nikmatul khoiroh

Guru TIK yang diberi amanah tugas tambahan Kepala Sekolah di SMPN 3 Puger, Kab. Jember. Bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Guru biasa yang masih dan akan teru...

Selengkapnya
Navigasi Web
Rasa yang Tertinggal
Foto hanya pemanis

Rasa yang Tertinggal

Rasa yang Tertinggal

Ada yang tertinggal. Ada juga yang masih mengganjal. Sebuah pertanyaan yang tak pernah ada jawaban. Hari ini harus kutuntaskan. Aku ingin tahu mengapa Ning memilih Pram dari pada aku. Mengapa dia hanya mengirimkan surat pamit sebagai kata 'putus'.

Selama ini aku masih memantaunya dari jauh. Aku pastikan dia baik-baik saja. Setiap kali aku ingin menemuinya, dia selalu menolak dengan berbagai alasan.

Hari ini, aku mencoba membuat janji dengannya, kebetulan dia sedang mengerjakan proyek di kotaku. Seperti biasa dia menolak dengan alasan tidak membawa baju ganti selain seragam dinas dan daster. Akhirnya aku kirimkan celana jeans dan kaos, agar dia mau menemuiku.

Lama aku menunggunya. Dengan hati dag dig dug kawatir gagal bertemu dengannya.

Dari jauh aku melihat wajah yang kurindu mendekati kafe Royal ini. Tidak banyak yang berubah padanya, senyumnya masih manis seperti dulu.

"Maaf terlambat, aku tadi nyasar," ucapnya meminta maaf sambil tersenyum.

"Gpp, duduklah," jawabku.

Aku melihat Ning masih seperti gadis kecilku yang dulu. Cara dia bicara, tertawa, tersenyum tidak ada yang berubah. Dia tak pernah mau menatap mataku, dia selalu menundukkan mukanya dan menatap ke arah lain.

Dia tertawa kecil bercerita dengan kocak kenapa dia kesasar sampai hampir masuk tol Malang padahal juga memakai map.

Setelah memesan bebek goreng, jus jambu merah, kentang goreng, jamur crispy dan kopi aku mengajak Ning duduk di pojok kafe ini.

Seperti biasa dia masih cuek, aku mencoba memintanya mengambilkan nasi untukku dia menolaknya.

"Ambil sendiri, kan punya tangan hehee," selorohnya.

Begitu cuek, tapi entahlah mengapa aku masih tetap menyukainya. Masih utuh rasa cinta dan rinduku seperti dulu.

Terlalu indah dilupakan

Terlalu sedih dikenangkan

Setelah aku jauh berjalan

Dan kau kutinggalkan

Betapa hatiku bersedih

Mengenang kasih dan sayangmu

Setulus pesanmu kepadaku

Engkau 'kan menunggu

Andaikan kau datang kemari

Jawaban apa yang 'kan kuberi?

Adakah jalan yang kautemui

Untuk kita kembali lagi? ...

Terdengar lagu yang dibawakan penyanyi cafe sungguh membuatku larut ke masa lalu. Aku berharap Ning benar-benar hadir kembali dalam hidupku. Aku ingin merangkai cerita yang belum usai.

Setelah selesai makan, aku mencoba membuka percakapan yang agak serius.

"Hari ini aku ingin tahu, mengapa kamu memilih Pram dari pada aku?" tanyaku pada Ning.

Dia hanya tersenyum dan mengambil gawainya di tas.

"Eh, aku gak ingin kamu main HP. Waktu kita sangat terbatas. Aku hanya ingin kamu fokus ngobrol denganku," protesku pada Ning.

Dengan santai Ning menjawab, "ini pesan penting dari temanku sekamar, nitip pembalut dan handuk, kasihan kan kalau kelewat gak dibaca hehee."

Setelah itu dia meletakkan kembali HPnya. Masih seperti dulu, slengekan gak pernah serius.

"Ning, aku tidak mau mati penasaran. Tolong, berikan aku alasan kenapa kamu memilih pergi waktu itu?" tanyaku sambil menatap matanya.

"Jika aku jawab, kamu rela mati dengan tenang, Mas? hehe," jawabnya.

Aku hanya tersenyum mendengar guyonannya. Beberapa saat suasana menjadi hening. Lama dia terdiam, hanya menikmati kentang goreng yang tersaji. Aku mencoba serileks mungkin agar detak jantungku tidak terdengar dag dig dug tidak berirama.

