Neng Rika

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

AKU BENCI KAMU

AKU BENCI KAMU

Terus terang sejak kejadian memalukan itu, aku benar-benar benci sama dia. Dia yang aku kagumi karena kepintarannya, keramahannya, dan kebaikannya pada setiap orang, selain itu dia juga pandai menulis puisi romantis yang bikin perempuan klepek-klepek. Tapi tidak untuk saat itu, aku dibuatnya malu didepan teman-temanku. Benci, aku benar-benar benci padanya.

Dia adalah Arman teman sekelas ku di SMA saat kelas satu. Pada saat kelas 2 dan kelas 3 kami pisah kelas karena beda jurusan, aku mengambil jurusan IPA dan dia memilih jurusan Bahasa. Selain itu kami juga mengikuti organisasi yang sama. Kebetulan dia terpilih sebagai Ketua Umum dan aku sebagai ketua 2 bagian Keputrian.

Dikelas Arman sering meminjam buku catatanku, katanya sih dia ketinggalan mencatat. Entah benar atau hanya alasan saja, karena setiap kali dia mengembalikan buku catatan ku, pasti di halaman belakang selalu ada tulisan puisi-puisi gombalnya. Romantis sih, tapi aku tak pernah menghiraukan tulisan-tulisan gombalnya.

Suatu hari Arman tiba-tiba duduk di kursi sebelahku dan menyodorkan buku catatan ku. Tapi kali ini ada yang berbeda, tak seperti biasanya dia agak kaku dan setengah gemetar. Aku heran dan mencoba bertanya, "Kenapa Man, kok gemeteran gitu?". Arman beranjak dari kursi setengah kaget, lalu dia berlutut di depanku, "Teh, emh ... emh ... " Arman memang biasa memanggilku dengan sebutan Teteh. Dia tampak sangat gugup, mukanya memerah terlihat sangat jelas karena Arman memang bekulit putih bersih. Begitupun denganku, aku malu diliatin teman sekelas ku, mereka menyoraki ku dengan teriakan "A cie cie ... Swit wiw ..." Arman tak menghiraukan olokan teman-teman , lalu memulai pembicaraan. "Teh, mohon diterima ya ..." Arman memberiku sekuntum bunga mawar merah dan amplop warna merah muda dengan gambar kelopak bunga dan kupu-kupu.

Sejenak aku terdiam, entah apa yang harus aku katakan pada Arman karena selama ini aku merasa nyaman menjadi sahabatnya. Aku mencoba mengalihkan perhatian Arman, "Man, bangun dong, aku malu nih diliatin teman-teman". Arman pun berdiri dan duduk di kursi sebelahku. Sejenak kami terdiam dan sesekali saling melempar senyum. "Gimana Teh ..." Arman mengawali percakapan. Aku pun menjawab pertanyaanya hanya dengan tiga kata, "Aku Benci Kamu" Arman terlihat shok wajahnya penuh kekecewaan dan kesedihan. "Sebenci itukah Teteh sama aku?" Arman terlihat memelas. "Iya Man, Aku benar-benar cinta kamu ... ."

Bandung Barat, 19 November 2018

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post