Nelliani

Tinggal di Darussalam, Provinsi Aceh. Saat ini bertugas di salah satu SMA di kabupaten Aceh Besar. Berpikir dan berzikir mencari Ridha Allah SWT....

Selengkapnya
Navigasi Web
Filosofi Kupu-kupu

Filosofi Kupu-kupu

Kupu-kupu adalah makhluk Allah yang penuh pesona. Bentuknya sangat unik dan beragam. Ada yang bersayap kecil, ada juga yang bersayap lebar dengan corak dan warna yang berbeda-beda. Kupu-kupu mengemban tugas yang tidak gampang, dengan bantuannya proses penyerbukan dan pembuahan pada bunga dapat terjadi. Bunga yang sudah dibuahi menjadi awal dari buah-buahan yang dapat bermanfaat bagi manusia. Sungguh Allah menciptakan sesuatu bukan untuk sia-sia.

Memandang kupu-kupu yang cantik, pernahkah kita berpikir proses kehidupan yang dilaluinya. Untuk menjadi seekor kupu-kupu yang indah, dia telah melewati berbagai tahapan pertumbuhan yang rumit dan melelahkan. Metamorfosis kehidupan dilaluinya dengan sabar. Dari telur menjadi ulat, dari fase ulat yang menjijikkan menjadi kepompong. Selama menjadi kepompong dia harus menunggu lama untuk menuju fase terakhir. Pada fase terakhir ini, proses metamorfosis menjadi sempurna dan kepompong berubah menjadi kupu-kupu yang mempesona.

Metamorfosis kupu-kupu menjadi iktibar bagi kita dalam menjalani kehidupan. Suatu keberhasilan dan kesuksesan merupakan jalan panjang yang ditapaki melalui perjuangan dan doa. Tentu masih tersimpan dalam memori kita bagaimana dulu kita bersusah payah dalam belajar. Saat pertama-tama kita megenal huruf dan angka di bangku Sekolah Dasar merupakan saat-saat yang penuh kenangan. Dengan bimbingan guru kita pun sabar berlatih menulis huruf demi huruf, angka demi angka. Berkat ibu bapak guru yang mengajarkan kita dengan kasih sayang, kita tak malu untuk belajar meskipun melakukan kesalahan berulang-ulang. Ibu Bapak guru yang meyakinkan kita bahwa kita bisa dan pada akhirnya kita pun tekun untuk bisa membaca, menulis dan berhitung.

Tahapan demi tahapan akademik kita lalui dengan penuh perjuangan. Mulai dari jenjang SD, SMP, SMA sampai perkuliahan. Kita telah menghabiskan separuh usia di bangku pendidikan hanya untuk satu tujuan menjadi insan pembelajar. Pahit getirnya belajar kita terima dengan ikhlas dan sabar karena kita yakin hidup dalam kebodohan adalah kehinaan. Ibarat kupu-kupu yang menawan, proses pembelajaran yang panjang telah menempa kita menjadi insan yang cerdas intelektualnya, cerdas emosionalnya dan cerdas spiritualnya. Menjadi pribadi yang bermanfaat bagi agama, bangsa dan sesama. Sehingga benarlah kata Imam Syafii ra. "Bila kau tak tahan lelahnya belajar, maka kau harus tahan menanggung perihnya kebodohan"

Banda Aceh, 12 Februari 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post