Picik Karena Bukti Fisik?
"Mengapa kamu gak mengurus kenaikan pangkatmu?" tanya seorang rekan pengajar suatu ketika. Aku tak faham maksudnya. Lalu dia menerangkan kalau dia yang sama-sama diangkat sebagai PNS di tahun yang sama denganku sudah mendapat kenaikan pangkat. Dia mempertanyakan pangkatku yang katanya satu tingkat di bawahnya.
"Emang kenapa dengan pangkatku sekarang?" tanyaku dengan penasaran.
Dia tertawa sambil menepuk dahinya. Lalu dia menerangkan kalau naik pangkat itu berakibat pada kenaikan gaji dan tunjangan. Saat aku melihat slip gajinya dan kubandingan dengan slip gajiku aku tersenyum geli. Perbedaan yang kupikir mencolok ternyata hanya berbeda di angka puluhan ribu.
Tiba-tiba datang petugas Tata Usaha sekolah tempatku mengajar. Konon ia biasa menguruskan kenaikan pangkat para guru PNS. Ia lalu menunjuk padaku sambil melihat ke arah temanku, "Bu Nining tuh ngajar segitu lama tapi gak pernah ngurusin kenakan pangkat. Aku ini malah yang seiring mengingatkannya untuk mengumpulkan beberapa berkas agar bisa diajukan saat pengajuan kenaikan itu datang."
Lalu kami semua tertawa. Buatku sebenarnya tak ada yang lucu. Aku malah heran, sekaligus penasaran, "Apa sih urgensunya kenaikan pangkat hingga temanku rela berdebat?"
Kejadian sekitar 10 tahun lalu itu kembali melintas saat aku kini dihadapkan pada banyak pertanyaan guru penulis. Banyak yang menanyakan sertifikat pelatihan, kadang dengan nada kurang sopan. Banyak yang marah sampai tega mengeluarkan sumpah serapah saat bukunya tak kunjung mendapat ISBN sebagai tuah. Bahkan ada yang tak mau lagi menulis karena buku pertama tak kunjung tiba. Alasan klasik mengemuka, "Buku itu akan saya jadikan bukti fisik untuk kenaikan pangkat."
Andai kita kejar dengan pertanyaan, "Harus tahun ini jugakah pengajuannya?" sepertinya jawaban yang muncul akan, "Iya, dong." Lalu kalau kita kejar lagi dengan pertanyaan, "Emang kalo gak tahun ini kenapa?" Kemungkinan jawaban yang muncul adalah, "Wah, rugi dong nanti. Yang mestinya saya naik pangkat tahun ini bisa jadi tertunda setahun lagi."
Andai mau kita kejar dengan pertanyaan berikutnya, "Kalau pangkat sudah sampai tertinggi, taruhlah IVA di usia yang masih belia atau empat puluh dua, apakah kita akan jadi IV Z di usia 60?" kira-kira apa jawabannya ya?
Hahaha ....
#Gakusahdijawabkalauakhirnyatutup muka
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Jawabannya? kasih tau ngga ya maslah DUPAK dan remeh temeh lainnya itu kadang bikin bad mood So, forget it.
Hhiiyyaa, hahaha ....
Harusnya jd syarat naik gaji ya bukan naik pangkat hehe
ntar usul ya, hahaha
Kami yang non-PNS kayaknya malah lebih adem ya bu...? (Ga pernah ada kenaikan pangkat) he..he.... Mg rekan2 dimudahkan urusannya. Aamiin.
Aamien .... Mksh doanya.
Hahaha... Lucu ya, ternyata sama saja dimana2 naik pangkat masih tetap dikejar2 entah utk apa, bahkan berbagai cara dilakukan hehe...
Itulah, hehehe ....