Nono Purnomo

Nono Purnomo lahir di Cirebon 27 Nopember 1976, lulus S1 Pendidikan Biologi UNESA (2001) dan Lulus S2 Pendidikan Sains UNESA (2014). Penulis aktif dalam ke...

Selengkapnya
Navigasi Web
BERGURU PADA FENOMENA ALAM

BERGURU PADA FENOMENA ALAM

Manusia terlahir ke bumi dengan segala kekurangannya, berupaya terus menerus mencari jawaban atas berbagai masalah yang dihadapi. Belajar melalui pendidikan formal dan informal dilakukan dalam rangka menemukan jawaban terbaik atas suatu masalah. Namun tidak jarang jawaban terhadap suatu masalah ditemukan melalui fenomena alam. Yah...melalui fenomena alam memberi jawaban tak terduga. Sayangnya fenomena alam yang ada di sekitar kita jarang atau bahkan tidak pernah kita gunakan sebagai bahan perenungan atau mencari inspirasi atas permasalahan yang mungkin kita alami untuk ditemukan jawabannya.

Masih ingatkan anda kasus pembunuhan pertama kali yang terjadi di muka bumi ini? Yah...pembunuhan yang dilakukan Qabil terhadap Habil yang di inspirasi oleh seekor burung gagak (Baca: jelmaan Iblis) termasuk saat Qabil kebingungan bagaimana cara mengubur saudaranya itu. Tampaklah seekor burung gagak menggali tanah dengan kaki dan paruhnya, lalu menyodokkan gagak lain yang sudah mati dalam pertarungan, ke dalam lubang yang telah digalinya, dan menutupi kembali dengan tanah. Melihat contoh dan pengajaran yang diberikan oleh burung gagak itu, termenunglah Qabil sejenak lalu berkata pada dirinya sendiri:"Alangkah bodohnya aku, tidakkah aku dapat berbuat seperti burung gagak itu dan mengikuti caranya menguburkan mayat saudaraku ini?"

Saya bukannya mengajak para pembaca untuk melakukan tindakan kekerasan, seperti contoh pembunuhan putra Nabi Adam di atas, namun contoh fenomena alam yang muncul pertama kali dalam sejarah keturunan umat manusia itu menjadi sangat relevan dan konkret untuk diceritakan, sebagai contoh aktual dan nyata terhadap upaya manusia berguru terhadap fenomena alam yang ada. Kisah di atas memang contoh buram dan kelam terhadap upaya pengambilan fenomena alam sebagai jawaban permasalahan anak manusia yang saat itu dilanda masalah. Pada tulisan ini saya ingin mengajak kita semua menjadikan fenomena alam dengan sikap positif dan memaknainya secara positif pula.

Menjadikan fenomena alam sebagai jawaban kehidupan ke arah positif

Kita tentu senang apabila masalah yang dihadapi dapat terpecahkan dan ditemukannya jawaban, namun kita lebih senang lagi apabila jawaban terhadap suatu permasalahan tidak meninggalkan dampak samping yang lebih buruk dan destruktif. Nah..untuk itu saya mengajak anda, untuk menjadikan fenomena alam yang ada di sekitar kita menjadikannya hal-hal yang positif. Artinya kita melihat adanya fenomena itu untuk kita sikapi secara baik dan memaknainya secara positif. Dan mari kita mulai dengan contoh sederhana pada kehidupan bermasyarakat kita yang semakin carut marut untuk kita coba temukan jawaban sederhananya. Tentang apa? Mari simak saja!

POHON sebagai contoh kehidupan sosial masyarakat

Kita mulai dengan melihat POHON sebagai fenomena untuk menggambarkan kehidupan sosial bermasyarakat. Pohon memiliki bagian-bagian utama antara lain akar, batang dan daun. Akar yang memiliki fungsi vital sebagai pemerkokoh posisi tanaman letaknya berada di tempat yang paling bawah. Posisi akar ini terus menembus tanah mencari air dan garam mineral untuk di teruskan pada pembuluh angkut bernama xilem dan mengedarkannya ke seluruh bagian tumbuhan hingga pada posisi tertinggi yaitu daun. Menjadi akar adalah posisi mulia karena tanpa akar tidak akan mungkin pohon berdiri dengan kokoh, tanpa akar sumber utama pembuatan bahan makanan yang bernama air tidak dapat tersuplai dengan baik. Nah kalau sudah paham dan tahu bahwa akar punya peranan sepenting itu, maka janganlah mencoba-coba merusak akar. Memotongnya satu persatu, mencabutinya karena sama saja dengan membunuh pelan-pelan pohon itu dan merobohkannya.

