Nining Suryaningsih

Guru Bahasa Inggris SMP di Bandung Barat ini tak pernah merasa bisa menulis, sampai akhirnya MediaGuru mendongkrak rasa percaya dirinya untuk menghasilkan karya...

Selengkapnya
Navigasi Web
Rani dan Puisi

Rani dan Puisi

(Part 1)

Rani, gadis belia usia 17 itu sungguh menawan. Rambutnya yang hitam legam membuat penampilannya tampak anggun. Walau kulitnya tak seputih salju dia tampak ayu saat angin sepoi-sepoi mempermainkan mahkotanya itu. Seperti hari itu.

Haryo, rekan sekelas Rani tengah asik memperhatikan rambut Rani yang dipermainkan angin semilir yang masuk ke kelas 12 IPS 1. Angin nakal itu datang dari sisi kiri bangku Rani. Rani tak menyadari dirinya sedang diperhatikan laki-laki berkulit putih dan sedikit bule itu.

"Har, kamu ngeliatin siapa sih? Pasti ngeliatin Ra ...," terdengar suara Bayu yang cukup keras di telinga Haryo.

Haryo cepat-cepat membekap mulut Bayu sebelum Bayu meneruskan kalimatnya.

Rani sempat menoleh ke arah bangku Haryo dan Bayu. Haryo lantas melepaskan bekapannya di mulut Bayu dan jongkok pura-pura sibuk mencari sesuatu di bawah kolong bangku Bayu.

"Ah, ini dia bukuku,” ujar Haryo cengengesan. Di tangannya ada buku Akuntansi yang sejak tadi tergeletak di atas mejanya.

Bayu mendorong bahu Haryo agar bergeser ke tempat duduknya. Dia mencoba memahami situasi.

Haryo mengedipkan mata pada Bayu yang lantas tersenyum menyeringai. Bayu merasa jadi pahlawan karena sudah menyelamatkan muka sahabatnya itu.

Bayu tahu sejak naik kelas 12 Haryo sering memperhatikan Rani. Mereka sebenarnya sudah jadi teman sekelas sejak kelas 10. Baru kelas 12 Haryo sering sekali memperhatikan Rani. Haryo pernah bercerita kepada Bayu kalo Rani ternyata menarik, selain dikenal pintar dan pandai bergaul.

Bayu ingat saat Haryo bercerita dengan penuh kekaguman karena Rani maju ke depan kelas untuk berpidato dalam bahasa Inggris. Seminggu sebelumnya Bu Eni, guru Bahasa Inggris, menantang para siswa untuk speech. Haryo tak menyangka Rani berani maju. Walau speechnya tidak terlalu istimewa karena ada beberapa bagian yang salah, keberanian Rani patut diacungi jempol.

Kekaguman Haryo jga ditunjukkan pada Bayu saat Rani menerangkan pelajaran Sejarah Dunia kepada beberapa rekan sekelas yang duduk di dekat Rani, Lisa, Vini, Tri, Meri, dan tentu saja Heti teman sebangkunya. Saat itu sedang istirahat. Jam pelajaran berikutnya akan ada ulangan Sejarah Dunia dari Pak Uka. Materi tentang Kebudayaan Mesopotamia yang akan diteskan cukup rumit, tak hanya perlu hapalan, namun memerlukan pemahaman. Rani dengan gaya seorang guru menjawab pertanyaan rekan-rekannya selain menjelaskan panjang lebar bila dirasa jawabannya belum dipahami.

Saat Bayu menantang Haryo utk nembak Rani Haryo malah tertawa.

“Har, kenapa kamu gak nembak dia aja?” bisik Bayu sambil matanya tertuju ke Rani.

“Hah ..., nembak Rani? Bisa-bisa aku dicap cowok gak bener," Haryo menjawab tangkas dengan berbisik juga saat didesak. Bukan kali pertama Bayu nantang Haryo untuk menyatakan perasaannya pada Rani.

“Ssst ..., ntar orangnya lihat sini kalo kamu mencurigakan gitu,” ujar Haryo.

Tak lama Heti berteriak dari pintu memanggil Rani, “Ran, dicari Maya tuh, nanyain proposal kegiatan kemarin.”

"Lho, kenapa? Kamu kan cukup ganteng. Masak sih Rani gak mau jadian ama kamu?" sambung Bayu sesaat setelah Rani keluar kelas menemui Maya.

"Gak semua cewek seperti yang ada di pikiranmu, Yu. Dia itu beda. Kamu tau nggak, apa kata Rani saat tau Heti ditembak si Yogi? Aku pernah dengar mereka ngobrol di perpustakaan kalo Rani gak suka sama cowok yang terlalu terus terang menyatakan suka sama cewek. Rani menasihati Heti untuk tak menerima permintaan Yogi agar Heti nerima cinta Yogi. Kata Rani belum tentu cowok yang nyatain itu beneran cinta. Jangan-jangan cuma suka biasa lantas segera mengambil kesimpulan kalo mereka cinta dan pengen jadian," Haryo menerangkan panjang lebar.

"Ah, yang bener?" tanya Bayu ragu sambil mengingat kejadian saat Yogi, anak kls 12 IPS 2, ngajak jadian sama Heti.

