Ninik Febriani

Selalu ingin belajar. Techer,Conselor,Blogger...

Selengkapnya
Navigasi Web

Literasi dalam Gerakan Kebaikan

Literasi dalam Gerakan Kebaikan

Gerakan Kebaikan adalah tagline yang aku angkat dalam kegiatan di sekolah . Berawal dari keprihatinan akan perilaku yang dilakukan oleh siswa-siswi di sekolah yang sangat terbiasa mengucapkan kata-kata negatif dalam pergaulan nya. Mulai luntur sikap peduli dan bertanggung jawab. Daripada hanya sekedar mengeluhkan perilaku siswa remaja yg mulai luntur dgn hal-hal baik dalam pergaulan nya ( menurut pandangan orang dewasa) . Belajar lagi untuk mengecharge diri ttg psikologi remaja. Masa ingin tau,kepo, coba-coba, gampang terpengaruh hal- hal negatif,masa penuh gejolak , masa mencari identitas diri. Ok baik lah yang disebut dalam teori psikologi adalah segala hal yang dihadapi oleh para remaja siswa-siswi di sekolah. Menjadi tantangan bagi ku untuk membuat suatu hal yang bisa mengubah kekhawatiran menjadi tantangan yang harus ditaklukkan oleh siswa-siswi ku.

Tetap berdasarkan teori yang sudah dilakukan oleh para ilmuwan sehingga ada dasar yang meyakinkan para remaja ku untuk menaklukkan tantangan yang kuberikan. Penelitian yang dilakukan oleh Prof Masaru Emoto seorang profesor dari Jepang yang melakukan penelitian kekuatan kata-kata terhadap perubahan komposisi air. Mencoba melakukan nya terhadap nasi. Dan eureka... percobaan ku berhasil. Kubawa ke kelas. Dengan informasi bahwa percobaan sudah dilakukan selama lebih kurang 2 mingguan.2 bejana berisi sejumput nasi yang diberi kata-kata positif dan kata-kata negatif. Ada perubahan terlihat nyata di bejana yg diberi kata-kata negatif nasi mulai berjamur dan tercium bau tak sedap. Berbeda dengan bejana yang diberi kata-kata positif tak ada perubahan yang mencolok. Prolog dilanjutkan dengan menyampaikan dahsyatnya kata-kata terhadap benda mati. Bagaimana dengan pikiran dan hati yang selalu mendengar kata-kata negatif. Mau jadi apa kita?? Kataku dengan mimik wajah sedih. Tantangan selanjutnya adalah meminta siswa-siswi melakukan pengamatan dengan mengoptimalkan indera pendengaran seberapa sering mendengar kata-kata positif dan negatif . Lokasi mendengar nya juga perasaan yang dirasakan oleh pengamat kala mendengar kata-kata tersebut. Pengamatan dilakukan selama 3 minggu. Saat hasil laporan dikumpulkan. Bersama dengan siswa mengidentifikasi dan menganalisa hasil pengamatan. Hasil pengamatan yang memprihatinkan adalah jumlah kata-kata negatif lebih sering terdengar dibanding kata-kata positif. Dilanjutkan dengan pembahasan himbauan untuk selalu menggunakan 4 kata sakti "Maaf, Permisi,Tolong, Terimakasih" 4 Kata yang mulai jarang digunakan padahal sangat sakti .

Pengembangan kegiatan literasi yang tak hanya sekedar membaca 15 menit namun dapat dikembangkan kepada hal2 yang lebih dinamis. Sekali mendayung 2 tiga hal dapat terlaksana.

#semuamuridsemuaguru

#gerakankebaikan

#4katasakti

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post