Saat saya bersekolah, saya suka pelajaran Sejarah. Salah satu yang dibahas adalah tentang Revolusi Industri. Hal itu ditandai dengan ditemukannya mesin uap. Katanya penemuan tersebut berefek pada pergeseran paradigma kehidupan. Kondisi sosial masyarakat berubah, termasuk persepsi tentang sekolah. Ia dianggap sebuah jalan terang untuk mendapatkan selembar ijazah yang akan laku di dunia kerja (pabrik umumnya, perusahaan gayanya). Sebagian masyarakat agraris mulai ditinggalkan pewaris. Anak-anak banyak yang memilih bersekolah dibandingkan meneruskan usaha orang tua di sawah. Perkebunan dann pertanian banyak ditinggalkan. Orang tua mulai berseteru dengan anak-anak yg berbeda ilmu. Sebagian orang tua merasa anaknya sudah durhaka karena memilih dunia yang berbeda darr orang tuanya.

Sejarah berulang ....

Saat revolusi masa kini mengarah pada teknologi informasi banyak orang tua merasa 'ditinggalkan' para pewarisnya. Cara pandang tentang sekolah yang dengannya anak-anak akan mendapat ijazah lalu nilai di situ bisa menjamin hidup mereka tetap menjadi primadona orang tua. Saat anak berbeda, orang tua mulai resah. Apalagi saat anak-anak memutuskan untuk tak melanjutkan kuliah, orang tua banyak yang marah. Sebagian mengaku pasrah dan hanya berdoa dengan hati terluka.

Anak yg pandai dalam pergaulan, anak yang mampu bertahan dalm ketidakpastian zaman, anak yang berani memutuskan, tidak dipandang sebagai anak yang memiliki kelebihan.

(bersambung)