Oleh Mar'atun Ni'mah

Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Pepatah itu seolah melekat dalam diri masyarakat di Indonesia. Masyarakat yang terbiasa bekerjasama, bahu-membahu dalam menyelesaikan berbagai pekerjaan. Masyarakat yang terbiasa bergotong-royong dalam melakukan berbagai kegiatan. Pelaksaan ronda/jaga malam, kerja bakti, bahkan membantu sesama yang sedang kesusahan menjadi beberapa contoh nyata pelaksanaan gotong royong pada masyarakat.

Sayangnya, beberapa kegiatan kerjasama atau gotong royong tersebut harus dibatasi sementara waktu. Meski sulit, masyarakat mau tidak mau harus menelan pahitnya dampak pandemi covid 19. Sementara waktu, masyarakat tidak diperbolehkan dengan banyak orang, seperti berkumpul dengan tetangga, teman karib hingga saudara jauh di luar kota. Apalagi, berkumpul bersama masyarakat bergotong royong seperti biasanya.

Meskipun demikian, kebiasaan gotong royong pada kenyataannya tetap bisa dilakukan selama pandemi covid 19. Gotong royong yang dilakukan tidak lain bertujuan untuk melawan penyebaran virus covid-19. Melakukan social distancing misalnya. Masyarakat benar-benar perlu bergotong-royong dalam melaksanakan sosial distancing demi memutus mata rantai persebaran covid-19. Tak hanya itu, gotong royong masyarakat juga sangat tampak pada sikap kepedulian untuk membantu sesama. Baik melalui pemberian bantuan sembako, masker, APD bagi tenaga medis dan lain sebagainya. Ternyata, di balik pandemi covid 19 ini justru membuat masyarakat Indonesia semakin berjiwa sosial tinggi dan tambah semangat bergotong-royong.