NISRINA,S.Pd

Nisrina,S.Pd. Kab Bireuen...

Selengkapnya
Navigasi Web
PENGHUNI BATU GIOK

PENGHUNI BATU GIOK

Malam ini aku merasa lelah yang sangat mendera tubuhku. Mungkin karena kegiatan perpisahan dengan senior tadi sore yang membuat tenagaku hilang. Tapi cinderamata yang kudapat itu sangat unik, batu giok hijau di ikat dengan tembaga. Khusus diberikan oleh bapak Anton untuk anggota tim sebagai kenang-kenangan.

Setelah mandi ku merebahkan diri sejenak di kasur menunggu azan magrib. Perasaan yang membuatku tidak nyaman tiba-tiba datang menyerang. Ada apa gerangan akupun tak tau, yang jelas mungkin karena rasa ngantuk yang ku tahan sejak tadi.

Ku pejamkan mata seperti biasanya. namun rasa gelisah yang tak wajar datang menghujam menusuk segala rasa yang ada di tubuhku. Ku bangkit menuju kedepan berharap ada teman-teman yang sudah pulang dari kantornya. Maklum saja aku tinggal di kos-kosan bersama ketiga temanku.

Jam sudah menunjukkan pukul 09.00 wib. Mataku mungkin sudah bengkak menahan rasa ngantuk ku yang sedari tadi mendera. Selesai shalat isya aku kembali merebahkan diri di kasur untuk merehatkan sejuta urat saraf yang sudah lama menegang.

Wuuss…

Mataku seperti menangkap bayangan, berdiri di bilik pintu diantara gantungan baju kotorku. Ketika ku dekati tak ada siapa-siapa.

Bruum...

Ku rebahkan lagi tubuhku, ku pejamkan mataku secara paksa namun seakan bayangan itu hadir lagi. Hanya diam, tidak melakukan apapun. Rambutnya terurai panjang dengan kaki yang melayang tak menginjak bumi. Tak berani menatap ku, cuma sesekali kulihat rambutnya bergoyang seperti hendak mengintipku dari celah rambutnya yang terurai.

Bulu kudukku yang tak lagi berkompromi. Mereka berdiri seperti siap lari meninggalkanku dalam rasa takut yang menghakimi rasa. Kaki yang semula lincah bergerak seakan kaku. Ku mencoba meraih hand phone diatas meja kecil di dekat ranjangku, rasanya hand phoneku menjauh karena dia merasa aura ketakutan yang kurasa.

Tok..tok….

Bayangan itu menghilang sekalian dengan suara ketokan pintu yang digedor oleh teman kosku yang baru pulang dari tempatnya bekerja. Akupun bergegas bangkit dari kasur dengan peluh yang sudah membuat badanku seperti siap mandi.

“Jam segini baru nongol. Dari mana nieh?” Tanyaku kepada Rian yang baru pulang lengkap dengan wajah yang kelelahan.

“Biasa, hari ni aku di lapangan ada tugas mendadak dari dinas” jawabnya sembari meluncur menuju kamarnya.

“Berhubung lho sudah balek, aku balek ke kantor ya” Kataku sembari menghalau rasa takut yang mengikat tubuh.

Tanpa menunggu jawaban dari Rian, aku melesat dengan secepat kilat menuju kantorku. Melepaskan penat, melepaskan ketegangan saraf di tubuhku.

Sesampainya di kantor ku rebahkan tubuhku dengan pikiran yang positif dekat tubuh kawanku yang kebetulan piket malam ini.

“Kenapa? Mo dapat bonus plus plus diakhir tahun ya?” Tanyanya setengah bercanda.

“Besok saja aku ceritanya ya. Mataku gak sanggup lagi bersandiwara nie. Aku berangkat ya”kataku tanpa ingin bercerita tentang apa yang baru kulihat.