"Untuk apa aku mempertahankan orang yang tidak pernah serius. Kamu selalu mengatakan, gak usah pulang ke kampung, lanjutkan kuliahmu sampai S3 di kota. Jadi percuma aku mengharapkanmu. Lebih baik, aku memilih orang yang mau menikahiku bukan orang yang hanya manis di bibir dan memberi janji palsu!"

Aku terkejut mendengar penjelasan Ning. Hanya sebuah kesalahpahaman. Dia mengambil keputusan terpenting dalam hidupnya. Dia memutuskan pergi dan menikah dengan orang yang tidak dikenal sebelumnya. Tidak ada masa pacaran, dia hanya bertaaruf sebentar, akhirnya lanjut menikah. Sementara, aku yang sudah lama mengenalnya hanya bisa menyesali takdir yang tak adil sampai hari ini.

Andaikan waktu bisa berputar kembali, akan kuubah kesalahpahaman ini. Aku pastikan akan menjadi orang pertama yang meminangnya, bukan Pram. Hubunganku dengan keluarga Ning juga sangat baik. Tapi itu ternyata tidak menjamin aku bisa memilikinya.

"Sekarang, bagaimana posisiku di hatimu?" tanyaku.

"Tidak ada, Mas. Untuk apa menyimpan kenangan jika hanya menyakitkan." Jawaban Ning membuat hatiku hancur.

Padahal aku berharap pertemuan ini bisa merajut kembali kisah yang pernah ada. Aku berharap walaupun kita tidak bisa bersama, rasa itu masih ada. Rindu itu masih seperti dulu.

"Oh, ternyata semua wanita sama. Begitu cepat melupakan," jawabku menyimpulkan dengan hati yang panas dan cemburu.

"Kamu tidak tahu bagaimana aku harus berjuang melupakanmu, memaafkanmu sampai semua netral tidak ada dendam bahkan tidak ada juga cinta tersisa." Kembali Ning terdiam. Dia mengatur nafasnya agar tidak terlihat emosi.

"Aku membencimu, sampai aku bercerita pada semua orang bahwa kamu sudah mati. Aku jahatkan? Maafkan aku."

Kejujuran Ning membuatku sakit, mungkin inilah jawaban doaku selama ini. Ternyata benar, manusia tidak pernah ada, yang ada hanya Tuhan. Sekeras apapun aku mengusahakan mempertahankan rasaku ini, dia memilih menguburnya. Dia memilih setia dengan hatinya.

"Kenangan indah, kenangan menyakitkan hanya sebuah sudut pandang. Izinkan aku tetap menyimpanmu sebagai kenangan terindah hidupku. Tetaplah menjadi orang yang membanggakan."

"Makasih banyak dengan semua perhatian dan cintamu. Itu masa lalu. Selanjutnya kita seduluran selawase."

Aku menatap kepergian Ning dengan rasa sakit, seperti halnya waktu dulu dia hanya mengirimkan pesan akan menikah. Tapi inilah jawaban terbaik yang Tuhan siapkan untukku. Aku harus ikhlas, mencintai tidak harus memiliki. Tetaplah menjadi bintang di langit, Ning.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerpen yang menarik

21 Sep
Balas

Makasih Bunda, salam kenal

21 Sep

Ya Allah..mbrebes mili aku..

21 Sep
Balas

Ya Allah..mbrebes mili aku..

21 Sep
Balas

Ya Allah..mbrebes mili aku..

21 Sep
Balas

Ya Allah..mbrebes mili aku..

21 Sep
Balas

Ya Allah..mbrebes mili aku..

21 Sep
Balas

Mbrebes kudu ngguyu ta Beb hshee

21 Sep

Mbrebes kudu ngguyu ta Beb hshee

21 Sep

Mbrebes kudu ngguyu ta Beb hshee

21 Sep

Auto nyanyi aku: tetaplah menjadi bintang di langit...Hehe. Cerpen yang keren, khas Mbak Ni'mah. Mantap.

23 Sep
Balas

Hehee makasih banyak Say

23 Sep

Alurnya mantap pakai banget. Apik tenan.

23 Sep
Balas

Bagus banget say. Diksinya sungguh menggoda.

23 Sep
Balas

Makasih banyak Bunsay

23 Sep

Makasih banyak Bunsay

23 Sep

Andai berakhir seperti ini, aku tak ingin bertemu lagi. Biarlah rasa ini seperti kemarin

23 Sep
Balas

Bikin nyesek

23 Sep
Balas

Makasih Bunda

23 Sep



search

New Post