"Ah, kamu. Duniamu cuma dipenuhi cewek-cewek yang ke-GR-an. Kalo Rani beda lho," sambung Haryo lagi.

Bayu manggut-manggut, berusaha memperlihatkan pada Haryo kalau dia paham penjelasan Haryo yang panjang lebar itu. Walau sebenarnya pikiran Bayu dipenuhi tanda tanya tentang kenyataan bahwa ada cewek yang tak begitu saja mau jadian sama cowok secakep dan sebaik Haryo.

“Sudah, jangan terlalu mikirin dia, hahaha ....” goda Haryo.

“Hedeh, kamu yang suka masak aku yang mikirin dia, sih? Hihihi ...,” balas Bayu tak mau kalah.

Bel tanda masuk berbunyi. Istirahat yang hanya 20 menit itu tak dimanfaatkan Haryo untuk keluar kelas. PR Akuntansi dari Bu Ine membuat dirinya betah duduk di bangku untuk memeriksa kembali hasil pekerjaan yang dia selesaikan setelah shalat Shubuh tadi. Apalagi saat dia menyadari sang putri yang dia sukai juga tidak beranjak dari bangkunya. Jadilah Haryo tambah kuat untuk tak keluar kelas saat istirahat. Diajak Bayu keluar cari minum pun dia tak mau. Kebetulan juga air minum di botol yang dibawanya masih ada.

“PRnya silakan dikumpulkan ke depan ya,” suara Bu Ine yang lantang memenuhi ruangan kelas 12 IPS 1 yang berada dekat kantin itu. Haryo segera meraih buku tebal berwarna abu-abu. Dia berjalan ke depan barisan lalu maju ke meja guru untuk mengumpulkan PRnya. Saat dia berbalik tiba-tiba saja badannya menabrak badan lain di sana. Badan seorang perempuan.

“Haryo ..., ih ..., hati-hati kalau jalan,” teriak Rani sambil meringis. Walaupun tubuhnya semampai Rani masih bisa menyeimbangkan badannya hingga tak jatuh tertabrak Haryo.

“Duh, yang muka bule, tambah merah tuh ..., huhuy ...,” teriak Mas’ud dari meja depan. Muka Haryo yang sedikit bule memang mudah bersemu merah bila malu atau panik. Dan kali itu rasa malu bercampur kaku tampak jelas dari cara dia berdiri menghadap Rani. Kekakuan Haryo muncul sebab tadinya Haryo refleks bermaksud memegang tangan Rani yang disangkanya akan jatuh. Namun dia sadar Rani gak suka ada sentuhan fisik dari laki-laki. Dia mengetahui pasti hal itu karena dia pernah lihat Rani mendelik saat Bayu memita Rani salaman. Waktu itu Bayu tak sengaja menjatuhkan kotak pinsil Rani sehingga beberapa alat tulisnya berceceran di lantai.

“Maafin aku, Ran. Salam dong,” ajak Bayu ketika itu.

“Sudah kumaafkan. Gak perlu ngajak salaman. Gak enak kalo tangan kita bersentuhan. Maaf,” jawab Rani tenang. Bayu pun waktu itu menarik kembali tangannya sambil garuk-garuk kepala.

Ah, Rani memang berbeda. Prinsipnya dalam bergaul dengan laki-laki di sekolah makin kuat sejak naik kelas 12. Saat kelas 10 Rani termasuk cewek supel. Tak ada yang canggung berteman dengannya. Pembawaannya yang ceria plus pintar berbicara membuat siapa pun betah ngobrol dengannya. Wawasannya luas. Dia memang terkenal suka membaca. Haryo sering mendapatinya menggunakan waktu jamkos untuk pergi ke perpustakaan.

“Maafin aku ya, Ran,” tiba-tiba Haryo memberanikan diri bersuara saat Rani membalikkan badan setelah menyimpan bukunya di meja guru. Rani tampak tak suka dengan kejadian tabrakan tadi. Apalagi beberapa teman cewek menyoraki mereka. Sebagian ada yang nyeletuk “Jodoh tuh”. Lalu suasan riuh pun tal terelakkan di kelas itu. Untung Bu Ine segera menenangkan.

“Sudah, jangan ribut. Haryo kan gak sengaja nabrak Rani. Ya, kan Har? tanya Bu Ine.

“E ..., iy ..., iya, Bu,” jawab Haryo kikuk.

Saat itu Rani tampak mendelik sambil lewat di hadapannya tanpa basa basi atau kata memaafkan.

Haryo semakin tak enak hati karena sejak itu Rani seperti menjauh darinya. Apakah sedosa itu Haryo pada Rani hingga Rani tak mau bertegur sapa lagi dengannya? Ah, pikiran Haryo jadi tak menentu.

***

(bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wow, ada Haryo di sini Bu Ning. Cerita cinta selalu menarik. Haryo ayo, jaga sikapmu pada Rani, agar hatinya bisa kau dapatkan. Sukses selalu dan barakallah

10 Jan
Balas

Ahay, B Siti nunggu Haryo. Hehehe

10 Jan

Menarik sekali bun, gak sabar menunggu kelanjutannya, salam kenal, semoga sehat selalu, barakallah

09 Jan
Balas

Alhamdulillaah. Mksh. Sdh bljr bikin cerpen remaja nih.

10 Jan



search

New Post