Besok pernikahan anak semata wayangku, entah kenapa ada sesuatu yang menyesak di dada ini namun tak bisa aku ungkap dan ceritakan. Aku pandangi wajahnya serasa baru kemaren sore aku timang, gendong dan suapi makanan kesukaannya. Tapi besok dia bukan milikku seutuhya lagi karenà ada seseorang yang akan menjadi iman dan panutannya. Bersama kami membuka album foto, mengenang kembali masa kecil yang penuh kenangan. Terlihat ketika wajah kecil yang masih memerah itu dikhamatkan papanya, aku tersenyum menatapnya karena suara lembut itu masih tergiang- ngiang di telinggaku. Kami saling menatap ketika sebuah foto Rani kecil tertawa lebar dengan gigi ompong menyeringai sambil memeluku erat. Kamipun mencoba adegan tersebut seperti yang ada di foto, tapi bukannya wajah bahagia yang kami lakukan tapi saling menanggis, entah kesedihan apa yang aku rasakan, Rani terisak sambil memelukku erat, aku coba menyeka air matanya yang jatuh bercucuran seiring air mataku yang tak bisa terbendung lagi.

Aku genggam tangan lembut ini dengan erat, kucoba rasakan kehangatan mengalir di tubuhku. Aku menatap wajah cantiknya, anakku tetaplah engkau sayang kepadaku, walaupun ada ibu lagi yang akan kau cintai. Kau jaga harkat dan martabatmu sehingga kau menjaga harkat dan martabat suamimu, hiduplah dalam ketaatan kepada Sang Khalik, karena Dialah tempat mengadu disaat kau senang ataupun susah. Tingkatkanlah ibadahmu karena ada dia yang akan selalu membimbingmu. Selamat menempuh hidup baru, ku lepas engkau dengan keikhlasan hati...

Tanjung Pati, 20 Maret 2022