Tahun 2018 didepan mata. Sedangkan tahun 2017 akan menjadi moment sejarah yang tidak mungkin berulang. Namun akan menjadi sejarah penuh makna bagi saya yang telah mengenal Literasi, dengan tidak segaja menerima ajakan teman di sekolah untuk mengikuti Sagu Sabu yang di adakan oleh Dinas Pendidikan Di Kabupaten Bireuen secara gratis.

Boleh dikatakan, saya sangat telambat memahami makna: satu peluru cuma bisa menembus satu kepala, namun satu buku bisa menembus beribu-ribu kepala para pembaca. Ketika di usia belia saya termasuk sosok yang selalu berusaha mencurahkan segala rasa di buku agenda harian. Boleh dikatakan sebagai hobby karena saya menulis ketika saya mood dan di mana ada momen yang membuat saya senang, terluka bahkan kecewa. Tak ada target sama sekali apalagi untuk membuat sebuah buku yang di cetak dan di orbitkan kepada pembaca.

Namun, setelah saya mengenal lebih dalam literasi, saya telah membuat satu gebrakan dalam hidup saya di tahun 2017 yaitu membuat satu buku dengan konsep yang jelas, dengan bantuan Bu Istiqomah dan Pak Muhammad Ihsan. Alhamdulillah novel berjudul Pantaskah Aku Menjadi Guru itu telah selesai dan tengan menunggu nomor ISBN.

Tahun 2018 saya ingin membuat gebrakan yang penuh makna yaitu menghasilkan buku lagi untuk mengasah kemampuan dan ketajaman dalam menulis. Dan saya juga berdoa moga tahun depan saya segera diberi momongan, menjadi manusia yang lebih baik lagi dari tahun sebelumnya dan menambah pengetahuan agama secara lebih mendalam lagi. Semoga semuanya terwujud tanpa kendala. Karena manusia butuh hijah ke arah yang lebih baik untuk bekal di alam selanjutnya. Aminnn....