Budaya Literasi Siswaku
Berdiri menatap gedung berlantai tiga dari arah timur,
membaca slogan yang tuliskan “Sekolah Ramah
Anak”, spontan, dengan kejahilan jemari, membidik
slogan tersebut dengan kamera gawai. Karena keterbatasan
waktu, tak mungkin bagiku untuk lama berdiri menatap
gedung tersebut. Akupun naik ke gedung A lantai 3, sesuai
petunjuk security saat itu.
Dengan napas yang terengah‐engah, kulihat jam
menunjukkan pukul 09.45 WIB. ”Telat lima belas menit,”
tandasku dalam hati. Bukan sibuk mencari kantor kepala
sekolah, aku malah berdiri dan menatap ke arah luar dari
koridor lantai 3, kulihat banyak daun‐daun yang rimbun,
membatasi pandanganku kearah gedung B.
Masyaallah, benar‐benar sekolah yang aku rindukan,
dengan halaman yang luas, tumbuhan yang rindang, warna
gedung yang cerah, dan slogan itu, “Ramah Anak”. Selama
ini, tak semua sekolah yang aku ketahui berani memajang
slogan tersebut. Ini benar‐benar luar biasa.
Lebih luar biasa lagi adalah ketika aku membalikkan
badan, ingin menuju keruangan kepala sekolah, seorang anak
senyum dan menjulurkan tanggannya, kami pun bersalaman.
Wajahku tersenyum kaku, sebab aku adalah orang asing
baginya.
Bersambung....
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar