Neng Sri Purna,S.H,M.Pd

Bekerja sebagai Guru PPKN pada MTsN 8 AGAM, sejak tahun 2004. Tamatan Fakultas Hukum pada tahun 1997 dan melanjutkan pendidikan Pasca Sarjana pada tahun 2008 da...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menangis di depan kelas
Pict source: i.g

Menangis di depan kelas

Hari ini, tepatnya pagi Jum'at tadi, kegiatan muhadarah dibatalkan dikarenakan hujan mulai turun, otomatis acara muhadarah dilapangan ditiadakan. Selanjutnya siswa dan guru masuk lokal masing-masing untuk pembelajaran. Aku masuk lokal IX.1 lebih awal dari pada teman sesama guru lainnya, karena ingin mengajak siswaku untuk tadarusan mebaca surat Al Kahfi, sebab hari Jum'at adalah waktu yang dianjurkan untuk membaca surat Al Kahfi. Kurang lebih 20 menit lokal IX.1 membaca surat Al Kahfi, maka disudahi pada ayat yang ke-40. Siswa ku himbau untuk melanjutkan membaca sampai siap di rumah masing-masing.

Setelah tadarusan surat Al Kahfi aku minta tolong kepada ketua kelas untuk mengumpulkan infak kelas, karena setiap hari Senin-Rabu-Jum'at merupakan pembiasaan berinfak dan bersedekah. Aku sebenarnya ingin memberikan materi pembelajaran, namun waktu yang tinggal sedikit sebab tinggal 15 menit lagi, aku menyampaikan tausiyah tentang keutamaan membaca surat Al Kahfi dan ibadah lainnya pada hari Jum'at, sampai kepada pembiasaan untuk membaca Alquran setiap hari, agar jiwa siswaku menjadi tidak gersang dan tidak mudah sakit, sebab Alquran itu banyak fungsinya seperti sebagai Assyifa, yaitu sebagai penyembuh, baik penyembuhan bagi raga yang sakit atau jiwa yang rapuh atau sakit.

Akhirnya sampailah aku menyampaikan tentang kematian, tentang keadaan dikubur nantinya, dengan narasi yang begitu menyentuh hati siswa, tentang sempitnya kubur, tentang azab kubur bagi yang tidak shalat atau malas shalat, begitu juga yang malas berinfak dan bersedekah. Disaat aku menceritakan azab kubur, air mataku langsung bercucuran dan kerongkongan terasa sempit, sehingga tidak sanggup aku berucap lebih banyak. Dengan suara terbata-bata disela air mata yang bercucuran, aku minta siswaku untuk selalu mendoakan aku selalu disaat aku telah tiada nanti. Dengan haru aku bercerita kalau usiaku sudah masuk 50 tahun dan sudah masuk lanjut usia. Aku tegaskan kembali kepada siswaku kalau kematian tidak mengenal usia tua atau muda jika saatnya telah tiba, satu-satunya yang dipersiapkan adalah untuk menyongsong kematian itu sendiri yaitu amal yang akan dibawa. Dengan suara yang makin melunak dan suara yang berat, aku berharap kepada siswaku atas apa yang telah aku sampaikan hari ini menjadi ilmu yang bermanfaat dan bisa memberi syafaat bagiku diakhirat nanti jika diamalkan oleh para siswaku. Ada juga siswaku yang menangis bersamaan dengan permintaanku untuk megamalkan apa yang telah aku sampaikan, sebab mereka terharu sekali karena aku sampaikan dengan iringan derai air mata. Inilah pertama kalinya aku menangis didepan siswaku, begitu besarnya pengaruh tausiyah dan muhasabah diri yang aku sampaikan, sehingga jiwa menjadi lembut dan mudah untuk mencurahkan air mata. Mudah-mudahan siswaku bisa menagamalkan apa-apa yang telah aku sampaikan di Jum'at Mubaraq hari ini. Insha Allah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post