Dua sejoli duduk termenung di tepi pantai sore itu, memandang laut dengan hati yang gemuruh seperti gulungan ombak yang memecah ke pantai sakit, pedih dan teriris. Arin menyeka air matanya yang tak habis- habis, sementara Fandi hanya bisa memandang Airin sambil memegang tangannya berharap agar sang kekasih kuat. Inilah saat- saat terakhir mereka setelah menjalin hubungan hampir lima tahun. Mereka berharap hubungan ini akan di restui namun akhirnya perpisahanlah yang menentukan. Duduk manis dengan senyum yang merekah harus di perlihatkan ke semua tamu undangan. Wajah cantik Airin,tubuh tinggi semampai dan dibalut gaun penganten siapapun terkesima memandangnya. Apalagi di sampingnya berdiri laki- laki gagah yang rupawan menambah lengkap suasana pesta. Pandangam Arin terkesima ketika dihadapannya berdiri orang yang sangat dicintainya, matanya berkaca- kaca berusaha tidak tumpah seperti keinginan Fandi di pertemuan mereka dulu. "Selamat berbahagia adikku", ucapan Fandi sambil memegang erat tangannya, serasa tak ingin Airin lepas tangan yang pernah membuatnya bahagia. Laki- laki itupun berlalu, hilang di antara tamu, satup- sayup terdengar alunan lagu "harusnya aku yang disana" Tanjung Pati, 11 Maret 2022