Tugas Resensi Buku (Neneng Rohayati)

*IDENTITAS BUKU*

- Judul Buku: Catatan Kritis Sosial,Politik, dan Hukum: Paradigma-Praksis

(Kumpulan Esai-esai Terangkai)

- Penulis: ADI FAUZANTO

- Penyunting: Ubay NA

- Sampul : Roya Putri Habobah

- Tata Letak : Ubay NA

- Penerbit : PROGRESIF-LAMONGAN

- Tahun Penerbit: 2020

- Tebal Buku: 232 halaman

- ISBN : 978-623-7965-55-8

- Cetakan Pertama: September 2020

*Resume*

Manifestasi Paradigma-Praksis

oleh: *Adi Fauzanto*

Sebuah nilai, sebuah cara berfikir, sebuah metode bergerak, yang berangkat dari rasa sakit dan sedih atas segala masalah yang ada, atas penindasan yang ada atas dominisi yang ada atas kejahata yang terlihat dan tidak terlihat atas kebohongan yang terjadi.

Untuk kemajuan peradaban manusia dan juga seluruh subjek makhluk hidup yang berada di dunia. Untuk mereka yang selama ini ditinggalkan dan tertinggal dari yang lainnya.

Untuk mereka yang selama ini ditipu, dan dibodohi oleh hasil pemikiran manusia licik berbentuk sistem. Untuk semua bangsa dan penduduknya, khususnya Indonesia, yang menjadi objek bukan subjek yang merdeka. Untuk para anak muda yang belajar, tapi menjauhkan dari dirinya sendiri, dan ilmu pengetahuan yang tidak berpihak dan yang tidak mau membantu kepada yang lemah secara struktur. Untuk perempuan yang selalu di jadikan manusia kelas dua. Untuk agama dan segala pelakunya yang memiliki nafsu buruk yang membawa manusia dan seluruh makhluk hidup menjadi tidak berdaya, tidak bebas, terkukung, dan membawa nya kearah kemunduran.

Percayalah dengan rasa sakit, hancur lebur, baik itu pikiran, otak kita, badan kita, raga dan jiwa kita, yang semuanya tidak ternilai harganya secara materi dan hitung-hitungan matematis. Sadarlah, tidak ada yang lebih indah dan menyenangkan ketika melihat masa depan peradaban manusia dan segala makhluk hidup yang ada menuju pebaikan atas segala kerusakan dan kehanciran yang terjadi pada saat ini.

Tidak ada lagi penindasan, kebohongan, ketimpangan keadilan struktural, kejahatan-kejahatan yang ada, dan segala-segala bentuk kesedihan yang terjadi. Jalan panjang masih harus kita lalui,dengan berpikir,dan bergerak mewujudkannya. Jalan yang berkabut, yang jarak pandangnya hanya sekian meter, ditutup kabut kotor dari tangan-tangan kotor manusia. Mungkin kita tidak dapat melihat ujung jalan, tetapi itulah seni dimana kita harus terus berjalan walau kabut kotor menemani. Hapuslah kabut itu, terus berjalan, hingga jalan yang bersih dari kabut kotor. Teruslah berjalan hingga menemui jalan panjang yang ditumbuhi pepohonan, bersamanya manusia yang bahagia dengan wajah berseri-seri sambil bekerja, dengan hewan-hewan yang bersuara dengan riangnya, dengan keseimbangan dan ketersalingan semua subjek makhluk hidup.