Munggah Gunung
Pada waktu yang telah di sepakati untuk keberangkatan kami menuju puncak, kami di bangun oleh Tigor. Kami semua bersiap – siap untuk munggah gunung dan melanjuti perjalanan kami. Tenda pun telah di bongkar serta di lipat. Dan lagi – lagi Robi dan anak laki – laki lainnya memastikan tidak ada barang kami yang kececer atau tertinggal. Sebelum melanjutkan perjalanan terlebih dahulu kami berdo’a agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Dengan berbaris satu saf, kami mulai bergerak. Sebagai ketua rombongan tentu saja Robi yang di depan. Barisan kami di seling cowok –cewek begitu seterusnya. Udara malam yang makin dingin membuat kami makin memegang erat jaket kami. Sarung tangan sepertinya udah tak mampu menahan dinginnya malam ini. Kami terus bergerak berjalan dengan perlahan – lahan dan hati - hati. Terlebih lagi apabila kami harus melewati tebing – tebing yang terjal. Di dalam perjananan tak henti – hentinya Robi selalu mengingatkan kami jangan melamun, dan selalu berdo’a dalam hati.
Rasa takut tidak ada di hati kami, karena mungkin ini hari libur setiap berjalan sedikit kami selalu berpapasan dengan pendakian lain. Ada pendaki yang naik lagi istirahat dan ada juga pendaki yang turun. Bisa di bilang malam ini sangat ramai. Setiap kami bertemu dengan pendaki berasal dari kelompok lain, kami selalu bertegur sapa. Entah mengapa selalu merasa persaudaraan yang kuat di antara kami , padahal kami tidak saling kenal. Didalam cuaca dingin, dan keheningan malam terdengar juga suara binatang alam yang saling bersahut – sahutan terdengar seperti sebuah irama lagu simponi, membuat kami merasa sangat damai. Tiba – tiba terdengar suara Susan “ Ketua, kita istirahat dulu yuk?” mintanya pada Robi. “ Baiklah teman – teman kita istirahat disini dulu” kata Robi. Tanpa menunggu instruksi lebih lanjut mereka segera mencari posisi masing – masing. Mereka mencari batu – batu gunung yang besar agar mampu merebahkan tubuh mereka di batu tersebut. Ada juga teman yang lainnya langsung saja merebahkan diri ke tanah, menyatu dengan alam. Semua teman Robi menggunakan waktu istirahat ini dengan sebaik – baik nya. Ada yang hanya sekedar memicingkan mata, mencuri kesempatan untuk tidur, ada yang sekedar hanya duduk untuk minum dan makan makanan ringan yang di bawa dari rumah. “ Jangan jauh – jauh ya teman – teman, tetap berhati – hati dan selalu waspada. Kita masih berada di puncak dua, ada dua puncak lagi baru kita sampai ” Robi mengingatkan teman – temannya. Setelah merasa istirahat sudah cukup, Robi pun membangunkan teman – temannya untuk melanjutkan perjalanan. Karena makin lama kita istirahat makin kuat dingin yang kita rasakan sampai menusuk sampai tulang kita. Kalau kita berjalan tubuh kita tetap bekerja dan menghasilkan panas, mungkin karena itulah kita tidak terlalu merasakan dingin.
Akhirnya jam 04.15 wib rombongan kami sudah sampai dipuncak. Robi pun bersiap – siap mendirikan tenda. Rencananya kami akan melihat sunrice dari sini. Sambil menunggu sunrice para anak perempuan sibuk menyiapkan makanan untuk sarapan kami nanti. Berhubung juga karena hari sudah hampir pagi. Waw...saatnya sunrice muncul, Surya sudah memegang kamera kesayangannya guna mengabadikan momen ini. Semua kami benar – benar merasa terkagum – kagum atas keindahan alam semesta ini. Kami seperti berada di sebuah negeri atas awan. Semua yang dibawah terlihat sangat indah dan kenangan ini tidak mudah untuk dilupakan. Cuaca juga semakin dingin, anehnya semakin pagi semakin dingin. Sekitar jam 10 pagi kami mulai menuruni gunung.
Selain keindahan alam kami juga menjumpai kuburan – kuburan para pendaki yang meninggal saat mendaki gunung ini. Mungkin karena sulitnya medan untuk dievakuasi atau merasa kebanggaan sendiri mereka dapat dikuburkan disini. Biasanya kuburan mereka di jadikan monumen dan penghormatan sering di berikan pada pendaki pendaki yang lewat disini. Penyebab kematian mereka pada umumnya disebabkan perubahan cuaca yang secara tiba – tiba. Misalkan habis hujan. Mereka terkena Hipotermia. Hipotermia terjadi apabila tubuh menjadi terlalu dingin. Pada suhu yang dingin di atas nol derajat, bahkan ketika suhu diantara 7 sampai 10 derajat celsius. Dan satu lagi penyakit ketinggian yaitu kurangnya oksigen ditempat yang tinggi. Kekurangan oksigen mengakibatkan pusing, sesak napas, dan bingung. Keaadaan ini dapat menyerang para pendaki pada ketinggian 2400 meter di atas permukaan laut.
Perjananan turun gunung ini tidak sesulit saat naik, kami dapat menikmati keindahan alam dan melihat keindahan sekitar gunung. Mungkin karena itu saat menuruni gunung waktu terasa cepat. Beberapa kali kami berhenti untuk sekedar mengabadikan momen kami, dan mengambil sedikit bunga edelwis ( bunga keabadian untuk cinta ) sebagai kenang – kenangan. Robi juga mengambil bunga tersebut, konon katanya apabila kita memetik dan mengambil bunga itu sendiri dengan tangan kita dan di berikan kepada orang yang kita cintai maka cinta kita akan kekal dan abadi untuk selamanya. Robi menjalankan niatnya memang dari rumah untuk menembak Rina. Dan bunga itupun kepada Rina. “ Rina, ini buatmu “ kata Robi. Rina tersenyum malu. Dan Robi melanjutkan kata – katanya lagi “ Karena bunga ini melambangkan keabadian, aku mengungkapkan rasaku kepadamu, maukah kamu menjadi pacarku ?” tanya Robi. Rina terkejut, memang selama ini dia memendam perasan yang sama terhadap Robi tetapi dia malu mengungkapkannya. Lebih baik iya yang menunggu Robi mengungkapkan perasaannya terhadap dia. Kini saat yang di tunggu sudah tiba , tanpa berfikir panjang dia pun mengangguk “ Iya , Robi aku mau jadi pacar kamu “ jawab Rina. “ Susuit...susuit.....cie...cie....ada yang jadian nih” semua teman mereka menggoda Robi dan Rina. Mereka pun sebenarnya memang sudah menunggu momen ini, karena Robi dan Rina benar – benar pasangan yang cocok dan serasi menurut mereka. Mulai saat itu Robi dan Rina jadian. Mereka berharap cinta mereka seperti bunga edelwis akan abadi selama – lamanya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Naik-naik ke puncak gunung..mantab bu ulasan kegiatan yang menantang. Sukses selalu, salam