saja rasa nasionalisme anak milenial menurun karena mereka merasakan bahwa pemerintah tidak memikirkan masa depan mereka. Jika sumber daya alam negeri ini hanya tinggal sisa-sisa saja untuk mereka, untuk kehidupan mereka dimasa yang akan datang.
Bukittinggi, 28 Oktober 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semangat sumpah pemuda menjadi tonggak sejarah bangsa ini. Mantab tulisannya pak. Salam
Semangat terus...sukses selalu