Nelly Afrianty

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Ketika Angan Kugenggam Manis

Ketika Angan Kugenggam Manis

Pagi itu cuaca kurang bersahabat. Ranti yang berencana untuk berangkat lebih awal dari hari-hari sebelumnya pun mengurungkan niatnya. Sesekali Ranti menoleh ke luar dari balik jendela kamarnya. Entah sudah berapa kali Ranti bolak balik membuka dan menutup pintu rumah kontrakannya. Pagi itu benar-benar penting baginya hingga ia sangat galau dengan hujan yang tak kunjung reda.

Handphone berdering dengan ringtone anima berjudul "bintang" yang sudah hampir satu tahun tak pernah digantinya. Buru-buru Ranti menuju ke kamar untuk mengangkat handphone yang ia letakkan di atas kasur sebelumnya. "Ya ma, alhamdulillah sehat ma. Mama sehat?". "Udah rapi ini ma, Ranti mau berangkat ke kantor, kebetulan hari ini ada kunjungan dari pusat, jadi kami musti datang lebih awal". "Tapi ini lagi hujan gak berhenti dari tadi, malah makin deras". Begitu bunyi komunikasi Ranti saat menerima telepon dari mamanya yang ternyata rindu dan ingin tahu kabar anak sulungnya.

Padahal baru kemarin malam Ranti vidcall dan ngobrol hampir satu jam dengan mamanya. Obrolan santai antara seorang ibu dan anak gadisnya yang jauh di rantau. Yang sesekali diselingi candaan tentang calon mantu yang disodorkan pihak keluarga. Yah...begitulah candaan orang tua pada anak gadisnya yang sudah menyelesaikan studi dan sudah bekerja.

Ranti seorang anak sulung dari empat bersaudara. Sudah lima bulan ia berada di kota teh obeng Batam dan jauh dari keluarganya. Ia pun merasa rindu, meski ini bukan kali pertama ia berpisah dengan keluarga yang ia cintai. Saat kuliah pun Ranti sudah jauh dari keluarga, namun memang tak sejauh saat ini.

Sebenarnya orang tua Ranti menginginkannya untuk tetap berada di kampung selesai kuliah. Bahkan ayahnyanya pun sudah menyiapkan tempat untuk Ranti bekerja sebagai tenaga honorer. Tapi, mana mungkin seorang Ranti mau dengan semua itu. Ranti sosok perempuan mandiri yang tak ingin banyak menyusahkan orang tuanya. Prestasinya membuat ia selalu berfikir untuk maju tanpa bantuan siapapun. Bahkan ketika ayahnya yang punya channel di beberapa instansi pemerintah bisa mencari peluang untuknya, ia menolak. Bukan karena ia tak pandai bersyukur ataupun menyia-nyiakan peluang, tapi karena ia benar-benar ingin mandiri dan mencoba peruntungan hidupnya di perantauan. #tantanganH1#bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren alurnya, mengalir dengan manis. Sukses selalu Bu Nelly

14 Sep
Balas

Aamiin... Makasih bu, mohon bimbingan ya

23 Sep

Ditunggu sambungannya bu

13 Sep
Balas

Wah, bakalan novel ini ya Bu. Mantap. Ditunggu sambungannya.

14 Sep
Balas

Aamiin... Semoga dimampukan bu... Terimakasih

23 Sep

Mantap Bu, mengajari perjuangan dan berprindip dalam hidup. Sukses ya Bu!

13 Sep
Balas

Aamiin... Terimakasih pak Semoga bisa brojol dalam 30 hari

14 Sep

Semoga bu Sri, bantu doa biar konsisten ya

14 Sep
Balas



search

New Post