*******

Pagi-pagi benar aku pulang ke kostku. Ku rebahkan tubuhku di kasur. Baru beberapa menit ku pejamkan mata. Hidungku mencium aroma yang membuat buluk kudukku berdiri. Namun aroma seperti kemenyan itu berangsur-angsur hilang seiring matahari pagi yang mulai menembus dinding kamarku yang terbuat dari papan, dan melelapkan mataku yang masih ngantuk.

*****

Malam ini aku melihatnya lagi namun di samping lemari yang tak jauh dari pintu. Aku hanya meringkuk diatas kasur dan mencoba menelepon kawan-kawan yang bisa ku ajak menyapa kostku malam ini.

Alhadulillah, tak berapa lama kawanku datang tanpa ku undang. Rupanya dia heran sehari tadi aku tidak masuk kantor. Dan laporan bahwa aku izin sakit.

“Kenapa kamar abang laen ya?, auranya aneh bikin gak nyaman?” katanya dengan raut muka merah dengan matanya yang seakan mencari sesuatu di kamarku.

“Itu lah abang saja heran, setelah kemaren acara perpisahan sama pak Anton rumah abang jadi angker gini” jawabku dengan nada penasaran juga.

“Rasanya dia seperti mencari sesuatu di kamarnya abang. Tapi saya gak tau apa itu. Kalau saya cari tau saja boleh bang?” tanya Rendra kepadaku dengan serius.

Aku tahu dia bisa mendeteksi alam gaib dengan menggunakan indera keenamnya. Tapi sangking aku ketakutan akupun mengatakan”Tak usah saja. Yang penting kamu malam ini nginap disini ya.” Pintaku kepadanya dengan serius.

Malam semakin larut suasana kamar semakin larut semakin panas. Ternyata Rendra membuat perlawanan tanpa sepengetahuanku. Barang-barang di kamarku bergerak dengan sendirinya. Kibasan kibasan angin membuat tubuhku terlempar ke dinding. Rendra yang menyadari bahwa banyangan itu mulai menyerangku, akhirnya menyerah dan kamipun menumpang tidur di kamar sebelah.

*****

Pagi ini terpaksa dengan kepala yang masih berat, badan yang masih penat, aku memakai seragamku. Kulangkahkan kakiku menuju kantor.

“Nak, kenal sama bapak?”tanya seorang laki-laki paruh baya yang mencengatku di jalan ketika hendak membeli nasi di warung depan kantorku.

“Tidak pak.”jawabku singkat.

“Kenalkan, Pak Syukur. Kamu butuh bantuan dari saya. Entar sore kamu pergilah ke alamat ini. Saya tunggu” Penjelasan singkat yang membuat rasa penasaran di hatiku parah.

Sehabis jam kantor aku buru-buru pulang. Sangking penasaran dengan perkataan dari bapak Syukur tadi. Ku cari alamat itu dengan sungguh-sunguh.

Setibanya disana, aku telah ditunggu oleh Pak Syukur.

“Coba tolong tunjukkan sesuatu yang terdapat didalam dompet yang anak bawa kepada saya” katanya

“Ini pak, giok pemberian dari Komandan saya sebangai kenang-kenangan” kataku dengan jujur.

“Giok ini punya penghuninya nak. Bapak ganti saja sama giok punya bapak. Gioknya masih muda sih namun gelombang energi positifnya In sha Allah bisa mendinginkan segala energi negatif yang ada” Jelasnya kepadaku.

Aku cuma bisa menggangkuk saja. Namun setelah ku serahkan giok itu ke pak Syukur hatiku yang bimbang rasanya kembali tenang. Tak terbeban seperti 3 hari yang lalu.

Ku akhirnya pamit untuk pulang. Ku bersujud kepada Ilahi Rabbi, karena atas petunjukkanyalah aku bisa bertemu dengan bapak Syukur yang mau menolongku dari masalah yang paling rumit yang pernah terjadi kepadaku.

Kini kamarku terasa syurga kembali. Nyaman dan nyaman tanpa banyangan yang mampu membuat ardenalinku bermain lomba lari.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post