NENDEN HERNIKA

Lahir di Subang, dan sejak tahun 1993 tinggal di Bojongmangu Kabupaten Bekasi, menjadi guru SDN Bojongmangu 03 Berusaha mengubah rintangan menjadi peluang,...

Selengkapnya
Navigasi Web

AKU DIBERHENTIKAN TANPA PEMBERITAHUAN (2)

Tantangan Menulis Hari Ke-36Aku kembali ke kelas, kembali mengajar seperti biasa, meski dengan pikiran yang bisa dikatakan kacau balau, karena bingung antara diterima atau tidak tawaran dari bapak kepala sekolah dan pengawas. Bisa saja aku langsung menolak, supaya tidak banyak beban tugas yang menghimpit, supaya tetap fokus mengajar, membimbing anak-anak. Namun ya itu, sejak pertama kali bertugas, aku paling tidak bisa menolak perintah. Entah kenapa, sepertinya sudah mendarah daging, jiwaku selalu terpanggil untuk melakukan banyak hal. Diminta jadi bendahara siap, diminta jadi operator mau. Bahkkan sering juga tanpa diminta aku menawarkan diri untuk membantu itu ini, membantu menyelesaikan administrasi kepala sekolah, membimbing anak ektrakurikuler, semua dilakukan tanpa pamrih. Alhamdulillah, semuanya membawa berkah dan kebahagiaan tersendiri. Apalagi jika semua jerih payah itu membawa hasil, bahagia rasanya. Itulah sebabnya sekolahku bisa dibilang maju, banyak kegiatan positif, mencetak anak-anak yang berprestasi, padahal letaknya cukup terpelosok.

Tiba waktunya pulang, aku segera pulang, meski tahu kalau Mas Wasto belum pulang dari ladang. Ya, Mas Wasto, suamiku bukan pegawai negeri. Dia seorang petani di kampung, di tempat yang kini aku tinggali. Aku sendiri berasal dari Bandung, ditugaskan ke Jawa sebagai guru tiga belas tahun yang lalu. Saat pertama ditugaskan aku masih gadis, dan bertemu dengan Mas Wasto di sini. Mas Wasto yang pekerja keras, berhasil menaklukkan kerasnya hatiku yang sebelumnya sulit melupakan Kang Andi, teman kuliah namun karena berbeda tempat tugas, dia menikah dengan gadis lain.

Awalnya keluargaku menolak kehadiran Mas Wasto. Saya harus mendapatkan sesama PNS, paling tidak sesama guru, agar masa depanku lebih cerah. Ya, umumnya teman-teman PNS perempuan memang menikah dengan sesama PNS lagi, bahkan banyak yang menikah dengan pria yang menduduki jabatan lebih tinggi. Namun lama kelamaan orang tuaku luruh. Mungkin dia pikir daripada gadisnya menjomblo seumur hidup, maka pernikahan kami direstui. Aku sendiri menerima Mas Wasto karena melihat kepribadian dan ketulusan hatinya. Cinta dan perhatiannya juga tak diragukan. Selain anak-anak di sekolah, Mas Wastolah teman yang selama ini selalu menghibur dan membuatku bisa tersenyum.

Bersambung

Bekasi, 05-02-2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wow

05 Feb
Balas

Hehehe... terimakasih, Mbak. Salam kenal dan salam literasi.

05 Feb



search

New Post