Dataang Tanpa Pamit
“Kamu berlebihan. Pengalamanku belum sebanyak
dirimu,” ujarku pada Sharkan yang banyak memujiku.
“Tan, sebelum kedatanganmu, Tuan Eko bercerita.
Bahwa your parent very clever and smart dalam menguasai
dapur. Kamu pun memiliki jiwa yang rajin nan pintar juga.”
“Kamu bisa saja. Paman berlebihan, tuh.”
“Beneran. Makanya Tuan Mahmud menerima kita di sini.
Aku sendiri adalah sepupu Dilvica.
”What?” Sontak aku kaget mendengar ucapan Sharkan
baru saja. Beliau sepupuan. Uh, kok penasaranku makin
menjadi‐jadi.
“Hai, kamu kok memandangku seperti itu?” tanya
Sharkan.
“Tidak, aku penasaran saja.” Aduh. Kok aku jujur sama
Sharkan, aku malu sekali.
“Penasaran kenapa?”
“Bukan. Lain kali saja. Kita tidur, yuk.”
“Bener, tidak mau cerita? Selagi aku masih baik dan
belum ngantuk,” ujar sharkan bercanda. Iya juga sih.
mendingan aku tanya soal sakitnya Tuan Akhyar.
“Beneran? Kamu mau mendengarkan dan menjawab rasa
penasaranku?”
“Hmhmhm,” jawab Sharkan mengangguk. Beliau menarik
bantal, menggelengkan wajahnya ke arahku. Aku sedikit
malu. Namun, beliau sudah menjadi sahabatku saat ini.
Setidaknya, aku harus berbagi pengalaman maupun rasa
ketidaknyamanan. Hihihi. Tandasku di hati.
“Tuan Akhyar sudah lama sakit? Beliau sudah berapa lama
menikah?”
Bersambung....
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar