neneng hendriyani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Ruwet Bundetnya Menulis

Kadang rasanya ingin tertawa saat membaca judul buku, artikel, cerpen, atau puisi orang. Dalam hati terselip bisikan halus, ah gampang menulis yang begituan. Setengah ngeledek, setengah mencibir, lengkap tergambar. Belum lagi jika si penulis adalah orang yang dekat. Dekat tinggalnya, duduknya, atau bahkan kerjanya dengan kita. Seolah tak percaya, sedikit sangsi apa iya dia yang telah menulis itu semua. Rasanya seperti berat sekali menemukan sederet namanya di bawah judul tulisan itu. Ingin buang muka saja, pura-pura tak kenal, atau acuh saat bertemu. Gengsi jika harus mengucap selamat atas apa yang telah dikerjakannya. Oalah sampai segitunya.

Rasa negatif di atas adalah rasa yang wajar, alamiah dimiliki orang. Apalagi yang tak suka pada si penulis. Macam orang sudah benci, tak kan berubah hatinya meski kekasih pamer body sexy dan riasan make up yang aduhai.

Andai orang itu tahu proses yang dilalui si penulis. Berani jamin, tak kan lagi ia hempaskan bahan bacaan di hadapannya. Tak kan dihapusnya chat whatsappnya. Bahkan tak akan discroll cepat akun fb nya. Ia pasti berubah. Meski ia bukan Ksatria Baja Hitam yang suka berubah.

Penulis butuh waktu untuk berkarya. Entah berapa banyak hitungan menit yang dihabisjannya tuk membaca puluhan karya orang. Ditariknya banyak kesimpulan lalu dirajutnya menjadi satu kesatuan. Dihimpunnya yang berserak. Ditambahnya ide baru yang segar lagi menyegarkan. Diceknya berkali-kali ejaannya. Semua dilaluinya dengan penuh rasa. Rasa senang, kesal bahkan sewot tingkat dewa pun dialaminya selama proses berlangsung. Tak terlukiskan berapa banyak rambutnya berdiri, dahinya mengerut manakala ide telah ludes dibahas tapi halaman masih minta jatah ditambah. Ruwet. Sungguh ruwet.

Bila semua kata telah dipadu padankan dengan benang merah yang sama barulah keruwetannya lenyap. Senyum tipis kembali menggurat di wajahnya. Ia sudah bahagia saat karyanya selesai. Bahagianya pun bertambah ketika covernya muncul. Semua ikut bahagia bersamanya merayakan setiap tahapannya.

Sungguh ironis, bila di luar sana masih ada yang memandang tak berkedip. Menganggap sia-sia jerih payahnya. Menukasnya kasar bila bercerita. Jika orang itu adalah kau yang kini duduk di hadapanku, bolehlah ku tanya, bisakah kau melakukan hal serupa si penulis? Jika iya, baguslah. Selamat datang di dunia ruwet bundet yang hanya berisi deretan alfabet dan tanda baca. Jika jawabmu, tidak! Oh, come on. Don't disturb me right now. I'm too busy to talk with you!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Menulis itu, membutuhkan kontemplasi. Betul begitu bu :)

20 Jun
Balas

Menulis, sungguh sampai saat ini hanya menjadi cita-cita saya... benar-benar harus mampu bergandengan dengan sang waktu...

20 Jun
Balas



search

New Post