Persaudaraan, Guru
”Maaf Ummi, saya mau bertanya, kantor kepala sekolah di mana,ya?Dia pun menjawab dengan ramah, ”Saya sendiri kepala
sekolahnya.”
Ternyata seorang kepala sekolah‐lah yang mencium
tangan setiap anak‐anak. Takjubku makin bertambah, aku
salut kepadanya. Tak pernah kujumpai di tempatku mengajar
sebelumnya kepala sekolah seperti dirinya. Dia pun
mengarahkanku, ”Naik ke lantai dua, belok kiri, nanti ada
tulisan kantor kepala sekolah, Ummi masuk, tunggu saya di
situ ya.” AKu mengangguk takzim kemudian bergegas pergi
meninggalkannya
Setelah tak berapa lama menunggu, beliau datang.
Setelah kusampaikan lamaran pekerjaanku, aku langsung
dites, melaksanakan ujian, dan sebagainya. Keesokan harinya
aku datang lagi untuk melakukan tes selanjutnya.
Alhamdulillah, doa kedua orang tuaku terkabul. Aku diterima
dan dapat bergabung di DIM. Akhirnya aku bisa jadi pendidik
di sekolah ini, terhitung tanggal 13 September 2018.
Namun, di balik kebahagiaan ini, ada kesedihan yang kami
rasakan. Aku kehilangan sosok pahlawan di dalam hidupku.
Tepat hari kelima aku mengajar di DIM, musibah besarpun
menghampiri kami. Abahku pergi untuk selama‐lamanya. Aku
rapuh serapuh‐rapuhnya, merasa tak berdaya. Tak pernah
kubayangkan sebelumnya, abah akan meninggalkan kami
tanpa memberikan tanda sama sekali.
Bersambung...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar