337.Minggu Berdangdut

Tagursiana 365#2/337/709

Minggu berdangdut. Sejak siang setelah sembahyang dzuhur, terdengar alunan musik begitu riuh. Meski jauh, tetapi dari ritme lagunya jelas di ujung sebelah sana entah di sudut mana ada yang memutar lagu dangdut.

Hingga saat ini, saat saya menulis ulasan ini masih terdengar suara music dangdut. “Sepertinya live dangdut bu” ucap anak gadis yang sedang mengerjakan tugas di rumah. Iya, biasa hari minggu banyak yang sedang menggelar acara pernikahan dan lainnya.

Reflek, kenapa saya berjalan menuju ke dapur sambil menggoyang – goyang bahu dan mengangkat tangan. Eh, pas dengan irama music dangdut. Begitu pula saat keluar rumah mengangkat pakaian yang sudah kering di jemuran. Saya meraih gantungan baju dan melepaskannya satu persatu pakaian kering itu sambil bergoyang. Eeeee aaaa , eee eee eee aaaaaa

Dangdut is the music of my country. Begitu judul sebuah lagu dangdut. Tidak ada di negara orang lain. Jika ada, hanya sebuah kemiripan. Konon music dari india, tetapi dangdut milik Indonesia.

Walau lembut dangdut anti gabut (gak ada buat) dangdut di putar badan jadi segar. Benar-benar anti mager (malas gerak). Selembut apapaun music dangdut, walau melankolis tetap pas jika dinyanyikannya sambil bergoyang.

Dangdut suara gendang, rasa ingin bergoyang. Syair lagu tersebut benar adanya. Alat music gendang menjadi pembeda dengan music lainnya. Meskipun dahulu dangdut identic dengan musik kampung tetapi music dangdut tidak kampungan. Enak di dengar, asyik untuk bergoyang mengikuti irama dan hempaskan semua beban.

Roemah 4 Desember 2022