nety puspitasari

Hi, Saya Nety Puspitasari . Saya mengajar Bahasa Inggris di SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
CERITA DALAM POT

CERITA DALAM POT

Panas siang itu terasa menyengat badan. Begitu memasuki toko, aku langsung bilang pada ibu sang pemilik toko tersebut bahwa aku ingin beli pot. Ibu tersebut tersenyum padaku dan kemudian menunjukkan tempat pot-pot plastik yang dia jual. Lalu aku memilih dan mengambil sejumlah pot yang aku butuhkan untuk menanam bunga tapak dara yang warna bunganya sangat mempesonaku.

“ Berapa harga satu pot ini, bu ?” tanyaku.

“ Untuk adik , harganya saya kasih Rp.10.000, rupiah saja ,” kata ibu tersebut sambil tersenyum.

Tiba-tiba, terdengar suara sirine ambulance meraung-raung cukup keras membelah keramaian di seberang jalan,

“ Aduh.., suara itu !” kata ibu pemilik toko itu dengan suara lirih,

“ Ada apa,bu ?” tanyaku.

Cerita mulai mengalir…

“ Suara sirine ambulance itu mengingatkan pada anak laki-laki saya yang sudah meninggal dunia berapa tahun lalu,dik. Dia meninggal karena sakit. Saya sangat sedih bila teringat dan mengenangnya. Dia sudah besar dan duduk di bangku SMA. Wajahnya tampan. Saya sangat menyayanginya. Dia anak yang baik” .

Air mata ibu pemilik toko tersebut mulai mengalir deras. Dia melanjutkan ceritanya dengan air mata yang semakin tak terbendung. Sesekali terisak dalam kepiluan. Untuk sesaat aku hanya diam membisu mendengarkan cerita ibu tersebut .

“ Kasihan sekali anak itu . Saat dia masih kecil, dia kurang mendapatkan kasih sayang dari ayahnya . Prahara keluarga menimpa keluarga kami karena ayah anak itu berpaling hatinya pada wanita lain sehingga tidak lagi perhatian pada keluarga. Tapi sekarang suami saya sudah sadar,” tutur ibu tersebut dengan tatapan mata menerawang jauh entah apa yang sedang dia ingat dan pikirkan. Kemudian cerita ibu tersebut berlanjut.

“ Ketika saya dan suami saya pergi umroh, saya bawa sarung, sandal, dan peci milik anak saya yang sudah meninggal itu . Disana saya berdoa khusus untuknya. Saat melakukan ibadah umroh, suami saya meminjam dan memakai sandal anak saya. Saya bilang pada suami saya untuk tidak atau jangan memakainya, tapi suami saya tetap memaksa dan memakainya untuk melakukan sholat . Saya tunggu lama suami saya belum kembali. Waktu itu cuaca cukup sejuk. Tak lama suami saya datang . Saya bertanya kepadanya kenapa lama sekali. Dia menjawab bahwa sandal anak kami hilang dan dia sudah berusaha mencarinya tapi tidak ketemu. Sehingga kemudian dengan tanpa memakai sandal, suami saya pergi untuk membeli sandal. Dia bilang disepanjang jalan sulit dan tidak mudah untuk menemukan tempat penjual sandal dan dia merasakan kepanasan bagai seperti di neraka saat mencari dan membeli sandal.

“ Mungkin itu balasannya ya, dik,” kata ibu tersebut

Aku masih tetap setia dengan diamku dan senyumku mendengar kisah ibu tersebut.

Cerita terhenti ketika tak lama kemudian suami ibu tersebut datang sambil membawa banyak barang dagangan untuk toko mereka. Ibu tersebut tampak tersenyum melihat suaminya datang. Bersamaan dengan itu aku bergegas keluar dan pamit pulang pada ibu pemilik toko tersebut dengan membawa pot-pot yang kubeli. Dari sepeda motor yang kuparkir, aku melihat suami istri tersebut masih terlibat pembicaraan kecil. Keduanya nampak mesra dan saling membantu saat menurunkan barang. Lagi-lagi aku hanya bisa tersenyum melihat mereka.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post