Dwi Suwarnaning

Mengalir saja

Selengkapnya
Navigasi Web
Pembelajaran Bermakna
Naskah Lomba Maret 2020

Pembelajaran Bermakna

Pembelajaran Bermakna

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Sedangkan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan orang/ guru menjelaskan materi pembelajaran.

Hari ini di Sekolah Inklusif Tabebuya kami belajar tentang itu. Kami belajar bagaimana melaksanakan kegiatan pembelajaran yang bermakna. Belajar tentang bagaimana melayani siswa yang memiliki hambatan. Mengajarinya agar bisa melaksanakan kegiatannya sendiri. Melaksanakan pembelajaran yang berpusat kepada anak.

Bersama pendampingan yang dilakukan oleh Bu Ufa (LPKIPI) kami melakukan itu. Pembelajaran kami laksanakan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi “Arif” kami. Mengajarkan kepadanya untuk bisa mengalami langsung apa yang dipelajarinya. Mengajarkan bagaimana dia menulis huruf Braille yang kemudian ditempel pada media yang kami modifikasi. Itu dimulai dari praktek yang dilakukannya untuk menulis huruf Braille pada kertas menggunakan Riglet dan Stylus_nya. Mengajaknya mengunting kertas itu menjadi potongan-potongan kecil. Mengajaknya menggunting selotip dan menempel selotip pada potongan kertas berisi huruf Braille. Mengajaknya menempel media yang sudah lengkap tertempel huruf Braille pada papan pajangan yang mudah dijangkaunya. Media modifikasi ini bisa berguna untuk Arif agar lebih mudah mempelajari huruf Braille. Dia juga akan merasa bangga karena media itu adalah hasil karyanya. Teman-teman Arif yang tidak memiliki hambatan juga bisa mempelajari huruf itu. Media ini bukan hanya akan dapat dipelajari Arif tapi juga teman-temannya termasuk juga kami, para gurunya. Hal ini pun akan dapat semakin menumbuhkan empati kami. Tentu saja dengan tidak memposisikan kami sebagai "Peri" yang melayani semua kebutuhannya. Kami tetap ingin Arif dapat mandiri.

Seperti saat Bu Ufa mengajarkan bagaimana Arif melakukan orientasi mobilitas menggunakan The White Chane miliknya. Mengajarinya bagaimana cara melakukannya sendiri. Tidak memberikan apa yang diinginkannya, tapi mendampinginya melakukannya.

Hari ini Bu Ufa dan Bu Eka mendampingi Arif belajar menggunakan tongkatnya. Rute yang dipelajari Arif hari ini lebih jauh dari hari sebelumnya. Hari ini Arif belajar mobilitas dari ruang kelasnya yang ada di bawah. Arif belajar mobilitas naik ke ruang kelas yang berada di atas. Dia juga belajar menuju halaman dan bahkan ke luar sekolah melewati titian kecil di atas parit depan sekolah. Bu Ufa yang sabar mendampingi Arif melakukan itu semua sendiri. Meski memang masih harus berusaha mengendalikan kecepatan gerak Arif. Harus menyesuaikan posisi tongkat dan kendali emosinya. Paling tidak hari ini kegiatan pembelajaran untuk Arif dan teman-temannya di kelas benar-benar bermakna. Mereka belajar melakukannya sendiri dan berpusat kepada kebutuhan mereka. Belajar menggunakan indera mereka, dengan mengaktifkan lebih banyak indera dan tidak sekedar mendengar penjelasan guru tentang materi yang dipelajari.

Pembelajaran bermakna hari ini tidak hanya dialami oleh Arif dan teman-temannya, tetapi juga kami, para guru. Hari ini kami juga belajar langsung bagaimana menyusun instrument asesmen untuk siswa yang teridentifikasi memiliki hambatan. Kami belajar menyusun komponen asesmen sesuai dengan hambatan yang dimiliki siswa. Hasil asesmen digunakan untuk memberikan layanan pendidikan yang dibutuhkan dengan berdasarkan kepada modalitas (potensi) yang dimiliki individu yang diperlukan dalam menyusun program pembelajaran. Dari hasil asesmen yang kami susun maka nantinya akan gunakan sebagai dasar penentuan langkah selanjutnya. Apakah kami harus menyusun Program Pendidikan Individu (PPI) atau menggunakan RPP Modifikasi untuk melayani siswa yang memiliki hambatan. Semua belajar bersama untuk dapat memberikan layanan yang terbaik. Memberikan layanan yang berpusat pada anak. Memberikan pembalajaran yang bermakna agar anak-anak dapat berkembang secara optimal. Agar dapat meningkatkan kemampuan anak yang akan berdampak pada pencapaian hasil belajar yang maksimal.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post