Seperti biasa semua kulakoni tanpa ada yang terlupa. Pasang alarm sejak magrib agar bisa bangun tepat waktu pas tengah malam. Setelah itu bergegas ke pembaringan sekadar merebahkan badan.

Ah, menanti itu memang membosankan rupanya. Ku bunuh bosan dengan bermain "Petani El" bersama anak-anakku. Kami berlomba meraih level tertinggi. Semua berupaya dengan taktiknya masing-masing memenuhi target pertanian agar cepat naik level. Kakak fokus ke ternaknya. Abang fokus ke pernak perniknya. Agak konyol sebenarnya, untuk apa membeli balon udara, kalkun, patung, kolam ikan dll di area pertanian. Tapi itulah ide nyeleneh putra tersayangku.

Saat mata semua mulai lelah, kami berpisah. Anak- anak kembali ke kamarnya masing-masing. Aku mulai termenung. Mengingat semua kejadian setahun belakangan plus mencari semua celah yang tersembunyi rupanya tak mudah. Ibarat mencari jarum di tumpukan jerami.

Degup jantung kian kencang. Tak sabar rasanya melihat jarumnya ke angka 12. Oalah bak Cinderella jadinya. Dalam lelah akhirnya terlelap juga. Sesaat mimpipun hadir. Meski tak benar-benar lelap cukuplah untuk mengistirahatkan raga.

Malam kian tua. Tak nyana begitu pula aku saat ini. Sehelai rambut putih yang selama ini tak ada tiba-tiba hadir terlihat di cermin. Aku sudah tua. Sudah 35 tahun. Wajah tak lagi cantik. Kepayahan mulai terasa. Hanya semangat masih membara. Ingin tetap menulis hingga akhir usia.

Karadenan, 09 Agustus 2017