Nono Purnomo

Nono Purnomo lahir di Cirebon 27 Nopember 1976, lulus S1 Pendidikan Biologi UNESA (2001) dan Lulus S2 Pendidikan Sains UNESA (2014). Penulis aktif dalam ke...

Selengkapnya
Navigasi Web
MENGAMBIL HIKMAH DARI PENDERITAAN KEPOMPONG

MENGAMBIL HIKMAH DARI PENDERITAAN KEPOMPONG

Tertulis sebuah bait-bait layaknya puisi yang berjejer rapi. Tersaji begitu indah dalam kalimat seperti yang tertulis dibawah ini:

Pada suatu hari saat sebuah lubang kecil timbul disuatu kepompong

Seorang pria duduk dan memperhatikan

Bagaimana seekor bayi kupu-kupu

Selama berjam-jam berjuang untuk memaksa

Mengeluarkan badannya dari lubang tersebut

Akan tetapi…

Kemudian proses tersebut berhenti

Tanpa adanya kemajuan lebih lanjut

Tampaknya sudah sekuat tenaga

Dan bayi kupu-kupu tidak bisa bergerak

Lebih jauh lagi

Sehingga akhirnya sang lelaki

Memutuskan untuk menolong kupu-kupu tersebut….

Diambilnya gunting untuk membuka

Kepompong tersebut

Dan Kupu-kupu tersebut akhirnya keluar dengan mudah

Walau dengan tubuh yang lemah, kecil dan

Sayap yang mengkerut

Sang lelaki terus mengamatinya

Dengan berharap bahwa suatu saat

Sayapnya akan terbuka, membesar dan berkembang

Agar bisa menyangga tubuhnya

Dan menjadi kuat

Ternyata tidak terjadi apa-apa

Dan kupu-kupu tersebut

Menghabiskan siswa waktu hidupnya dengan merangkak

Beserta tubuhnya yang lemah dan sayapnya mengkerut

Tidak pernah bisa terbang

Lelaki baik dan penolong ini tidak mengerti

Bahwa kepompong yang menjerat merupakan perjuangan yang dibutuhkan

Oleh kupu-kupu untuk dapat lolos melewati lubang kecil

Adalah cara Allah

untuk membantu mendorong cairan tubuh dari kupu-kupu ke sayapnya

Agar kuat dan siap untuk terbang

Sewaktu-waktu setelah bebas dari kepompongnya tadi

Perjuangan mutlak diperlukan dalam menjalani hidup ini

Apabila Allah membolehkan kita hidup tanpa hambatan,

Itu hanya akan membuat kita lemah

Kita tidak akan sekuat ini

Tidak bisa hidup sesukses sekarang ini

(Dikutip dari Lawamira Group)

Bait-bait kalimat yang layaknya puisi itu, membuat saya merenung dengan begitu dalam. Kalimat-kalimat sederhana itu saya coba cerna, dan begitu dalam makna yang saya dapati. Pelajaran dari kesulitan kepompong dengan seorang laki-laki yang baik hati.

Saya temukan minimal ada 3 hal penting dalam bait-bait kalimat di atas. Pertama, Tidaklah semua yang tampak sebagai kesulitan itu adalah sebuah penderitaan. Penderitaan “bayi” kepompong untuk berjuang keluar dari kepompong merupakan proses yang seharusnya memang dilalui dan dijalani bayi kepompong. Di dalam proses itu dibutuhkan suatu kesabaran, hingga usaha bayi kepompong untuk keluar dari kepompongnya berhasil. Laki-laki baik hati yang bermaksud melepaskan bayi kepompong dari kesulitannya, justru menghantarkan calon kupu-kupu ini menjadi lebih menderita setelah keluar dari kepompong. Ketidaksabaran laki-laki baik yang melihat kesulitan bayi kepompong dengan cara menggunting kepompong, memberi kemudahan jalan keluar calon kupu-kupu ini telah menghentikan proses yang sedang berlangsung. Pada Akhirnya bukanlah kebahagiaan yang di dapat kupu-kupu baru ini justru penderitaan yang sesungguhnya karena dia tidak dapat terbang. Kupu-kupu ini tidak dapat menjalani kehidupan sebagaimana umumnya kupu-kupu lain diciptakan.

Apabila hikmah pertama ini kita terapkan dalam membimbing anak-anak kita, maka sudah sepatutnya kita tidak berlaku seperti laki-laki baik hati itu. Sering kita tidak tega dan terkadang berlebihan dalam memfasilitasi anak-anak kita. Dengan berkata” aku dulu boleh menderita dan sengsara tetapi anak-anakku jangan seperti diriku”. Seolah-olah bahwa anak-anak kita yang sedang berproses tidak boleh mendapat hambatan dan rintangan. Padahal justru sebenarnya hambatan dan rintangan itu yang menempa anak-anak kita menjadi lebih survive di dalam menjalani kehidupan dikemudian hari. Terlalu berlebihan dalam mensikapi hambatan dan rintangan yang ditemui anak-anak kita dan kemudian menfasilitasi secara berlebih pula dengan menghilangkan hambatan dan rintangan yang ada merupakan “gunting” yang akan memangkas semangat dalam berproses bagi anak-anak kita. Pada akhirnya justru menghantarkan anak-anak kita ke penderitaan yang sesungguhnya di kemudian hari. Untuk itu sikapilah secara wajar proses itu agar anak-anak kita mampu melewati semua rintangan dan hambatan yang ada.

