Naluri Kampungan
#tantanganharike_86 #tantanganmenulismediaguru Sajauah-jauah tabangnyo bangau, baliaknyo ka kubangan juo. Pepatah nan sudah mendarah daging bagi kaum perantau. Tak terkecuali bagi perantau Minang. Apapun selalu perbandingannya dengan kampuang halaman. Salah satunya masalah selera. "Alaaah Tek Nun, rantau subaliak dapua tu nyeh, lah banyak pulo gaya" sorak ember anti pecah dari sudut dapur. "Justru dek itu coy. Rantau dekat tapi pulangnya sama juga dengan orang yang merantaunya antar pulau. Ma intai-intai waktu libur untuk bisa pulang. Untung sekarang Corona berbaik hati. Bisa lah Tek Nun malapeh an urak-urak di kampung." Berdiskusi ala emak-emak pagi ini, bersama Bu Dosen yang tulisannnya salamak gulai pucuk ubi yang dicampur dengan jengkol dan ikan teri. Tambah sambalado uwok taruang. Ala maaak, ndak nampak mintuo lalu. "Apa yang Tek Nun diskusikan?" Tanyamu dalam hati. "Namanya juga emak-emak. Banyak hal yang bisa menjadi bahan pembicaraan. Tak pernah kehabisan ide." Namun ada satu hal yang membuat Tek Nun tertarik dalam diskusi pagi tadi. Masalah selera. Bukan beliau saja, Tek Nun pun begitu adanya. Dan pucuak ubi pun menjadi perbincangan hangat! "Maksud Tek Nun?" Ceritanya kemaren, Bu Dosen melihat postingan sambalado Tek Nun. Melihat merah menggodanya samba lado yang Tek Nun buat sendiri, membuat Bu Dosen jadi tergoda. Cabe dan tomat merupakan hasil dari kebun sendiri. Jadilah Tek Nun hari itu menjadi emak-emak penggoda. "What ???" "Maksudnya penggoda selera."😊 Nah, disitu naluri kampungan berkobar. Kawan-kawan yang masih bertahan diperantauan seketika pikirannya langsung mendarat di kampung. Sementara badan terkurung diperantauan. Lah raso dibibie tapi cawan. Sementara Tek Nun, mencoba melawan. Perintah untuk lockdown Tek Nun manfaatkan untuk pulang kampung. Bisa sejenak menikmati suasana kampung dengan aktivitas pertanian. Walau harus mengalami 3x pemeriksaan suhu tubuh untuk sampai ke kampung halaman. Colek iid nurhidayat. "Cerita pucuak ubi tadi Tek Nun?" Protes bada Teri. "O iya. Untung kamu ingatkan." Kata bu dosen, pucuak ubi di tempat ia kerja keras dan liat, tidak seperti di kampung. Ha ha ha ... Naluri kampungan selalu muncul. Apa-apa selalu ada perbandingan. Dan perbandingannya tentunya dengan kampung halaman. Karena lidah sudah terlanjur dimanja dengan masakannkampuang. Untung saja pucuak ubinya tidak bisa protes seperti dalam tulisan Tek Nun. Kalau ngg udah kena omelan itu Bu Dosen. Ha ha ha😃😃😃 #virusbahagia #menulisitusedekah #menulisitumenyembuhkan
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
MMM ada jengkolnya yah Bu? Pastinya top markotop. Jadi laper nih he..he...sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah
Lamak bana mari pak Mulya
Lomak Buk
Iyo buk. Lamak
Bagilah lah awak gulai cuk bi joriang tu stek buk a...haha
Jadi pak Ade...mari disantap
Gulai pucuk ubi/pucuk menggale nyaman itu Bunda
Iya bunda...enak
Gulai Pucuk ubi.. lamak nyo lai..
Iyo bunda...lamak
gulai pucuak ubi salero urang awak
Iyo bundo...lamak bana