NISRINA,S.Pd

Nisrina,S.Pd. Kab Bireuen...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tangisan Pilu Ditengah Malam

Tangisan Pilu Ditengah Malam

Aira terlihat begitu sibuk dengan pekerjaan kantornya. Itu dapat dimaklumi karena ada proyek besar yang sedang ia kerjakan. Padahal ibunya sudah mewanta wantinya agar ia tidak pulang terlalu larut.

Ketika dia tersadar dari segala kesibukannya jam telah menunjukkan pukul 00.00 tengah malam. Aira bergegas membereskan segala berkas yang harus di simpan agar tidak tercecer.

Hujan rintik rintik di tambah suara petir yang bergumam, Aira berdiri sejenak karena tidak mungkin dia harus menerobos hujan dengan berkas penting di tangannya.

“Pak satpam?”panggilnya.

“Iya non.” Jawab pak satpam yang berlari lari kecil sambil membawa payung untuk Aira.

“Bapak ngerti banget, Aira butuh apa!” kata Aira sambil tersenyum.

“Iya lah bapak ngerti, tapi kok non Aira malam ini pulangnya telat banget?” Jawab pak satpam sabil tertawa kecil.

“Ada kerja yang gak dapat di tunda pak. Oh ya Pak, tolong panggilakan taksi.” Kata Aira memelas.

Pak satpam dengan cekatan menelepon taksi dan tidak lupa berpesan agar Aira hati-hati di jalan. Tak lama setelah itu Aira pun pulang dengan taksi. Dia terlihat sangat letih, namun untungnya besok adalah hari sabtu dia bisa beristirahat dengan nyaman di rumah.

“Di depan pos ronda itu pak ya.” Kata Aira ke pada supir taksi.

“Iya Non.” Jawab supir taksi dengan singkat.

Aira mulai menurunkan kakinya dari taksi. Ada aura yang aneh yang terasa namun Aira mengabaikannya. Selesai membayar taksi Aira melangkah menuju lorong yang berada di samping pos ronda.

Tak sengaja mata Aira melihat sesosok gadis yang duduk sendiri tanpa basa. Tapi dia tidak ingin menyapa karena sosok wanita itu sangat aneh baginya.

Suasana menyeramkan mulai menyelimuti, bulu kuduk Aira mulai merasakan sesuatu. Aira menoleh kembali ke tempat duduk sosok gadis itu. Namun sosok gadis itu telah hilang dari pandangan Aira.

Aira memacu langkahnya dengan cepat. Namuan langkahnya terhenti. Aira merasakan seolah ada suara tangisan perempuan. Aira berlalu mengabaikan suara itu. Semakin dia abaikan suara tangisan itu semakin keras terdengar. Langkah kaki nya makin di percepat tanpa menoleh kebelakang. Jantungnya sudah berdetak seperti genderang perang, bulu kuduknya berjejer tak karuan.

““Tek tek tek tek..” terdengat suara kaki seakan terus mengikuti langkahnya.

Aira semakin ketakutan, ia mencoba membaca beberapa ayat-ayat suci al quran sebanyak mungkin dan suara langkah itu akhirnya menghilang dalam senyap. “Alhamdullillah” kata Aira dalam hati.

Jarum jam sudah menunjukan pukul 01.50, Aira tiba di rumah dengan nafas terengah dengan wajah yang masih menyisakan rasa takut. Dia segera menuju kamarnya untuk membaringkan badannya yang masih gemetar akan kejadian dalam perjalanan pulang.

Setelah agak merasa baikan Aira bangun dari tidurnya dan menuju kamar mandi untuk sekedar membersihkan diri. Namun telinga Aira menangkap suara “sreek sreeek.” Seakan ada yang sedang mencakar dinding, bulu kuduk Aira mulai berdiri, namun dengan keberanian yang tersisa ia menoleh kearah tersebut. Terlihat sosok wanita yang sedang berdiri menghadap dinding sambil terisak. Badan Aira terasa tertarik semakin dekat kearahnya. Aira ingin berteriak tetapi mulutnya tertutup rapat.

“Tok tok tok,” suara pint diketok dari arah luar kamar.

Tiba-tiba sosok itu hilang tanpa jejak. Aira segera berlari kearah pintu, dia segera memeluk tubuh ibunya. Dengan nafas teregah-engah “untung ibu datang.”

“Memangnya kenapa Aira?”

“Ada sosok wanita di kamarku, dia berdiri di situ bu” tunjuk Aira ke dinding kamar.

“Sini duduk dulu. Kamu tadi pulangnya lewat pos Ronda ya?”

“Ya bu, Aira pikir biar cepat tiba di rumah. Memangnya kenapa bu?

”Gak ada apa-apa, ayo tidur di kamar ibu saja malam ini.” Lanjut ibu tanpa ingin bercerita.

****

Ke esokan paginya Aira bangun agak kesiangan. Dia segera menghampiri meja makan untuk memberi sedikit energi tubuhnya yang masih terlihat lesu karena kejadian tadi malam.

Selesai makan dia di panggil ibu ke ruang tamu. Di sana sudah duduk ustad tempat dia mengaji dulu. Dengan senyum khas nya ustad itu memberi salam kepada Aira dan Aira dengan sigap menjawab salam dengan sedidkit malu.

Ustad yang telah mendengarkan cerita ibu Aira segera mengambil air putih di meja dan segera merajahnya. Aira yang bingung diam seribu basa tanpa reaksi apa-apa. Iapun meminum air putih itu dengan basmalah.

Tak lama kemudian ustad berpesan kembali kepada Aira agar rajin shalat dan mengaji, pulang jangan terlalu larut malam dan memperbanyak zikir.

Aira yang menunduk malu cuma bisa mengangguk. Sepeninggalan ustad, dia kembali kekamar dan tertidur pulas kembali tanpa beban.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terima kasih masukkannya. Moga kedepannya saya bisa menuis lebih baik lagi.

26 Jan
Balas

kepalanya Aira. mungkinkah bisa dihemat: kepala Aria. bagus bu. lanjutt...

26 Jan
Balas



search

New Post