Judul Buku: Melangkah di Indahnya Bebatuan

Penulis: Anik Wahyuningtyas

Penerbit: CV. Pustaka MediaGuru

Cetakan: Pertama, Agustus 2020

Tebal: VI + 58 halaman

ISBN 978‐623‐272‐792‐2

Kehidupan ini tak pernah lepas dari cobaan, mulai dari kita lahir sampai saat roh berpisah dengan badan. Cobaan yang datang adalah untuk meningkatkan derajat diri kita di hadapan Sang Pencipta. Seseorang yang sukses biasanya banyak menghadapi liku-liku kehidupan. Karena hidup tak seindah yang kita bayangkan dan juga karena hidup tak semudah memalingkan muka ketika berjumpa dengan sang mantan.

Kehidupan Guru dahulu belumlah semanis sekarang, ditugaskan jauh terpisah dari sanak saudara tak membuat sang Guru berputus asa. Hidup dengan gaji pas-pasan bukan lantas tak memberikan pendidikan yang terbaik bagi anaknya. Mulai dari Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi sang Ayah yang seorang Guru selalu memberikan yang terbaik bagi anaknya, walau terkadang sekolah itu adalah sekolah swasta yang biayanya tidaklah murah.

Buku ini mengisahkan perjalanan hidup seorang gadis yang penuh liku-liku. Perjalanan memasuki Perguruan Tinggi, pilihan antara Negeri dan Swasta. Pilihanpun diputuskan ke Perguruan Tinggi Negeri, walaupun di kampus swasta adalah jurusan yang diinginkannya. Masa-masa kuliah dilalui biasa saja tanpa mengikuti kegiatan mahasiswa yang ada, ruang lingkupnya hanya kampus dan tempat kos. Sampai saatnya KKN berkumpul dengan teman yang berbeda jurusan. Biasanya banyak cerita percintaan yang muncul dari masa KKN, cinta lokasi dengan anak Pak Lurah, anak Ibu Kosan tempat kita menginap, bahkan terkadang dengan salah satu pemuda kampung disana. Tak jarang yang berjodoh sampai akhirnya melanjutkan ke jenjang pernikahan, namun ada juga yang hanya terpaksa memendam perasaan.

Sang gadis akhirnya menjadi guru seperti Ayahnya, SK pengangkatanpun diterima sebelum anak pertama lahir. Penempatan jauh dari tempat orang tua, perjalanan menuju kesana tak semulus yang dibayangkan. Perjalanan yang panjang sehingga aspal yang dilaluipun sudah berubah menjadi bongkahan batu. Sang gadis telah menjadi Ibu dengan profesi ganda yang menantang, profesi sebagai seorang Istri, Ibu bagi anak-anak tercinta, dan menjadi Ibu Guru bagi para siswanya. Semoga lelahku menjadi lillah, semua aktivitas kuniatkan ibadah (halaman 61).

Pada akhir buku ini sang penulis mengingatkan tentang keistimewaan umur 40 tahun, antara lain disempurnakannya akal, pemahaman, dan kelemah lembutan. Diistimewakannya umur 40 tahun bukan berarti kita menyia-nyiakan umur sebelum 40 tahun dengan melalukan hal yang kurang bermanfaat. Selalu berjuang dan jangan lupa untuk merefleksikan diri.