#TantanganHari40 #60HarMenulis #TantanganGurusiana

Dengan tekad yang luar biasa puteraku Royyan Dwi Agustio terus melaju tanpa mau menyerah. Keinginan yang luar biasa besar untuk mampu menaklukkan Kota Jakarta dengan modal seadanya.

Keinginan untuk menjadi seorang apoteker yang menggebu-gebu membuatnya sangat bersemangat untuk meneruskan kuliahnya. Dia memang bermental baja, tangguh, berbakti kepada orang tua, dan taat menjalankan ibadahnya.

Puteraku Royyan berjanji kepada dirinya sendiri bahwa ia kuliah bukan untuk menghabiskan uang dan harta orang tua, tapi sambil belajar mencari uang. Ternyata apa yang ia sampaikan benar-benar ia alami.

Sebagai seorang PNS saya dan suami sebenarnya mampu mendanai pendidikan putera kami. Tapi dia orang ingin berusaha sendiri. " Biarkan saya belajar mandiri bu, saya bisa kog menghidupi diri sesendiri " kata anakku.

Dia tak pernah mengeluh dengah keadaan yang ia hadapi, ia sanggup melawan keinginan begaya seperti anak muda lainnya. Jika orang lain menggunakan sepeda motor keluaran terbaru, ia hanya mmembeli sepeda motor bekas seharga Rp. 3.700.000. Sisa uang yang saya kirim dapat dimanfaatkan untuk keperluan lainnya.

Sebelum ke Jakarta dia berangkat Yogyakarta untuk memulai misinya di sana. Di kota gudeg ia memasukkan bahan kuliahnya ke berbagai perguruan tinggi di Yogya, Semarang, Solo, Bandung, dan terakhir di Jakarta.

4 kota yang dicobanya belum membuahkan hasil, ia menelponku " Ibu, maafkan saya bu, anakmu belum berhasil ".

"Teruskan perjuanganmu nak, umurmu masih terlalu muda untuk merasa kecewa. Kegagalanmu adalah proses menuju kesuksesan" jawabku.

" Ibu merasa keberhasilanmu sudah dekat nak, berjuanglah. Jangan engkau risaukan masalah uang. Selalu ada rezeki untuk niat baikmu nak " sambungku.

"Oke ibu, doakan semoga berhasil bu, saya akan ke Jakarta bu. Karena saya dapat panggilan wawancara dari pak Mario Teguh dan dari sebuah perusahaan bu" sahutnya.

Kiranya dia telah menyusun banyak planning selama ini, bila gagal kuliah ia akan bekerja, dia bertekad tidak akan kembali jika belum berhasil.

Suatu ketika dia kembali bercerita kepadaku " ibu, ternyata cukup mudah mendapatkan pekerjaan di Jakarta" Ia pun bekerja di sebuah Perusahaan Farmasi dengan sunggguh-sungguh. Berselang beberapa saat ia kembali mendapat kabar gembira, ia lulus di jurusan Industri marketing ( Apoteker) di ISTN.

Setelah melewati masa trainingnya di perusahaan, Ia pun mengundurkan diri dari perusahaan. Agar lebih Focus kuliah. Ia melalui masa kuliahnya dengan berbagai kegiatan, baik kegiatan sosial, keagamaan, olahraga, dan politik.

Sebelum wisuda ia mendapat panggilan wawancara dari sebuah perusahaan Farmasi yang tergolong besar di Lita Bandung. Entah dimana ia mendapatkan imformasi bahwa ada lowongan pekerjaan untuk lulusan Apoteker Di perusahaan tersebut dan ternyata ia lulus wawancara dan akan di tempatkan di kota Jambi.

Pihak perusahaan menawarkan untuk posisi apoteker penanggung Jawab alat kesehatan di perusahaan dan perusahaan juga siap menunggu sampai ijazah apotekernya keluar. Tapi ia memilih untuk kembali ke kotanya dengan sejuta rencana.