Terombang-ambing

Rasanya aku ingin kembali ke tempat ini. Memanjakan mata dan bercerita padanya. Ya, walaupun aku sangat tahu, mereka hanya diam seribu bahasa. Hanya desir angin yang menyejukkan. Seolah ikut mengerti apa yang kurasakan sekarang. Terkadang, apa yang ada di dalam kepalaku, belum tentu ada di dalam kepala orang yang ku tuju. Terkadang, aku hanya perlu belajar untuk mengerti, betapa hal-hal yang kuanggap penting, belum tentu dianggap penting oleh orang lain. Hal remeh temeh sekalipun tidak perlu diungkapkan. Sebab jika tidak memenuhi harapan, maka akan menimbulkan kekecewaan.

Tanpa kusadari, ternyata aku terlalu memaksakan diri. Memaksakan diri untuk selalu ada, memaksakan diri untuk diakui dan memaksakan diri untuk disayangi. Namun, jauh dalam lubuk hatiku, tidak terbersit sekalipun niat memaksakan diri itu. Aku hanya mencoba mengikuti arus yang telah ada. Dan malangnya, aku terhanyut di dalamnya. Tak ada pertolongan. Meski aku melambaikan tanganku sekalipun.

Malam ini sepertinya aku lalui dengan derasnya hujan di relung hati. Ada ungkapan. Ada namun tiada. Aku tidak paham. Dengan cara apa lagi aku tetap bertahan dalam hempasan ombak samudera hatimu. Sikap terakhir yang kau tunjukkan membuatku kembali terombang-ambing di tengah lautan.

"Sepertinya kita sama-sama berlayar, tetapi tidak berlabuh pada dermaga yang sama."

-ega mozart-

Medan, 20 Mei 2020