Sri Rahayu Ningsih

Menulis adalah usaha memperpanjang usia...

Selengkapnya
Navigasi Web

Wanita Elegan

Wanita Elegan itu Pantang menjadi Penyela,

Justru ia yang ''Elegan'' Membantu Mengokohkan Rumah Tangga Oranglain dengan Cara Tidak Terlibat Sama Sekali

-Sri Rahayu NingsihM (ahasiswi Hukum Keluarga Islam)

Seorang wanita disebut elegan ketika ia lekat dengan sifat2 kemandirian. Mandiri mengatur urusannya sendiri, mandiri mengatur keuangannya sendiri, bahkan sampai mandiri menentukan kebahagiaan dirinya pribadi. Sehingga ia tidak selalu bergantung pada arahan oranglain dalam urusannya, pengaturan keuangannya dan dalam memaknai arti kebahagiaan. The principle of Happiness yang selalu ia anut adalah:

'Bahagialah di atas kaki sendiri, Jangan bahagia di atas penderitaan orang lain'.

Inilah prinsip utama perempuan mandiri sekaligus elegan.

Bahagialah di atas Kaki Sendiri,

Jangan Bahagia di atas Penderitaan Oranglain

Kemandirian selalu merubah seseorang seperti manager di perusahaan pribadi. Karna orang yang mandiri sudah pasti memiliki management dan rutinitas yang ia atur dan ia kendalikan sendiri sehingga sangat jarang melibatkan oranglain dalam urusannya. Sifat sangat jarang melibatkan oranglain ini sekaligus membentuk kepribadian tidak suka mencampuri urusan oranglain. Bukan sebab ia tidak sosialist atau tidak peduli, melainkan ia mengerti bahwa kontrol aktivitasnya sudah baku. Di sana tidak ada istilah jadwal tak terduga dalam management pribadinya. Sehingga ia tidak merespon persoalan2 diluar jadwal aktivitasnya yaitu salah satunya mengurus urusan orang lain, mencari2 keburukan oranglain atau mencari tau sesuatu tentang orang lain alias Knowing Everything People Other (KEPO).

Management dan rutinitas yang ia atur sendiri, ia lakukan semaksimal mungkin dan sebaik mungkin dengan penuh semangat dan energi positif setiap hari. Ia seakan memiliki dunia sendiri dan merasa cukup bahagia dengan dunianya tersebut. Sehingga tidak membutuhkan kebahagiaan yang dimiliki oranglain lagi untuk ia rampas dan ia ambil menjadi kebahagiaan dirinya sendiri. Itulah yang saya maksudkan sebagai; 'bahagialah di atas kaki sendiri, jangan bahagia atas penderitaan oranglain'.

Pantang Menjadi Penyela

Berada disela-sela antara teman sejenis yang satu dengan yang lainnya dinamakan ukhuwah atau persaudaraan. Akan tetapi, berada di antara dua orang yang memiliki ikatan pernikahan dengan dalih 'ukhuwah' sama sekali tidak bisa diterima.

Ketika seorang anak perempuan sudah menikah dengan seorang laki2, kedua orangtua baik dari pihak perempuan ataupun dari pihak laki2 sudah tidak berhak ikut campur dalam persoalan rumah tangga anaknya. Karna seorang anak perempuan tadi sudah bukan lagi tanggung jawab kedua orangtuanya dan kini ia sudah memiliki imam dalam hodupnya yaitu suaminya.

Nah, jika kedua orangtua yang jelas-jelas paling tau bagaimana anaknya saja tidak dibolehkan mencampuri urusan anaknya, maka apa urusannya perempuan lain yang bukan siapa2 menjadi orang yang berada di antara suami istri tersebut?

Dan rasulullah shallallahu alaihi wassalam telah memperingatkan betapa berbahayanya keberadaan seorang perempuan. Beliau bersabda :

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِيَّاكُمْ وَالدُّخُولَ عَلَى النِّسَاءِ فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَرَأَيْتَ الْحَمْوَ . قَالَ الْحَمْوُ الْمَوْتُ

“Berhati-hatilah kalian masuk menemui wanita.” Lalu seorang laki-laki Anshar berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat Anda mengenai ipar?” Beliau menjawab, “Hamwu (ipar)adalah maut.” (HR. Bukhari no. 5232 dan Muslim no. 2172)

Wanita elegan sangat paham akan hal ini. Ia akan sangat berhati-hati menerima interaksi dengan laki2 apalagi laki2 itu adalah pasangan oranglain. Bahkan ia tidak membiarkan dirinya terlibat berkomunikasi dengan pasangan wanita lain seperti menjadi teman untuknya, menerima curhatan dan membantu berpikir memecahkan persoalan rumah tangga oranglain. No no no. Tidak. Tidak elegan sama sekali. Sebab rumah tangga adalah miniatur sistem pemerintahan. Apapun persoalannya hanya berhak dipecahkan oleh pejabat2 rumah tangga. Yaitu istri dan suami.