Akar ini sebagai gambaran umum masyarakat kelas bawah yang secara ekonomi masih belum tercukupi dengan baik. Golongan kelas bawah yang selalu dijadikan obyek, ditarik kesana kemari dalam rangka “mensukseskan” kepentingan segelintir orang, agar tujuan segelintir orang ini tercapai. Maka tinggalkanlah cara-cara tidak bijak itu, dan biarkanlah “akar” ini menjalankan fungsi dan perannya dengan baik tanpa diganggu dan dijadikan obyek kepentingan. Sadarlah wahai akar, kalian semua adalah masyarakat utama dan pertama, meskipun posisimu di tempat yang paling bawah tapi sejatinya dirimulah penentu berdiri tegak terus atau harus roboh bangunan yang bernama POHON KEMASYARAKATAN.

Sekarang kita bergeser pada batang, naik satu level statusnya dari akar, peranan batang tidak jauh berbeda dengan akar, hanya posisinya sedikit mulia berada di atas akar, namun masih juga mengalirkan air pada bagian xilem-xilem batang dan menegakkan lebih kokoh lagi posisi pohon. Batang ini ibarat para pejabat mulai dari tingkat lurah, kecamatan atau kabupaten yang sejatinya menjadi jembatan penghubung komunikasi antara akar dan daun. Antara rakyat dan pimpinannya. Jika sudah tahu posisinya sebagai jembatan, maka sudah sepatutnya memberikan informasi yang seimbang ke atas dan ke bawah, pun demikian memberikan kesejahteraan pula yang seimbang ke bawah dan ke atas. Batangpun terkadang rentan terhadap gangguan, meskipun bila batang tumbang pohon ini masih bisa berdiri, hanya kehilangan daun dan sebagian batangnya saja. Seyogyanya posisi batang pun diselamatkan dari upaya-upaya mewujudkan satu kepentingan dari segelintir orang dan golongan. Akan tampak lucu dan aneh melihat pohon hanya tampak separuh batang dan akarnya, sementara separuh batang dan daun di atasnya telah tumbang. Aneh bukan!!!

Bagaimana dengan daun? Posisi daun yang secara umum berada di atas, menunjukkan posisi yang mulia dan bermartabat. Dialah yang memiliki hak menerima pancaran cahaya matahari, karena memiliki klorofil yang bisa menangkap spektrum cahaya, kemudian mengolahnya menjadi bahan makanan dan oksigen sebagai senyawa pendukung kehidupan. Daun-daun ini pula yang mendistribusikan produk hasil kerjanya yang di sebut fotosintesis, melalui pembuluh floem untuk didistribusikan ke seluruh bagian tubuh tumbuhan secara merata tidak ada yang tertinggal, tak terkecuali pada bagian batang dan akar, meskipun tempatnya jauh di dalam tanah. Top leader, pada kepemimpinan di masyarakat kita harusnya bercermin pada posisi daun, meski di atas mereka hanyalah pelaksana amanah yang ujung-ujungnya harus membagikan dana-dana yang diolah untuk di kembalikan kepada masyarakatnya secara adil dan merata, bukan untuk dinikmati sendiri apalagi dinikmati berjamaah dengan segelintir golongannya. Daun tidak pernah menikmati sendiri amilum yang dia hasilkan, pasti dan pasti di distribusikan. Harapan kita memang semua pemimpin-pemimpin kita melihat cerminan daun yang seperti dirinya dalam melangkah dan bekerja. Semoga!!!

Penggambaran fenomena akar, batang dan daun untuk dianalogikan dalam kehidupan sosial dalam kehidupan bermasyarakat ini, merupakan upaya berguru pada fenomena alam yang mengarahkannya pada tindakan-tindakan positif. Meskipun penggambaran analogi terkadang tidak bisa secara cermat dan menyeluruh. Ada yang setuju mungkin ada pula yang tidak. Itu bukan target saya secara substansi cerita, substansi utama yang menjadi bidikan saya adalah bagaimana kita terus melihat fenomena alam dan kita sikapi secara positif untuk kita jadikan guru dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkadang secara formal tidak ditemukan jawabannya. Jadi setelah membaca tulisan ini, adakah sebagian dari anda tertarik untuk mencoba???

Nono Purnomo

Selasa, 10 Januari 2017

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post