HUJAN MASIH AIR
Tak hitam, lebih pada warna yang mengabu
Desirannya menyapu tiap helai patera
Setiap sisi menggigil dalam bisu
Hasrat tak henti hentinya mendera
Diantara kebisuan, rindu mulai merebak
Bukan terhalang tapi memilih tenang
Hukum alam menjadi tak tertebak
saat inginya menjadi kenang
Seiring fajar mendekati senja
Sanubari masih yakin berkata
mengalir dengan sendu
Hujan masih air, Rindu masih kamu
Hujan pagi membawa rinduku padamu, ayah !
Larangan, 23 September 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Hujan masih air, mantap puisinya
terimakasih mbak, ini masih belajar. baru merangkak... wkwkwk
Bagus bunda.Salam literasi.
salam Literasi!
salam Literasi!
salam Literasi!
salam Literasi!
salam Literasi!
Mantap dik nin
semangat! salam Literasi!
Luar biasa.
semangatpun semakin naik, saat tau bapak Kadis Perpussip menjadi teladan juga menggiring para guru pamekasan untuk menulis. Salam Literasi!
Luar biasa.