Nilawati

Guru di SMPN 3 Satu Atap Sei Lepan, Kabupaten Langkat Alumni Sagusabu 2 Kab. Langkat...

Selengkapnya
Navigasi Web

SEKOLAH ITU

Kaget.

Tak pernah kubayangkan sebelumnya, sekolah tempatku ditugaskan ternyata jauuuuh dari perkiraanku. Masyaallah, benarlah kalau bumi Allah itu luas. Langkat yang kukenal selama ini hanya secuil. Langkat yang kutahu, cuma sebatas ibukota. Hari ini aku dihadapkan pada pemandangan yang mencengangkan.

Dimulai dari perjalanan yang cukup menegangkan, pagi-pagi benar kami berangkat dari Medan. Karena menurut informasi, untuk menuju ke sekolah ini kami harus masuk melalui Kecamatan Babalan. Kemudian masuk menyusuri jalanan khas perkebunan yang dikelilingi pohon sawit.

Sepi, sunyi. Jujur aku agak takut selama di perjalanan. Tapi tentu saja aku tak mengatakannya karena rombongan yang mengantarku - mamak, bapak, adik bersama bayinya, dan dua anakku - untuk menemukan sekolah itu tampak bersemangat.

Setengah jam berlalu, namun kami belum menemukan tanda-tanda akan bertemu orang, sebuah kampung, atau apalah namanya sebagai tempat bertanya. Kami hanya mengandalkan petunjuk dari seorang bapak yang kami temui di masjid sebelum masuk dari simpang Tugu Seratus tadi. Hatiku mulai ciut, apalagi anak-anak mulai rewel kecapaian karena memang jalan yang kami lalui berbatu-batu bahkan ada yang asli tanah. Aku membayangkan, kalau musim hujan pasti jalan ini sangat sulit dilalui.

Mamakku juga mulai resah, beliau berulang-ulang mengatakan alngkah jauhnya. Bapak yang menyetir tetap semangat sambil mengatakan, “Di manapun sekolahnya, muridnya tetap manusia toh”. Aku tersenyum sambil menguatkan hati, senang karena bapak tetap menyuntikkan semangat padahal aku tahu beliau juga pasti sangat lelah.

Beberapa menit kemudian, jalanan mulai terang. Kami sampai di sebuah kampung, Telaga Said, begitu kubaca di papan sekolah dasar yang kami lewati. “Kami sudah sampai,” pikirku. Bapak keluar dari mobil, menemui seseorang yang sedang duduk di depan sekolah itu. Dari wajah bapak, kutebak sekolah tujuan kami belum sampai.

“Kita turun dulu, istirahat di mesjid itu,” kata bapak. Anak-anak lega, mereka berebut keluar untuk menghirup kebebasan, hahaha. Para ibu meluruskan kaki di teras mesjid sambil membuka bekal yang memang sudah kami siapkan dari Medan. Sambil makan, bapak menyampaikan kalau sekolah yang kami tuju berada di dusun yang lain. Artinya, masih ada satu dusun lagi yang harus dilewati. Kami cukup lega mendengarnya. Selesai solat Zuhur, mobil kembali bergerak. Semangat, karena lokasi yang kami tuju sudah semakin dekat.

Matahari makin ke Barat, sekolah yang kami tuju sudah di depan mata, dan... alangkah terkejutnya aku karena ternyata sekolah itu memang luar biasa...!

#nantikan lanjutannya

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post