Nila Patrisia

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Ziyad

Ziyad

Lahir tanpa suara, tanpa bernafas itu lah anak ku, yang kuberi nama Ziyad.

Pertengahan Maret 2019 lalu aku merasakan perasaan yang aneh dengan tubuh ku ini. Nafsu makan hilang, kepala pusing, lalu ku putuskan cek ke dokter dan Alhamdulillah aku di nyatakan positif hamil. Ini adalah kehamilan ku yag ke 3. Anak pertamaku cewek lahir tahun 2007, anak ke dua cowok lahir 2010. Waktu itu aku dan suami berfikiran cukup 2 anak saja, kan sudah sepasang. Setelah anak-anak SD sekitar tahun 2016, ternyata suami ingin punya anak lagi, dan aku memutuskan untuk tidak KB lagi.

Setelah hampir 3 tahun menunggu akhirnya Allah beri jua kami kesempatan untuk punya anak lagi. Jaraknya dengan yang ke dua sekitar 9 tahun. Kehamilan ke 3 ini memang betul-betul spesial dan beda dengan sebelumnya. Ini lah kehamilan yang sering aku mengunjungi dokter mapupun bidan, dan ini juga yang sering aku USG, padahal di kehamilan ke dua tidak pernh aku periksa ke Dokter dan USG.

Trisemster pertama mual tiap hari. Apa yang di makan dimuntahkan lagi, sampai-sampai untuk bicara pun aku tak bertenaga. Akhirnya aku sering bolak balik ke dokter. Alhamdulillah di trisemester ke 2 semua kembali normal, makan lancar, tenaga pun fit kembali. Bahkan di kehamilan 5 bulan aku sempat terbang ke Bali selama 10 hari mengikuti pelatihan PKP zonasi. Sebelum berangkat aku cek kesehatanku dan calon anak ku, dan semua aman dokter mengizinkan ku berangkat ke Bali.

Di trisemester ke 3 aku mulai sering merasakan kontraksi padahal baru masuk 7 bulan. Aku cek ke dokter dan ku katakan "Dok kenapa saya sering kontraksi setiap hari, kan HPL nya masih lama". Dokter menjawab " ga masalah bu itu wajar kontraksi palsu saja". Lalu ku jawab lagi " tapi sakitnya hampir tiap jam dok, kayak mo lahiran, coba cek lagi dok apa ada sesuatu masalah dengan kandungan saya". Dokter balas jawab " semua nya baik-baik saja bu, anak nya sehat, aktif, mungkim ibu kecapekan saja, nanti saya kasih obat penguat dan menghilangkan rasa sakit". Lalu ku pikir-pikir iya juga mungkin aku kecapekan, karena akhir-akhir ini sekolah dalam persiapan akreditasi kebetuan aku juga ketua tim. Hampir setiap hari pulang menjelang magrib. Bahkan saat hari penilaian akrediatasi aku pulang malam.

Dua minggu kemudian aku cek lagi ke bidan karena keluhan yang sama ditambah rasa gatal di sekujur tubuhku yang tak tau apa penyebabnya. Jawaban bidan pun tak jauh beda dengan dokter “semua baik-baik saja bu, cuma bawaan hamil saja”. Karena sakitnya selalu saja muncul, dua minggu setelah dari bidan ku kunjungi lagi dokter kandungan ku. Aku merasa ada yang tidak beres, rasa-rasanya aku anak ku bakalan lahir sebelum waktunya. Teman-teman di sekolah pun mengatakan "kok perutnya udah turun kayaknya ga lama lagi bakalan lahiran". Aku bilang " kata dokter predeksinya Desember nanti, sekarang baru oktober, lama lagi". Kata teman yang paling senior di sekolah " kayaknya ga sampai Desember mungkin dokternya salah prediksi, palingan 1 atau 2 minggu lagi bakalan lahir".

Ternyata yang di katakan teman-teman di sekolah ku benar. Aku merasakan kok udah kayak mau lahiran saja sakitnya.

Tanggal 6 november 2016 aku pergi periksa malamnya ke bidan dekat rumah. Ku katakan " buk ini kok sakitnya udah kayak mo lahiran aja". Lalu bidan menyuruhku untuk cek labor. Kebetulan besok Rabu aku libur mengajar, aku langsung cek labor ke Puskesmas. Hasilnya bagus tidak ada yang mengkhawatirkan. Hari kamis aku tetap mengajar, Jumatnya aku juga masih pergi sekolah dan mengajar seperti biasa walau dalam keadaan sering kontraksi. Pagi-pagi pas wirid Jumat di lapangan aku sudah merasa tidak nyaman. Jam 11.00 aku merasakan sakit lagi, lalu aku izin pulang duluan dan tidak ikut pergi membezuk teman sakit.