Pernikahan adalah Ikatan antara seorang laki-laki dan seorang wanita yang Kuat dan Kekal

Allah ﷻ berfirman tentang pernikahan:

وَكَيْفَ تَأْخُذُونَهُ وَقَدْ أَفْضَى بَعْضُكُمْ إِلَى بَعْضٍ وَأَخَذْنَ مِنكُم مِّيثَاقاً غَلِيظاً

"Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat." (An-Nisa': 21)

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Mujahid, dan Sa'id ibnu Jubair, bahwa yang dimaksud dengan misaq atau perjanjian ialah akad nikah.

Adapun dalam sistem perundangan negara kita, UU Pernikahan UU No 1 Tahun 1974 pasal 1 menyatakan:

Pasal 1

Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Mahaesa.

Pernikahan yang dibangun diharapkan menjadi hubungan yang bahagia dan kekal. Bukanlah hubungan yang meresahkan, penuh derita dan hancur berantakan. Sedangkan kehadiran penyela di antara hubungan pernikahan atau istilahnya zaman sekarang disebut pelakor (perebut laki orang), kerap kali memunculkan pertengkaran dan trauma batin setiap saat. Hingga tak ada lagi ketentraman dan berakhir bubar.

Bercerainya suami istri dan berantakannya sebuah rumah tangga merupakan tujuan utama golongan syaithon yang selalu menyesatkan manusia. Perceraian adalah cita2 tertinggi dan prestasi paling hebat seantereo dunia akhirat.

Terdapat hadits bahwa Iblis memuji setan yang berhasil menceraikan suami-istri, sedangkan setan lainya telah melakukan sesuatu tetapi Iblis tidak mengapresiasi hasilnya.

Dari Jabir radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ إِبْلِيْسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً يَجِيْءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُوْلُ فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا فَيَقُوْلُ مَا صَنَعْتَ شَيْئًا قَالَ ثُمَّ يَجِيْءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُوْلُ مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ قَالَ فَيُدْنِيْهِ مِنْهُ وَيَقُوْلُ نِعْمَ أَنْتَ

“Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air (laut) kemudian ia mengutus bala tentaranya. Maka yang paling dekat dengannya adalah yang paling besar fitnahnya. Datanglah salah seorang dari bala tentaranya dan berkata, “Aku telah melakukan begini dan begitu”. Iblis berkata, “Engkau sama sekali tidak melakukan sesuatupun”. Kemudian datang yang lain lagi dan berkata, “Aku tidak meninggalkannya (untuk digoda) hingga aku berhasil memisahkan antara dia dan istrinya. Maka Iblis pun mendekatinya dan berkata, “Sungguh hebat (setan) seperti engkau” (HR Muslim IV/2167 no 2813)

Wanita yang elegan, seujung kuku pun tidak akan sudi melibatkan dirinya dalam misi syaithon. Sangat tidak elegan untuk perempuan seelegan dia. Meskipun pria tersebut pernah diharapkannya menjadi kepala rumah tangganya. Namun pada kenyataannya Allah mengendaki yang lain. Ia tetap berlapang dada menerima ketetapan Allah atasnya. Dan terus menelusuri perjalanan hidupnya penuh tawakkal dan ikhtiar.

Wahai para wanita, segeralah menjadi cerdas dan elegan. Berupayalah mendesain kehidupan pribadi dengan catatan-catatan penuh keindahan. Menciptakan dunia sendiri sedemikian bahagia dan menyenangkan, sehingga tidak meresahkan wanita lain. Sebab salah satu indakator keimanan seorang muslim adalah mencintai saudaranya seperti mencintai diri sendiri.

عَنْ أَبِيْ حَمْزَةَ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ خَادِمِ رَسُوْل الله عَنْ النَّبِي قَالَ : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

Dari Abu Hamzah Anas bin Malik, khadim (pembantu) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau berkata, “Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya”.

Bukankah kita juga tidak akan suka bila pasangan kita diganggu oleh oranglain? Maka begitu juga oranglain.

Bukankah kita akan hancur jika rumah tangga kita hancur dikarenakan adanya pihak lain? Maka begitu juga oranglain.

Bukankah hati kita akan terluka? Begitu juga oranglain. Maka pandai2lah menempatkan diri seandainya oranglain tersebut adalah kita.[ ]

Wanita Elegan itu Pantang menjadi Penyela,

Justru ia yang ''Elegan'' Membantu Mengokohkan Rumah Tangga Oranglain dengan Cara Tidak Terlibat Sama Sekali

-Sri Rahayu Ningsih

Mahasiswi Hukum Keluarga Islam

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post