Neng Sri Purna,S.H,M.Pd

Bekerja sebagai Guru PPKN pada MTsN 8 AGAM, sejak tahun 2004. Tamatan Fakultas Hukum pada tahun 1997 dan melanjutkan pendidikan Pasca Sarjana pada tahun 2008 da...

Selengkapnya
Navigasi Web
Manusiawi (tantangan menulis gurusiana hari yang ke-356)
Pict : marriage.com

Manusiawi (tantangan menulis gurusiana hari yang ke-356)

Sebagai makhluk Allah Yang Maha Kuasa, manusia pada hakikatnya memiliki hati yang sama dan kecendrungan yang sama terhadap lawan jenis. Hal ini tidak tergantung kedudukan, keilmuan dan keimanan seseorang, sebab selagi punya hati, pastilah sebagai manusia normal tentunya menyukai lawan jenis.

Secara ilmu biologi, justru yang menyukai lawan jenis inilah yang dikategorikan sebagai manusia normal, dan yang menyukai sejenis adalah penyimpangan biologis yang dilarang dalam agama manapun, sebab Tuhan menciptakan makhluknya berpasang-pasangam yang berarti berbeda jenis.

Menyikapi kecendrungan terhadap lawan jenis ini, rasa suka itu lahir pertama kali disaat usia remaja tepatnya masa pubertas. Hal ini dipengaruhi oleh perubahan hormon yang ada pada tubuh remaja yang mengakibatkan timbulnya ketertarikan terhadap lawan jenis.

Beda lagi ceritanya jika ketertarikan terhadap lawan jenis tersebut adanya pada usia midle live (usia paro baya), dimana usia ini disebut dengan midle live crisis yaitu usia puber kedua. Ketertarikan pada lawan jenis pada usia puber kedua ini bukan disebabkan oleh perubahan hormon layaknya seperti puber pertama, tapi lebih kepada faktor psikis yang labil dan faktor dari luar diri yang juga ikut berperan nyata dalam hal krisis puber kedua ini.

Secara ilmu biologi dan psikologi perkembangan, memang semua orang akan dihadapi dengan masalah puber kedua ini, namun dari segi pengaruh dari krisis puber kedua ini tidak sama tiap-tiap orang, tergantung kepada pribadi orang yang bersangkutan. Namun secara normalnya, semua orang akan memasuki dan melalui tahap puber kedua ini, baik laki-laki maupun wanita.

Sebagai manusia normal sangat manusiawi sekali jika proses puber kedua ini bisa dikelola secara baik, jauh dari penyimpangan norma-norma. Caranya salah satunya dengan mengaktifkan energi positif dibidang sosial, menumbuh suburkan sikap empati terhadap orang sekeliling kita sehingga energi puber kedua ini bisa dikelola dengan baik, sebab orang pada usia puber kedua ini kembali energik dan kreatif.

Makanya tidak heran kita melihat emak-emak usia puber kedua ini aktif dalam kegiatan senam, kegiatan sosial, kegiatan kumpul-kumpul sosialita dan kegiatan lainnya yang cenderung melepas energi positif dan membuang pikiran negatif dari dampak puber kedua. Otomatis dengan usia puber kedua, emak-emak kembali aktif dan eksis untuk bersosialisasi dan ingin menunjukkan kemampuannya dibidang lainnya yang tidak hanya sebatas kemampuan dalam menghandle tugas rumah tangganya.

Lalu timbullah pertanyaan, sejak usia berapakah mulai terjadinya puber kedua ini. Tiap-tiap orang juga berbeda-beda waktunya terjadi puber kedua ini, sama halnya waktu terjadinya puber pertama. Ada yang datang pubernya lebih awal ada juga yang terlambat.

Kalau puber kedua ini, bisa dikatakan datangnya diusia 30 tahun keatas hingga usia 50 tahun. Memang rentang waktunya panjang dan datangnya berbeda-beda tiap orang. Mungkin ada juga yang tidak mengetahui pasti, kapan dia mengalami puber kedua, sebab dia tidak pernah acuh dengan gejala-gejala dari puber kedua ini, mungkin disebabkan kesibukan pekerjaan, beban pikiran yang berat atau tidak peduli dengan dirinya sehingga tidak memilik waktu untuk memikirkan apa yang dirasakan oleh dirinya secara psikis.

Tugas kita disaat memasuki usia paro baya ini hanyalah untuk lebih bijak dalam bersikap dan selalu berusaha berbuat baik, jauh dari hal-hal negatif dan memupuk energi positif dalam diri, sehingga tidak membuat kita terperangkap dalam pengaruh buruk puber kedua.

Memang usia puber kedua ini dikategorikan sebagai bentuk krisis, yang namanya krisis pastilah berbentuk masalah. Namun dengan adanya krisis ini, cukuplah krisis yang terjadi hanya krisis interen psikis kita, bukan krisis yang juga melibatkan orang yang berada diluar diri kita. Cukuplah semua perasaan, gejolak hati dan ketidak stabilan psikologis itu kita yang rasakan, tanpa harus menjadi momok dalam kehidupan kita, jika kita salah dalam mengelola krisis tersebut. Semoga badai krisis puber kedua ini dapat dilewati dengan tenang dan tidak ada jatuh korban, baik korban perasaan maupun korban jiwa.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillaah, keren tulisannya, sehat dan sukses selalu bu Neng Sri Purna

25 Mar
Balas

Mantap bunda tulisannya....semoga sukses dan sehat selalu...

25 Mar
Balas

Mantap bunda tulisannya....semoga sukses dan sehat selalu...

25 Mar
Balas



search

New Post