Tantangan Menulis Hari Ke-33

Hai, bukankah tadi hujan telah berhenti?

Burung sempat berkicau riang dan ayam keluar mencari makan. Kenapa sekarang hujan turun lagi dengan deras? Belum puaskan setelah seharian mengguyur bumi?

Ach, aku tahu... hujan itu adalah curahan rindumu untukku, jadi aku akan menikmati hujan dengan senyum dan damai.

Dulu, engkau pernah berkata, bahwa engkau selalu suka hujan.

“Gemerciknya selalu menenangkan, butirannya selalu menyejukkan,” begitu katamu. Dulu.

Yach, dulu, saat kita masih bersama. Saat kita nikmati hujan di beranda rumah, dengan secangkir kopi pahit kesukaanmu.

Kini, semua tinggal kenangan, sisakan rindu yang juga masih melekat seiring hujan yang datang.

Akankah dirimu kembali datang menemani hujan?

Ach, ternyata hadirmu hanya ilusi. Bayangmu hanya fatamorgana. Engkau telah pergi tinggalkan kenangan yang sulit dilupakan.

Lihatlah, hari sudah senja. Ingin rasanya kunikmati kembali secangkir kopi di beranda rumah, menikmati gemercik hujan bersama. Namun engkau tak pernah datang. Jejakmu telah hilang, jejakmu tak lagi ada, terhapus air hujan, terbawa angin malam.

Dan secangkir kopi yang kubuatkan, kini telah dingin, tak ada lagi yang menikmati.

Bekasi, 02-02-2022