neneng hendriyani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Budaya asli yang "terpinggirkan" atau "dipinggirkan"?

Bicara tentang adat istiadat adalah bicara tentang jati diri. Jati diri si empunya cerita. Bila ia berasal dari sebuah suku bangsa maka seluruh tindak tanduknya mewakili suku bangsa tersebut di mana pun ia berada.

Saat ia pindah dari daerah asalnya ia pasti membawa serta sebagian maupun seluruh adat istiadat di mana ia berasal. Ini sudah lumrah terjadi di mana-mana dan kepada siapa pun jua.

Adat istiadat tersebut dibawanya bukan untuk menunjukkan seberapa mulianya kedudukan ia di tempat asalnya. Namun, lebih kepada sekadar menunjukkan identitas dirinya sebagai bagian dari suku bangsa tersebut.

Nah, bila keberadaannya justeru "meminggirkan" adat istiadat dari daerah baru yang ditempatinya itu yang salah. Bukankah ada peribahasa yang mengatakan dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Dari peribahasa ini jelas sekali, bahwa seberapa pun tingginya nilai budaya yang dimilikinya tidaklah serta merta membuat ia dapat berlaku semena-mena di lokasi di mana ia berada saat ini. Ada banyak aturan adat yang tertulis maupun tidak tertulis yang harus ditaati nya di tempat baru tersebut. Tidaklah elok bila ia memaksakan diri menggunakan aturan adat iatiadatnya sendiri. Mengapa? Karena akan ada banyak hal negatif yang pasti ditemuinya.

Bila ia berada di tatar Sunda, sudah sepatutnya ia menghormati seluruh budaya Sunda. Tak hanya tata cara penyambutan tamu, makanan, minuman, dan cara berpakaiannya, tapi juga bagaimana seharusnya ia bersikap kepada pribumi setempat.

Janganlah karena ia orang berpangkat, sekalipun minoritas, maka memaksakan kepada semua bawahannya untuk sedikit demi sedikit menerapkan tata cara penyambutan tamu yang berlaku di tanah kelahirannya, misalnya. Dari sisi budaya ini jelas tidak bisa diterima.

Lalu bagaimana sikap para bawahan dalam menghadapinya? Apakah harus manut saja demi menyenangkan hatinya sehingga aman lah kedudukannya di mata tuannya yang baru?

Menurut saya, peganglah prinsip bahwa sekalipun kita bawahan, orang rendahan, orang upahan, kita adalah pribumi. Pribumi dalam arti orang-orang yang lahir, besar dan mengerti akan aturan pelaksanaan adat istiadat yang berlaku di daerah kita tersebut. Sehingga siapapun yang datang menggantikannya akan tetap menghargai kita sebagai warga negara yang cinta tanah air, cinta budayanya, dan menjunjung tinggi kehormatan lemah cai-nya.

Warga pribumi memiliki hak dan kewajiban untuk menjaga kelangsungan adat istiadat yang berlaku di daerahnya masing-masing. Pelestarian budaya ini adalah tanggung jawab yang harus dipikul olehnya dengan baik. Sehingga generasi yang akan datang masih dapat menyaksikan betapa adiluhungnya budaya warisan nenek moyangnya. Dengan demikian budaya setempat tidak akan terpinggirkan apalagi dipinggirkan.

Karadenan, 10/10/2017. 21.02 wib.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

keren banget tulisannya bu...

10 Oct
Balas

Ini sebenarnya diperhalus, Bu. Tadinya mau gamblang cuma khawatir ada yang tidak berkenan

11 Oct



search

New Post