Besoknya tanggal 9 November 2019, paginya aku masih kuat mencuci baju, lalu menyapu rumah. Sekitar jam 08.45 ku buka laptopku, niat hati membuat soal yang akan ku tinggalkan untuk siswa saat cuti nanti. Baru beberapa soal kuketik aku merasa ada sesuatu yang mengalir di kaki ku. Ku bilang sama ibu ku yang kebetulan sedang masak, beliau bilang "kayaknya pecah ketuban, langsung saja ke bidan". Jam 09.00 diantar suami, aku ke rumah bidan. Di cek bidan ternyata sudah pembukaan dua. Lalu dicek bidan denyut jantung bayi susah ketemunya. Kata bidan" duh kok ga ketemu ya detak jantungnya". " cek lagi buk" pinta ku. "iya nih sudah ketemu tapi lambat sekali" ibu harus segera rujuk ke rumah sakit. Aku bingung rumah sakit mana yang terdekat. Lalu ku sebut saja rumah sakit bersalin “X” yang terdekat. Bidan bilang"itu ga berlaku BPJS bu" ku jawab" umum juga ga pa pa bu". Kemudian bidan menyarankan ku lagi ke rumah sakit" z". Lalu dari pada berdebat lama ku putuskan saja ikut rumah sakit rekomendasi bidannya.

Jam 9.30 ku sampai di rumah mengambil semua surat-surat yang dibutuhkan dan tas berisi semua perlengkapan lahiran. Jam 10.30 kami sampai di rumah sakit yang di maksud menggunakan taksi. Tanpa diantar oleh bidan. Bu bidan hanya menyuruh mahasiswa yang praktek di tempatnya mengantarrkan ku ke rumah sakit. Sementara suami ku mengiringi dengan motor dari belakang.

Sampai di rumah sakit, aku langsung masuk UGD dan Qadarullah dokter kandungan juga tidak ada karena waktu itu hari libur nasional peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Akhirnya aku di tangani oleh perawat dan dokter jaga. Mereka bilang “kita tunggu dokter nya ya bu sudah di telepon, baru nati kita cek USG.

Setelah di pasang infus aku di masukan ke ruang persalinan normal dulu sambil menunggu dokter spesialis kandungam datang. Sementara itu mahasiswa praktek yang mengantarkan ku tadi sudah balik lagi ke rumah bidan. Tinggallah aku di ruang bersalin di dampingi suami. Karna aku tak kuat lagi rasanya sudah mau lahir, ku suruh suami untuk panggil perawat lagi ku bilang " tanyakan bang kapan dokter datang rasanya ga tahan lagi mau keluar kayaknya"

Tak lama kemudian perawat tadi datang berama temannya satu lagi, aku pun di periksa dan ternyata pembukaan nya sudah lengkap. Hanya sekitar 10 menit anak ku lahir.

Tapi tanpa suara, mereka bilang "anak ibu sudah ga ada". Waktu itu aku tegar tak setetes pun air mataku keluar. Semua rasa ku pendam. Padahal 15 menit yang lalu di periksa detak jantungnya masih ada walau sangat lemah. Yang aku sesali, kenapa tidak ada pertolongan sama sekali dari medisnya untuk mengecek, apakah masih ada sisa-sisa detak jantungnya. Dalam otakku muncul banyak perntanyaan, kenapa anak ku lahir tak bersuara lalu di biarkan terletak di atas meja begitu saja? Aku sering lihat vidio bagaimana tenaga medis menekan-nekan dada bayi yang lahir tak bernyawa, tapi insyaallah Allah menyelamatkannya, atau mungkin ada cairan yang menyumbat pernafasannya. Kenapa anak ku lahir tidak ada tindakan apa-apa sama sekali. Beribu pertanyaan ingin ku lontarkan ke perawatnya tapi bibir ku kelu tak bisa bersuara waktu itu. Akhirnya ku ikhlas mungkin ini yang terbaik Allah berikan untuk anak ku. .

Satu jam kemudian baru lah dokter datang. Yang sangat membuat ku terluka adalah perkataan dokternya. Tanpa dia periksa, ketemu baru hari itu, enaknya dia bilang " anak ibu sudah dari malam meninggal di kandungan itu, kok ga ibu rasakan dia ga gerak". Lalu aku jawab "semalam masih saya rasakan gerakannya dok, tapi memang ndk seaktif sebelumnya, pagi tadi pun pas ketuban pecah di periksa bidan detak jantung ada tapi sangat lemah". Dengan entengnya dokter menjawab "gerakan yang ibu rasakan itu cuma gerakan usus saja, itu bukan bayinya". Aku memang tipe orang yang ga banyak omong dan tak mau berdebat. Akhirnya ku diam saja. Karena kalau diperdebatkan percuma, anak ku toh tidak akan kembali, malah nanti aku yang bisa naik darah putih karena emosi.

Sebelum anak ku di bawa pulang oleh ibu ku untuk di makam kan, ku pesan kan nama anak ku “ziyad Razqa Akbar”. Aku ikhlaskan anak ku di bawa pulang, tanpa sempat ku mengendongnya. “maafkan mama nak yang tak bisa mengantarkan mu ke rumah mu yang abadi, jemput mama nanti ya nak, bawa mama ke sorga mu ya nak, mama sayang Ziyad nak”

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post