Diam jauh lebih elegan daripada sibuk mengumbar kekurangan orang lain.

"Ini mulut apa panci gosong ya?"

"Kenapa Tek Nun?"

"Brisik."

"Tutup telinga, Tek Nun. Tak usah di dengerin.

"Udah, tapi tetap aja kedengaran."

Upiak Banun melongokkan kepalanya untuk melihat keadaan di luar. Penasaran dengan apa yang barusan diucapkan Tek Nun.

"Nggak ada, Tek Nun."

"Apanya?"

"Suara brisiknya."

Tek Nun mendekati Upiak Banun yang terus mencari sumber keriuhan. Lalu, menarik kabel warna hitan yang menjuntai dari telinganya. Gimana bisa mendengar kalau telinganya dipasak dengan suara musik sekeras-kerasnya.

"Wadauuu... sakit, tauuuu," ucap Upiak Banun sambil menggosok-gosok telinganya dengan telapak tangan.

"Suara apa itu, Tek Nun?"

"Katanya nggak terdengar."

"Ini baru terdengar. Brisik banget ya."

Haaaaaaa....

Upiak Banun mengacungkan jari telunjuknya ke atas.

"Tek Nun, aku ada ide," ucapnya semangat.

"Apa?"

Upiak Banun masuk kamar tanpa mempedulikan pertanyaan Tek Nun. Lalu, meninggalkan Tek Nun dengan wajah yang masih tampak kesal.

"Ini, Tek Nun," ucap Upiak Banun.

"Buat apa?"

"Kita plester aja mulutnya, biar nggak brisik lagi."

Ha ha ha

Melihat ekspresi Upiak Banun tasambua galak Tek Nun. Dahi yang tadinya berkerut seketika rata karena dihadiahi segulung plester warna hitam oleh Upiak Banun.

Gimana mau plester coba, kalau semuanya sudah tumpah dan bertebaran kemana-mana. Sudah terlanjur banyak yang mendengar. Tapi sayang, apa yang keluar dari mulutnya membuat orang terluka.

Berkata dengan baik atau diam!

Singkat, tapi perlu perjuangan untuk bisa melakukannya. Di sinilah keimanan diuji. Akankah kita lulus?

Yuk, buktikan!

#menulisituasyik

#menulisituekspresidiri

#menulisitumenyembuhkan