Kedua, Dibalik penderitaan dari suatu proses terdapat hikmah kebaikan yang Allah berikan. Melihat bayi kepompong yang begitu bersusah payah keluar dari lubang sempit, sebenarnya adalah salah satu cara Allah memberikan proses kepada bayi kepompong ini untuk mendorong cairan tubuh agar sempurna mengalir ke kedua sayapnya. Kesulitan yang tampak terbaca sebagai penderitaan oleh laki-laki baik hati itu justru sebenarnya bagi bayi kupu-kupu adalah sebuah kebaikan. Kebaikan yang akan ia terima ketika sukses dan berhasil keluar dari kepompong. Kebaikan yang didapat adalah sayap yang terkepak sempurna, kemampuan terbang, dan indahnya pembentukan struktur sayap kupu-kupu itu. Hikmah kebaikan selalu didapat setelah suatu penderitaan (baca: Proses) telah selesei dijalaninya. Laki-laki baik hati ini memang tidak mampu melihat hikmah kebaikan yang ada sehingga berbuat menggunting kepompong tadi. Saya berani menjamin, andai bayi kupu-kupu itu bisa bicara, ia akan berkata” Tolong jangan potong kepompongku biarkanlah aku berproses secara alami dan selesei keluar dari kepompong ini”.

Anak-anak kita pun demikian adanya, mereka belum mampu berbicara sebab mereka tidak mengetahui hikmah apa yang akan mereka dapat saat menjalani rintangan dan hambatan dalam suatu kehidupan. Jelas saja karena mereka masih berproses, namun kita bisa menjadi orang tua yang seyogyanya dapat membaca dan mengawal proses perjuangan anak-anak kita menghadapi rintangan dan hambatan dengan berkata” semangat terus anakku, jalani saja proses ini secara alami sebab engkau akan mendapatkan hikmah kebaikan dalam perjuangan yang kamu lalui”. Pendampingan orang tua yang proporsional inilah yang dibutuhkan, bukan malah memfasilitasi penghilangan hambatan dan rintangan. Dengan demikian, anak-anak akan menjadi sabar dalam menjalaninya sebab mereka memiliki orang tua yang luar biasa hebat yang selalu ada disisinya.

Ketiga, keberhasilan dan kesuksesan yang didapat adalah buah dari proses berupa hambatan yang telah dilalui. Bayi kupu-kupu yang tidak mendapat fasilitas pemotongan pada kepompongnya, mereka keluar dari kepompong dengan bentuk yang sempurna. Sayap yang mengepak lebar dan kuat digunakan untuk terbang. Bentuk sayap yang indah dan mempesona adalah hasil perjuangan bayi kepompong ini keluar dari lubang sempit yang ada pada kepompong. Sebaliknya, bayi kupu-kupu yang mendapat fasilitas pemotongan pada kepompongnya, mereka keluar dengan mudah dari kepompong, tetapi memiliki struktur sayap yang ringkih, mengkerut, tidak indah dan tidak dapat digunakan untuk terbang. Sepanjang hidupnya kupu-kupu ini hanya mampu berjalan merangkak tanpa bisa terbang. Jelas sekali perbandingan kedua proses dari dua kupu-kupu di atas, kesuksesan dan keberhasilan akan didapat oleh kupu-kupu yang mampu melewati proses meski hambatan didalamnya begitu besar.

Banyak contoh orang-orang sukses yang terlahir setelah ditempa oleh penderitaan, hambatan dan rintangan yang begitu besar dalam hidupnya. Salah satunya adalah sosok Dahlan Iskan, orang bisa melihat saat ini beliau adalah orang sukses, sebagai pemilik media besar Jawa Pos, pernah menjadi dirut PLN, menduduki jabatan sebagai menteri BUMN. Sebuah jabatan prestisius dan ukuran kesuksesan bagi orang kebanyakan di Indonesia. Namun tahukah anda semua bahwa beliau semasa kecilnya ditempa suatu proses yang begitu memilukan dan penderitaan yang dilalui begitu luar bisa mengharukan. Catatan perjalanan hidupnya tertulis rapi dalam buku perjalanan hidupnya yang berjudul Ganti Hati. Istilah berakit-rakit dahulu berenang-renang ketepian, sesungguhnya sangat cocok bagi perjalanan beliau.

Bagaimana kita mengajarkan hikmah ketiga ini kepada anak-anak kita, bahwa kesuksesan itu memang harus dilalui melewati perjuangan? Selain pendampingan kepada anak-anak kita. Kita bisa menceritakan sosok dan tokoh yang telah berhasil kepada anak-anak kita agar mampu menginspirasi mereka. Inspirasi ini akan memberikan kekuatan dan modal besar dalam mereka menjalani perjuangan melewati hambatan dan rintangan. Membangun jiwa anak yang mampu membangkit motivasi dalam jiwanya. Menceritakan pada anak-anak kita bahwa banyak orang-orang hebat yang terlahir dengan sukses setelah mereka melalui proses yang berat dalam kehidupannya, akan mampu membangkitkan motivasi internal yang akan terpupuk terus menerus sebagai pondasi kekuatan dalam menghadapi rintangan. Setelah itu semua kita kembalikan pada sang pemilik alam, bahwa yang terjadi adalah semua karena kehendakNYA.

Demikianlah ketiga hikmah yang dapat diambil dari perjalanan bayi kupu-kupu yang berjuang keluar dari kepompong, bahwa tidaklah semua yang tampak sebagai kesulitan itu adalah sebuah penderitaan, dibalik penderitaan dari suatu proses terdapat hikmah kebaikan yang Allah berikan, dan keberhasilan dan kesuksesan yang didapat adalah buah dari proses berupa hambatan yang telah dilalui. Semoga memberi manfaat dan mari mendampingi anak-anak kita “berakit-rakit ke hulu dan berenang-renang ketepian, bukan sebaliknya berenang-renang kehulu dan berakit-rakit ketepian”.

Nono Purnomo

Sabtu, 18 Februari 2017

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post