Hati Seorang Ibu
Hati Seorang Ibu
TMH ke 97
Tantangan Gurusiana
Indah menikmati sarapan pagi lontong sayur dan teh hangat. Ia dan putrinya menikmati menu pagi itu dengan lahap. Tak ada yang istimewa, suasana sama seperti hari-hari sebelumnya. Tak lama kemudian seorang saudara datang. Mereka membagi sarapan sambil bercerita dan bercanda dengan gembira. Banyak hal yang mereka bahas, mulai dari masakan, model baju terbaru, bahkan situasi politik. Terkadang bahak mereka mewarnai pagi itu.
Siang itu cerah sekali. Matahari bersinar dengan sangat cerah. Ketika selesai sarapan putrinya mengajak Indah jalan-jalan. Indah menatap mata rindu putri kecilnya yang ingin jalan-jalan berdua bundanya. Indah dan putrinya mengendarai sepeda motor menelusuri jalan di sepanjang kota kecilnya. Ia biarkan tubuh mungil itu memeluk tubuhnya dengan erat. Indah mengerti, sebagai seorang anak yang sudah tak memiliki bapak, ia menjadi sosok tunggal yang menjadi panutan putrinya. Sambil menelusuri jalan mereka menyanyikan lagu ayah.
Sampai di sebuah tempat wisata sederhana Indah di telepon adiknya. Ia mengatakan ingin mengajak putri kecilnya jalan –jalan. Mereka siap berangkat, dan akan menjemput putrinya di tempat yang telah di sepakati. Di persimpangan itu mereka berpisah. Putrinya berangkat dengan tantenya, sementara Indah menuju jalan pulang. Indah mengendarai motor dengan kecepatan cukup tinggi. Ia ingat ada sesuatu yang harus ia urus sampai di rumah. Tapi malang tiba di sebuah perapatan motor kencang Indah dihadang oleh sebuah motor yang menyeberang tiba-tiba. Indah kehilangan kendali. Dan Braaaakkk, motornya terguling dan tubuhnya terhempas dengan keras ke aspal panas. Di antara sadar dan tiada terdengar lirih rintih Indah” Alhamdulillah…Alhamdulillah….Alhamdulillah. semua orang mengerutkan kening. Kenapa harus bilang Alhamdulillah sementara ia dapat musibah? Namun beberapa orang meneteskan air mata ketika rintih lirih itu terdengar kembali” Alhamdulillah ya Allah, engkau telah menyelamatkan anakku, kalau tidak ia akan mati bersama hamba…Alhamdulillah ya Allah. Kemudia ia diam ,beku, tak bergerak. Duh...Tuhan itulah hati seorang ibu.
Sungayang, 26 Juni 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sedih.. Semoga bu, Indah husnul khotimah.
Aamiin . Makasih hadirnya bun. Salam literasi
Sedih bunda, keren tulisannya Bunda
Makasih hadirnyq bun. Salam literasi
Saya nangis bacanya Buu, hati seorang ibu mulianya tak tergambarkan lagi, salam litersai bu saya follow ndak bisa
Makasih telah berkunjung. Saya jg tdk bisa follow bu. Salam literasi
sedih. Semoga hanya sebuah fiksi yang menggambarkan hati seorang ibu
Makasih hadirnya bun. Salam literasi
lembuuuut...salam literasi
Makasih telah berkunjung. Salam literasi ya pqk