Nela Yanti Despan, S.H.,S.Pd

Nama Saya Nelayanti Despan, S.H Lahir di Tanjung Balai, Sumatera Utara pada tahun 1974. Saya lulusan Universitas Muhammadiyah Sumatra Ut...

Selengkapnya
Navigasi Web
Sedih itu Ketika? ( Kisah tentang teman palsu)

Sedih itu Ketika? ( Kisah tentang teman palsu)

Suatu pagi, ada seorang tamu datang ke sekolah ingin menemuiku. Sebelumnya satpam sekolah memberikan berita lewat handie talkie meminta ijin apakah tamu itu diperbolehkan masuk ke lingkungan sekolah lewat guru piket. Ceritanya, tamu itu adalah ibunya Qisna, salah seorang siswiku yang sedang duduk di kelas 5 SD saat ini. Beliau mendengar cerita anaknya yang dijauhi temannya, pasti membuat ibunya sedih. Anaknya yang biasanya ceria dan periang karena bisa bermain dengan teman-teman, sekarang jadi pemurung dan pendiam. Hal ini wajar dirasakan oleh seorang anak, karena pertemanan memang memiliki arti yang penting bagi anak.

Maka dari itu sebagai orang tua yang bijak, ibunya Qisna sebenarnya mengakui kekurangan anaknya dan mulai mencari cara agar keadaan ini membaik.

“Lalu, bagaimana cara mengatasinya ya, umi?” tanya ibunya Qisna kepadaku.

“Baik bunda, laporan ini saya terima. Beri saya waktu untuk menyelesaikan masalah ini ya. Insyaallah, saya akan informasikan perkembangan berikutnya melalui wali kelas Qisna,” jawabku kepada ibunya Qisna.

Tugas selanjutnya, aku harus menggali lebih dalam informasi mengenai aduan ibunya Qisna. Lebih baik ini kutanyakan langsung pada Qisna apa yang ia lakukan kepada teman yang memusuhi, apakah ada sesuatu perkataan atau perbuatan yang mungkin membuat teman-temannya marah dan menjauhinya.

Qisna kupanggil ke kantor untuk meminta keterangan darinya. Kudengarkan semua cerita Qisna dan berusaha mempercayainya. Ketika ia menceritakan apa-apa yang terjadi, aku berusaha menghindari langsung menilai situasi atau menghakimi, Dijauhi oleh teman adalah masalah yang cukup besar bagi anak-anak. Untuk itu, tugasku adalah berempati pada kondisinya. Melihat wajahnya yang sedih, kuhibur ia dengan berbagi cerita tentang masa kecilku padanya. Apalagi jika aku memiliki pengalaman yang sama dengan Qisna.

Qisna tertarik mendengar kisahku, lalu ia kunasehati bahwa bila ia memiliki rasa empati dan mau memahami karakter teman mungkin masalah ini takkan terjadi.

“Kak, lebih baik sibukkan diri membaca di perpustakaan agar tidak diganggu atau carilah teman yang memang bisa mengerti bahwa kakak tidak suka dengan teman yang bicaranya tidak baik.Umi sudah mengerti kenapa kakak dijauhi, tunjukkan pada mereka bahwa kakak tidak terpengaruh dengan ejekan dan olokan. Kakak anak pintar dan cerdas, itu yang membuat mereka merasa iri. Doakan mereka agar bisa berubah ya,nak. Jangan khawatir, umi akan selalu memantau semua tingkah laku mereka,” kataku kepadanya.

Informasi yang telah dikumpulkan kurasa masih kurang. akupun bertanya pada teman-teman dan wali kelasnya. Cara seperti ini akan lebih memudahkanku untuk mengetahui alasan sebenarnya Qisna dijauhi oleh teman. Guru yang mengajarnya di sekolah tentunya mengetahui perilaku Qisna sehari-hari di sekolah dan bisa memberiku saran terkait perilaku yang dimiliki olehnya. Masalah ini ternyata akibat Qisna sering disuruh untuk menyelesaikan setiap tugas di papan tulis. Ia disenangi guru karena tugas yang diberikan selalu diselesaikan dengan cepat dan tepat waktu.

Masalah sepele terkadang terbawa-bawa menjadi bahan permusuhan. Kondisi inilah yang harus disikapi dengan bijak disekolah. jika tidak, ini akan menjadi suatu budaya yang bisa mempengaruhi ke kondusifan sekolah. Bagaimanapun aku tetap menyempatkan waktu untuk mendampingi dan mengawasi siswa-siswaku. Dengan begitu anak tidak merasa sendirian, karena bahkan aku sendiripun pernah mengalaminya. Berempati pada anak memang bisa menjadi langkah awal untuk mengatasi anak yang dijauhi teman.

Masa anak-anak adalah masa yang penting, karena pada masa ini, anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang bermanfaat untuk masa dewasanya kelak.

Percayalah anak berprestasi cenderung akan lebih dihargai dan diperhatikan. Terlebih bila mereka berprestasi dalam bidang akademis. Namun ada kalanya bila anak berprestasi itu tidak melawan, ia justru akan menjadi sasaran empuk bagi pelaku bullying.

Oleh karena itu, diharapkan orangtua dapat mengasuh anaknya dengan baik agar anak tidak mengalami permasalahan pada saat proses pembelajaran. Kuncinya adalah saling berkomunikasi dan bersinergi sehingga apapun permasalahan yang dialami anak baik dirumah maupun disekolah bisa menjadi tolak ukur suatu penyelesaian.

Tantangan Menulis hari ke-80

#TantanganGurusiana

Jumat, 03 Maret 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post