NINGRUM DANUWATI, S.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

MEMBESARKAN ANAK IBLIS

“Anak saya sudah kelas 3 SMA kalau tidak diambilkan yo nggak makan, ujar seorang ibu-ibu pagi itu di warung Mbah Yitno.”

“Anak saya kalau tidak dibangunkan, tidak bangun padahal sudah jamnya berangkat sekolah,” timpal yang lain sambil tertawa.

“Lha itu si Nolan ngancam orang tuanya sudah 2 minggu tidak sekolah gara-gara minta motor KLX,” tambah seorang ibu yang lain.

Aku yang mendengar sebenarnya merasa gatal ingin mengomentari, tapi akhirnya cuma dalam hati saja ketidaksetujuan itu ku suarakan. Anak sudah usia SMA seharusnya sudah mandiri sudah bisa diibaratkan menjadi wakil keluarga dimasyarakat.

Sebuah keprihatinan bagaimana minimnya kesadaran orang tua untuk memandirikan anak di jaman kekinian ini. Orang tua generasi now lebih memilih memuluskan jalan anak dengan cara memanjakan baik dari segi materi ataupun membebaskan anak dari pekerjaan rumah dan menghadapi masalah dengan alasan nanti anak tidak mau sekolah, anak nanti kabur dari rumah, dan sejuta alasan lainnya.

Entah dimana salahnya. Aku merinding membayangkan seperti apa jadinya generasi masa depan bila mengingat edannya anak-anak muda jaman sekarang. Semenjak kecil seolah dipelihara dalam rumah kaca, semua masalah orang tua yang menyelesaikan. Bukankah yang demikian menjadikan mereka rentan terhadap “ penyakit-penyakit” perubahan jaman? Karena mereka tidak berpengalaman bagaimana hidup bermasyarakat yang cenderung semakin brutal dan minim empati dan pemakluman.

Seharusnya orang tua menerapkan setelan “kendho kenceng” terhadap anak-anak. Keras lembut dalam menghadapi keinginan anak. Saat keinginan anak tidak begitu penting jangan dituruti. Ajarkan anak bersabar dengan memberikan penjelasan yang sesuai usia mereka. Tapi jangan lupa memberikan penghargaan saat anak bersikap baik agar mereka terus termotifasi. Ini dimulai sejak anak masing dini bukan menunggu anak dewasa dengan alasan besok mereka akan paham. Justru semenjak kecil dibentuk agar masa remaja dan dewasa mereka menjadi matang “mumaziz” secara keseluruhan.

Ajarkan kemandirian kepada anak sejak dini, ketrampilan dasar bermasyarakat vital dan wajib hukumnya agar anak dapat bertahan hidup di rantai makanan kehidupan yang kejam ini. Kita sebagai orang tua tidak akan terus hidup untuk menjadi tameng segala kesulitan yang nantinya akan dihadapi anak. Hadiah terbaik dari orang tua adalah membelajarkan anak agar bisa menjadi anak yang disebut “Jariyah” bukan “fitnah” di dunia ini.

Apabila semua orang tua berpikiran seperti ini, lebih meluangkan waktu bersama secara lahir dan batin dengan anak-anak, inshaaallah tidak akan ada yang namanya klithih, pergaulan remaja yang bebas, ataupun jenis kenakalan yang lain karena mereka telah terkonsep dengan tegas tentang mana yang benar mana yang salah.

Kewajiban orang tualah untuk menginsyafi bahwa anak lebih penting daripada kesibukan mencari nafkah atau kegiatan lain. Karena tanggung jawab membesarkan anak tidak berhenti di dunia tapi akan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Tuhan.

Mari bersama berbenah dalam menemani anak-anak mendewasa. Menjadi orang tua yang menggiring pada kebaikan bukan orang tua yang mendorong anak menjadi pribadi tak utuh.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

pada anak sabar tanpa batas .. judule menggoda bu

11 Mar
Balas

baru latihan menulis bu.. mohon masukannya

11 Mar

Harus penuh dg kesabaran tapi terus menerus. Jgn pernah lelah. Salam..

11 Mar
Balas



search

New Post