Ni'mah Musyaffa'

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Potret Kehidupan

POTRET KEHIDUPAN Ahmad Musyaffa', itulah sebuah nama sosok yang begitu lekat dalam hidupku. Entah apa sebabnya. Akhir-akhir ini sering berkelebat masa-masaku dalam pengasuhan beliau. Ya, beliau adalah almarhum bapakku yg dipanggil oleh-Nya diusia 63. Jatah hidupnya persis yang diberikan Allah pada Rasulullah SAW. Kala menelaah kisah almarhum bapak, Masya Allah, sungguh luar biasa. Jenjang pendidikan formal hanya setingkat Sekolah Rakyat, namun kedalaman ilmunya jangan pernah ditanya. Beliau adalah pembelajar sejati. Sepanjang hidupnya senantiasa digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu-Nya. Di antara aktivitas keilmuan yang beliau jalani, hingga diusia senja, beliau tetap menimba ilmu di pesantren secara rutin. Soal keilmuan menjadi nomor satu. Bahkan, dulu sebagian tanah yang dipunya dijual demi pendidikan anak-anaknya. Kesan tersiratnya, anak harus "disangoni" ilmu. Dengan ilmu, hidup menjadi mulia. Anak akan tahu hakikat hidup untuk ibadah, mendapat ridlo-Nya. Yang kulihat beliau begitu sabar dan ikhlas dalam mengasuh semua buah hatinya yang cukup banyak. Beliau sangat santun dalam bertutur. Ekspresi kecewanya hanya diam. Kuyakin beliau paham maksud hadis "Falyakul Khoiron au liyasmut". Jika pun anaknya ada yang tak bersegera menjalankan kewajibannya, beliau hanya menggunakan jurus jitunya, yaitu diam seribu bahasa dan cukup memandang anak yang dimaksud. Saat demikian, si anak langsung responsif. Apa pun alasannya, tak ada pilihan prioritas di luar urusan-Nya. Allah dulu, Allah lagi, Allah terus, mungkin itu motto hidup almarhum bapakku. Kenyataan menjadi orang tua sudah jelas, bukan pilihan lagi. Beliau benar-benar berupaya menjadi orang tua teladan. Sebelum instruksi ditujukan bagi buah hatinya, beliau pasti menjalaninya terlebih dahulu. Jika tidak demikian, minimal beliau mengajak menjalaninya bersama-sama, misalnya salat berjamaah. Di rumah, setelah magrib dan subuh pasti tilawah semua, tak ada satu pun yang menyalakan televisi. Bapaknya ngaji, anak-anaknya juga pasti mengaji. Termasuk cara membangunkan anak-anak kecilnya untuk salat subuh, usai dari masjid biasanya beliau memijit kaki-kaki kecil para juniornya sambil murojaah surat-surat pendek dan surat tertentu hingga si anak bangun dengan sendirinya. #Tapi aku pernah dongkol, masih ngantuk, sulit bangun tapi makin lama pijitannya makin kuat. Jadi, mau nggak mau harus bangun. Hehe...# Jadi ingat kata-kata K.H. Maimoen Zubair "Kalau rumah 🏠 dibiasakan ngaji, keturunan itu pasti suka ngaji". Setelah ngaji kitab atau ke luar untuk keperluan lain, tak jarang beliau membawa buah tangan, entah sekadar roti. Yang cukup berkesan lagi, beliau duduk di kursi di teras pojok timur, entah sambil zikir atau murojaah. Biasa kulihat bibirnya bergerak-gerak, sayup-sayup kudengar kalimat-kalimat thoyyibah. Dalam situasi demikian, saat aku berlari-lari, aku langsung dipanggil dengan isyarat khasnya "ngawe" dan aku dibisiki "Ojo melayu wae yo!" lalu tanganku digenggami uang, "Wis, jajano! Ojo melayu wae!" bisik beliau lagi. Kuingat juga, disela aktivitasnya, mau pula beliau meminyaki, menyisiri, dan menguncir rambutku saat aku kecil. Allahummaghfirlahu warhamhu wa'aafihi wa'fu 'anhu. Aamiin. Mungkin sebab keteladanannya itulah ibu begitu mudah sehati dan mematuhinya. Benarlah bahwa sebuah keteladanan lebih ampuh dibandingkan 1000 kalimat perintah. Kusadari, kepatuhan, kesantunan, ketaatan, dan ketawadhdhuan yang didapat anak-anaknya sebab tampilan keteladanan yang beliau contohkan. Sosialnya tak kalah keren. Zaman now mungkin bisa dinamai punya kesalehan sosial. Temannya dari berbagai kalangan, kyai hingga pengemis pun ada. Yang kuingat saat ada pengemis mampir ke rmh, pasti tak hanya diberinya uang, makan juga. Itu hal baik. Ibu selalu patuh dan mendukung apa pun kebaikan yang dilakukan almarhum. Almarhum bapak memang pandai "nguwongno uwong". Dari potret hidupnya seakan memberikan pesan "Hindari berbagai penyakit hati, tajassus, ghibah, fitnah, jangan berburuk sangka, berbuatlah yang baik-baik saja, dan perlakukan orang lain seperti engkau ingin diperlakukan!"
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post