NISRINA,S.Pd

Nisrina,S.Pd. Kab Bireuen...

Selengkapnya
Navigasi Web
Penjemput Gaib Utusan Ibu

Penjemput Gaib Utusan Ibu

“Uh, suasana malam ini sungguh tidak bersahabat dengan rencanaku” gumam Basir sembari terus memakai jaket kulit.

Di luar, hujan rintik dengan suara petir yang berguram, seakan menunggu katak berdoa agar hujan turun lebat. Basir yang telah lengkap dengan jaket kulitnya dengan cepat menerobos hujan yang masih rintik-rintik tanpa ingat untuk memberitahukan ibunya bahwa dia ingin nonton bareng di pos ronda bersama teman-teman mudanya.

Dengan gerak kaki yang di pacu agar tidak terlalu lama di belai hujan, Basir akhirnya sampai di pos ronda. Kawan-kawannya yang telah berkumpul sejak tadi, menyambut kedatangan Basir dengan antusias. Itu dimaklumi karena Basir terkenal ramah dan supel dalam bergaul tanpa membedakan usia.

Acara nonton bareng itu sangat seru. Pemuda yang ikut dalam acara itu nampak menikmati acara tersebut. Namun lain hal nya dengan Basir. Dia seakan gelisah dengan sesuatu. Matanya melirik ke kanan dan kekiri seperti mencari sesuatu yang membuat rasa nyaman di hatinya hilang.

Matanya kini mulai melihat kearah jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 00.00 tengah malam. Dia melihat kearah teman-temannya, namun teman-temannya tetap seperti biasanya tak segelisah dia.

“Basir, ayo pulang…” terdengar suara seakan berbisik lembut di kedua telinganya.

Bulu kuduk Basir pun berdiri menantang. Matanya mulai mencari asal suara yang membuatnya penasaran.

“Basir, ayo pulang…” suara itu terdengar lagi dari arah semak didekat pagar menuju pos ronda.

Didalam hujan gerimis mata Basir seakan menangkap sesosok bayangan putih melambai kearahnya. Rambutnya terjuntai di tanah, badannya yang melayang seakan ingin mengajaknya ke sesuatu tempat.

“Hai, siapa tu yang berdiri disana?” Kata Basir dengan penasaran.

Sontak kawan-kawannya yang sedang menikmati acara itu menuju ke arah pandangan mata Basir.

“Mana, ah kagak ada siapa-siapa kok. Jangan menggigau kamu. Yang ada tu cuma beton pagar dan semak yang belom kita bersihkan.” Kata kawannya yang agak sedikit terkejut melihat tingkah Basir yang tiba-tiba saja bersuara di tengah keheningan.

Basir semakin tak karuan. Akhirnya dia memutuskan pulang.

“Hai aku pulang trus ya?, Aku kayaknya meriang nie.” Kata basir setengah berbohong.

“Ok deh. Hati-hati jangan sampai di bawa sama hantu Halimah.” Kata kawannya yang duduk dekat dengannya.

“Hahahaaa..,” terdengar tawa kawannya lepas di pos ronda.

Basir terus berlari-lari kecil di dalam buayain hujan gerimis malam itu. Tiba-tiba langkahkahnya terhenti. Banyangan itu terlihat lagi seakan sedang menunggu kepulangan Basir di lorong yang menuju rumahnya.

“Siapa itu?” tanya Basir dengan rasa takut yang tak terhingga.

Bayangan putih itu tiba-tiba saja menghilang dari hadapannya. Basir kembali lagi melanjutkan langkah kakinya menuju rumah.

Bulu kuduknya semakin tak terkontrol, bisikan itu kembali terdengar dengan jelas di kedua telinganya. Kakinya ingin berlari cepat menuju rumah, namun dia masih saja berdiri tegak, mematung tanpa bersuara. Badannya kaku, kakinya seakan beku, mulutnya terkunci.

Brukkk., dia jatuh terduduk di lorong becek.

“Ayo pulang? Aku bantu” seakan bayangan putih itu menawarkan bantuan.

Basir yang hampir pingsang mencoba berteriak dan meronta.

“Ayo pulang Basir, ini ibu.” Kata ibu Basir yang tiba-tiba sudah berada di menopang tubuhnya.

Setibanya di rumah, Basir terduduk. Matanya seakan tak percaya melihat bayangan putih itu duduk seakan bercengkrama dengan ibunya.

“Ini ibu kenalkan, Siti kawan ibu yang kasat mata. Ibu yang memintanya untuk menjemputmu. Soalnya ibu khawatir. Kamu pun salah pergi ke luar rumah malam-malam gak kasih tau ibu.” Ujar ibunya tanpa beban.

Basir yang dikenalkan dengan Siti semakin menunjukkan muka tak berona. Dia ingin bangun berlari menjauh dari rumah namun kakinya kembali kaku seperti tadi dan tiba-tiba dia pingsan.

****

Paginya dia kembali menatap nanar kearah ibunya dengan rasa tidak percaya, bahwa ibunya bersahabat dengan jin kuntilanak. Yang mampu membuat semua otot di seluruh tubuhnya beku.

“Kenapa? Masih penasaran sama Siti?” tanya ibunya dengan santai.

“Sejak kapan ibu bersahabat dengan hantu bu?” tanyanya dengan terbata.

“Sejak kita tinggal di rumah ini!”

“Jadi selama 15 tahun bu?” Tanya Basir dengan terkejut.

“Iya, itupun tanpa sengaja. Dia baik kok. Permintaannya cuma membakar kemenyan saja di belakang rumah sewaktu azan magrib. Gampang” jelas ibunya tanpa beban

“Gampang, ibu ini sudah gila. Benar-benar sudah gila.” Ucap Basir dengan suara setengah tak percaya ibunya menggap hal musyik itu seperti hal sepele.

Tiba-tiba ibunya terduduk, diam dengan tingkah yang agak aneh dari biasanya.

“Basir, kamu tidak boleh begitu sama ibumu. Kalau memang kamu tidak suka akan keberadaanku. Tanamlah pohon ijuk di kebun kosong di samping rumahmu, agar aku tinggal disana.” Gumam ibunya yang sudah kerasukan Siti.

“Omong kosong. Pergi kamu dari tubuh ibuku” Kata Basir kasar.

“Pohon ijuknya jangan lupa di siram dengan air kemenyan setiap sore ketika hendak azan magrib. Kalau tidak, aku akan selalu tinggal seatap dengan keluargamu.” Lanjut ibu yang masih kerasukan.

Tiba-tiba…

Badan ibunya gemetaran, badannya mengeluarkan peluh yang hampir membuat baju ibunya basah. Namuan setelah itu ibunya tersadar kembali. Melihat itu Basir kembali tenang.

Basir memeluk tubuh ibunya dengan kuat. Seakan apa yang terjadi barusan membuat dia sangat terluka.

Tring…. Tring…..

Suara Hp Basir berdering melengking. Membuyarkan segala ketegangan yang ada. Dia bergegas langsung menuju Hpnya. Setelah beberapa lama kemudian dia menghampiri ibunya dengan rona muka yang bercahaya.

“Bu, Basir diterima kerja jadi satpam kantor di Banda Aceh. Tapi Basir harus berangkat hari ini. Besok mulai masuk karantina.”

“Ya gak apa. Entar sore bapakmu pun sudah pulang kerumah karena pekerjaannya sudah selesai.” Jelas ibunya dengan berat hati

Basir bergegas membereskan baju-baju yang akan di bawanya ke Banda Aceh. Di dalam hatinya dia bersyukur karena tidak lagi melihat Siti yang membuat malamnya beraroma kemenyan.

****

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post